34 : Rawat Inap

128 13 1
                                    


======!!==!!==!!======

Ponsel yang berada dinakas sebelah ranjang Kano bergetar membuat Alfred mengalihkan pandangannya. Itu ponsel pintar hitam yang Ia dapatkan dari salah satu pria didepan pintu untuk menghubungi Hideo.

"Aku didepan kamar yang kau katakan", itu suara dari seberang panggilan tanpa menunggu suara Alfred.

Alfred berdiri dari duduknya kemudian berjalan dan membuka pintu ruangan kamar rawat Kano. Wajah Hideo yang bekerut menahan kesalnya langsung menyapa Alfred.

"Dia temanku, biarkan masuk", ujar Alfred pada para pria yang nampak menghadang Hideo.

Para pria tersebut kemudian mengangguk mengerti dan memberikan Hideo jalan, Hideopun masuk mengikuti Alfred. Matanya langsung menangkap Kano yang tertidur di ranjang pasiennya.

"Ada apa?", Hideo seraya menyerahkan dua paperbag pada Alfred.

"Duduk dulu", Alfred menerimanya dan membawa mereka duduk pada sofa yang berada di dalam ruang rawat tersebut.

Alfred hanya bisa memberikan wajah datar sepanjang ceritanya pada Hideo. Dia tidak menceritakan begitu panjang, hanya cerita singkat namun sudah menyeluruh. Hideo yang mendengar itu hanya bisa ikut menghela napas panjangnya, tidak pernah mengira kejadian di film akan benar-benar ada.

Matanya melirik pada Kano kemudian beralih pada Alfred yang sepanjang ceritanya hanya menunduk. Tangannya bergerak meraih punggung Alfred dan menepuk pelan disana, memberikan rasa simpatinya.

"Kazuki juga membawakanmu makanan. Kau pasti belum makan malam", ujar Hideo dan mendapatkan anggukan dari Alfred.

"Pengaruh Mr. Simegure sangat besar, tidak salah banyak yang mengincar keluarganya", ujar Hideo.

"Sebenarnya hubungan mereka cukup rumit. Aku sampai sekarang belum mengerti apapun", ujar Alfred.

"Masih banyak waktu. Kau akan mengetahui semuanya", jawab Hideo.

"Ganti pakaianmu, biar aku bawa yang kotor", perintah Hideo.

Alfred mengangguk dan mengambil salah satu paper bag tersebut dan membawanya kedalam kamar mandi. Hideo menatap pada Kano yang masih diam diranjang, merasa sedikit buruk pada Alfred yang menjadi pendiam padahal itu bukan tipe sifat teman dekatnya tersebut.

Dirinya sadar jika teman dekatnya itu sekarang benar-benar telah jatuh hati pada pemuda yang kini terbaring tersebut.

Pintu kamar mandi terbuka, menampakkan Alfred yang sudah mengganti pakaian kotornya menjadi satu set baju olahraga.

"Badan Kazuki benar-benar pas untukku", ujar Alfred menghapiri kambali Hideo.

"Dilihat dari tinggi saja, kalian cukup mirip", balas Hideo.

"Dan pria pendek sepertimu bisa mendorong Kazuki dikasur, sangat tidak masuk akal", Alfred yang meletakkan paperbag berisi pakaiannya pada meja didekat sofa.

"Aku bahkan bisa mendorongmu", Hideo dengan senyum liciknya. Alfred bergidik geli.

"Jika itu terjadi aku lebih dulu muntah", balas Alfred membuat mereka terkekeh bersama. Hideo sedikit merasa lega, temannya itu masih masih melakukan lelucon.

"Aku akan pulang", Hideo berdiri dan mengambil paperbag yang baru saja diletakkan oleh Alfred. Alfred mengangguk kemudian ikut berjalan mengantar Hideo sampai pintu.

"Kabari aku jika dia membaik", ujar Hideo setelah mereka sampai pintu ruangan.

"Ya, pasti. Urus pekerjaanku besok, jika ada masalah segera hubungi aku", Alfred yang kali ini Hideo mengangguk sebagai jawaban.

UNABATEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang