"Good morniiiiing paman Aldo."
Dea mendaratkan pantatnya di kursi sebelah Aldo.
Sharon menatap keduanya heran setelah mendengar panggilan itu. "Paman?"
Aldo memberikan seulas senyum terpaksa sedangkan Dea terlihat tidak peduli dengan keheranan Sharon. Dia dengan santainya mengambil selembar roti dan melumurinya dengan mentega.
"Biasalah Dea. Becanda," kilah Aldo sembari memberikan sebuah tatapan peringatan pada Dea.
"Paman, hari ini jadi kan beli Hp baru?" tanya Dea lagi.
Aldo memicingkan matanya kesal. "Stop panggil aku paman De."
"Dasar aneh." Sharon geleng-geleng kepala melihat pasangan itu. "Seneng banget kayaknya hari ini?" ucapnya ditujukan pada Dea.
Bukan apa-apa. Pagi-pagi sebelumnya Dea lebih banyak diam dan dua hari kemaren dia malah mengurung diri di kamar tidak ingin sarapan. Sharon mengira mungkin dia sedang bertengkar dengan Aldo, tapi sekarang sepertinya mereka sudah berbaikan lagi.
"Hu'um." Dea mengangguk. "Aku lagi senang soalnya aku mau di beliin Hp."
"Segitunya?" Sharon geleng-geleng kepala. Haruskah Dea seheboh itu Cuma karna sebuah Hp?
Yeah. Sharon mungkin tidak tahu kalau Hp di jamannya itu masih jadul. Waktu dia SMP hpnya cuma hp butut bekas papanya. Sekarang mau dibelikan hp baru, Dea jelas senang dong?
"Nanti aku suruh asisten aku untuk membawakan beberapa mode terbaru buat kamu. Kamu tinggal pilih," ucap Aldo, terlihat sudah menyelesaikan makannya, dan ingin segera pergi.
"Yaaah, kok asisten!" seru Dea sebal.
Sebenarnya dia punya modus ingin keluar apartemen hari ini, gak apa deh walau bersama Aldo. Jika tidak, Aldo akan mengurungnya lagi seharian di apartemen.
"Terus maunya apa?" tanya Aldo datar.
"Aku mau milih sendiri di tokonya!"
"Buat apa? Kan sama aja pilih disini atau ditoko."
"Enggak!" Dea merenggut lalu menghampiri Aldo kemudian memeluk lengannya. "Aku mau kamu temenin aku. Ya? Ya?"
"Ya udah. Nanti aku suruh supir jemput kamu. Kita ketemu dikantorku saja."
...........................
Dea melangkahkan kakinya memasuki gedung tempat Aldo bekerja. Ia ditemani asisten Aldo yang bernama Daniel. Pria itu umurnya sekitar tiga puluh tahun dan lumayan tampan. Tapi dia sangat pendiam. Sepanjang perjalanan dia hanya bicara sedikit saja dan kalau ditanya jawabannya juga singkat dan padat. Sangat membosankan.
"Lewat sini Nona," kata Daniel sangat formal, membimbing Dea menuju ruangan Aldo yang terletak dilantai 17 gedung ini.
Sepanjang jalan, ada banyak sekali pegawai yang membungkuk hormat padanya, membuat Dea jadi heran sendiri. Memangnya mereka mengenalnya ya? Kenapa sampai membungkuk seperti itu?
Begitu sampai di dalam lift, Dea lihat Daniel seperti menahan senyum.
"Kenapa?" tanya Dea curiga, merasa ada sesuatu yang disembunyikan Daniel.
"Tidak nona."
Dea menyipitkan matanya tak yakin. Ditatap begitu Daniel jadi salah tingkah dan terpaksa jujur.
"Saya hanya ingat kejadian terakhir nona Dea kesini. Waktu itu nona bertengkar hebat dengan sekretaris bos. Sampai ada kejadian jambak-jambak rambut segala. Sangat lucu. Oh maaf saya tidak bermaksud-"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Future Fiance (COMPLETE)
RomansaApa jadinya jika suatu hari kamu terbangun dan menemukan dirimu sudah bertunangan dengan seseorang yang kamu benci?