12 : First love

377 47 3
                                    


======!!==!!==!!======

Kumagaya, Prefektur Saitama, Jepang.

Tawa kecil serta ucapan pujian muncul dari salah satu keluarga, dimana plat nama di dinding pagar rumah tersebut bertuliskan 'Okamato'. Mata mereka tertuju pada pemuda remaja yang berdiri dihadapan mereka menggunakan seragam Senior High School lengkap, wajahnya begitu memerah dimana terdapat tiga orang dewasa dihadapannya sedang menggoda dirinya dan melihat yang satu-satunya wita diantara mereka mengabadikan sang pemudah dengan kamera digitalnya.

"Ibu, ayah, kakak hentikan itu. Aku sudah SMA sekarang", protes sang pemuda dengan umur yang sudah mencapai 16 tahun itu. Ketiga orang yang disebutkan dihadapannya tersenyum dengan cibiran yang mengoloknya.

"Bahkan kau saja belum melewati dadaku", goda pria yang terliat masih sangat muda dengan berdiri disamping pemuda itu dan mengajak.

"Tsk- Lihat saja! Aku akan melewati kakak!", balas sang pemuda dengan wajahnya yang merona tak menerima olokan tersebut. Dua pasangan dihadapan mereka hanya tertawa dan membantu sang kakak untuk menggoda sang pemuda.

Sebuah pemandangan yang sangat indah dan sangat harmonis untuk sebuah keluarga. Bahkan untuk menjadi sebuah awalan kisah dan cerita, itu akan sangat membuat banyak orang sangat iri. Namun yang mananya awalan hanyalah awalan, dimana tidak akan bisa menjadi sebuah akhir. Awalan itu hanya merupakan kebahagiaan sejenak yang tidak akan sama dengan akhirnya.

Awal dan akhir...

Bahagia dan kehilangan kebagiaan itu...

Bukan hal yang aneh untuk anak remaja merasa jatuh cinta diusianya. Melirik seseorang yang membuat perutnya terasa menggelitik sehingga sensasi geli Ia rasakan diseluruh tubuhnya. Namun saat perasaan itu dia rasakan pada seseorang yang tidak seharusnya, apa perasaan itu masih termasuk wajar?

Musim panas,

Kumagaya, Prefektur Saitama, Jepang.

Kano berumur tujuh belas tahun terlihat duduk pada sofa ruang tamunya, degan tangannya yang memegang ponselnya yang tertempel pada telinganya bercakap santai dengan lawan bicaranya diseberang teleponnya.

"Sudah kubilang aku bukan anak kecil lagi, nii -san. Aku sudah kelas 2 SMA", gerutunya setelah mendengar ucapan dari seberang sana.

"Aku bisa menjaga rumah sendirian. Aku sudah besar dan tidak banyak yang kutakuti", tambahnya.

"Baik, baik. Kau sudah besar. Aku akan menyelesaikan urusanku dengan cepat disini", suara dari seberang telepon membuat Kano remaja itu mengangguk tanda setujunya.

Panggilan mereka terputus, menyudahi obrolan kakak beradik itu. Kano muda menghembuskan napasnya serya menatap langit rumahnya pada ruang tamu itu. Rumahnya nampak begitu sepi dengan alasan kedua orang tuanya pergi keluar kota untuk berlibur bersama sedangkan kakak laki-lakinya yang memang semenjak dirinya memasuki Universitas sudah tidak tinggal bersama dengan mereka karena merantau dikota besar.

Tentu saja itu membuat liburan musim panasnya terasa begitu sepi. Namun dirinya tidak akan mengatakan hal itu pada kakak laki-lakinya yang baru saja ada diseberang teleponnya atau kakaknya itu terus mengejeknya bahkan sampai dirinya dewasa nanti.

Getaran ditangannya menyadarkan Kano muda dari kesepiannya, membuat pandangannya teralih pada ponsel putih ditangannya itu. Layar kecil didepannya terdapat tulisan "Hasami Senpai", sudut bibirnya tertarik membentuk senyuman dan tanpa hitungan lama dirinya langsung menjawab panggilan tersebut.

"Halo, senpai?", suaranya memulai obrolan.

"Cepat sekali", goda dari seberang panggilannya. Kano muda tesipu menyadari godaan tersebut.

UNABATEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang