MFF-5

8.5K 521 8
                                    


"Good morning sleepy beauty..."

Kalimat itu lebih terdengar seperti sindiran dari pada sapaan. Tapi Dea bersikap seolah tuli dengan suara itu. Dia tidak terlalu mengambil hati apa pun yang Sharon katakan maupun lakukan selama seminggu ini. Tante-tante itu membencinya. Sudah jelas. Apa pun akan dia lakukan untuk membuat Dea sakit hati. Jadi untuk apa memperdulikan manusia yang jelas-jelas hanya ingin mengganggunya dan membuat hidupnya menderita itu?

"Ini bubur ayam kamu saya." Aldo baru saja muncul di dapur, membawa sebuah bungkusan berisi dua porsi bubur ayam.

Sharon mendelik pada Aldo. "LO keluar pagi-pagi buta Cuma buat beli itu buat dia?"

Aldo menggedikkan bahunya. Lalu dia mulai menuang bubur ayam itu ke dalam sebuah wadah. "Kemaren dea bilang dia kepengen bubur ayam yang di jual di dekat monas. Katanya bubur ayam disana enak. Jadi gue juga mau nyobain."

Yah, Dea memang kemaren tiba-tiba ingin mencicipi bubur ayam. Dia ingat dulu ada sebuah kedai bubur ayam yang enak yang letaknya di sekitar monas. Dia tidak menyangka kedai itu masih ada sampai sekarang.

"Ini sayang." Aldo tersenyum seraya mendorong mangkuk itu ke hadapannya.

"Lucky bitch," umpat Sharon pelan agar tak terdengar Aldo, tapi Dea bisa mendengarnya.

Sharon mendekati mesin pembuat kopi dan mulai membuat kopi untuknya sendiri. Setelah itu mengambil roti dan selai kacang dari dalam lemari persediaan. Ia menjatuhkan pantatnya di kursi sebelah Dea lagi.

"Al..." panggil Dea. Lidahnya terasa berat saat mengucapkannya. Tapi apa boleh buat, Aldo sudah melarangnya memanggilnya dengan panggilan om. Katanya itu akan membuat Sharon curiga.

"Iya sayang?" sosok itu menoleh kearahnya dengan senyum yang tak pernah ketinggalan dari bibirnya.

"Aku bosen dirumah terus. Mau jalan-jalan."

Aldo terlihat kaget dan tidak senang mendengar ide itu. Di pikirnya selama ini Dea cukup betah di apartemen. Namun dia mencoba menyembunyikannya dan bicara setenang mungkin. "Sayang, aku belakangan lagi sibuk sama kerjaan jadi gak bisa menemani kamu. Nanti ya kalau aku udah gak sibuk lagi. Aku akan bawa kamu kemana pun kamu mau."

Dea merenggut dengan manja. "Tapi aku maunya sekaraaaang. Aku bisa pergi sama supir. Iya kan? Iya kan?"

Sharon mendengus keras dan menatap Dea jijik karna tingkah manjanya itu. Tapi dia tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya menikmati kopinya. Berpura-pura tuli.

"Gak bisa. Di luar itu gak aman. Terakhir kali kamu berkendara sendiri kamu kecelakaan. Aku gak mau itu terulang lagi."

Sharon akhirnya berdecak dan berkata dengan santai. "Dia itu wanita dewasa Al. Why are you treating her like she is a kid?"

Dea mengangguk setuju. Kali ini dia mendukung Sharon. Baik juga ini nenek sihir.

"I just try to protect her okay?" Aldo menatap Sharon tajam. "Dia lebih penting bagi gue dari pada apa pun."

"Hah, love can blind you." Sharon meneguk sisa kopinya, lalu mengambil tasnya. Sebelum pergi dia sempat menoleh dan berkata "Kenapa tidak bawa saja dia ke kantor? Mungkin itu bisa membuat matanya sedikit terbuka kalau di dunia ini ada manusia gak beruntung yang gak punya tunangan kaya, jadi mereka mesti kerja banting tulang untuk menghidupi kehidupan mereka."

"Thanks Sharon," balas Aldo sarkastik.

"Sama-sama."

Bitch. Umpat Dea.

Setelah kepergian Sharon Dea kembali membujuk. "Oooom... Pleaseee..."

Dea menatap Aldo dengan puppy eyesnya. Berharap itu akan berkerja pada seorang Aldo.

My Future Fiance (COMPLETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang