Pesan-pesan dari Zeno itu sungguh mengganggu. Dea sudah berusaha mengabaikannya, tapi semakin lama isi pesannya semakin berani. Dea ingin memberi tahu Aldo mengenai hal ini, tapi dia takut. Dia takut Aldo akan salah sangka padanya.
Bagaimana kalau Aldo mengira dia selingkuh? Bagaimana kalau Aldo mengira dia memacarinya hanya demi hartanya saja seperti yang diumbar-umbarkan Zeno?
Tapi ucapan Zeno itu patut direnungkan walau pun dia tidak ingin. Bisa jadi dirinya memang selingkuh dibelakang Aldo. Tapi...
"De..."
Dea mengerjabkan matanya dengan terkejut saat seseorang mengusap punggung tangannya. Dia memutar kepalanya dan mendapati Aldo yang tengah menatapnya heran. "Kamu lagi ngelamun apa sih?"
"Gak. Gak ada." Dea berusaha bersikap biasa di depan Aldo. Namun sayangnya Aldo bukanlah orang yang gampang dikibuli.
"Ada apa?" tanya Aldo lembut.
"Gak ada apa-apa om." Elak Dea.
"Jangan bohong. Kamu tuh kalau bohong jelas banget."Aldo menunjuk ekspresi Dea dan tangan Dea yang saling remas dengan grogi. Dea akhirnya terpaksa mengaku.
"Ya, aku lagi mikirin sesuatu. Tapi itu gak penting."
Aldo menghela napasnya dan memilih untuk tidak mendesak Dea lagi. Dia pikir mungkin Dea hanya sedang grogi karna saat ini mereka sedang menuju butik yang menyiapkan gaun pengantin mereka. Aldo tak ingin memperparah mood Dea karna tadi saat berangkat Dea sudah ogah-ogahan. Takutnya Dea malah memutuskan untuk membatalkan rencana mereka ini.
Mobil Aldo akhirnya mendarat di pelataran parkir sebuah butik. Dea menatapi gaun indah yang dikenakan manekin yang dipajang dietalasi toko. Wah, pakaian disini pasti sangat mahal, pikirnya.
Aldo turun dari mobil lalu membukakan pintu mobil untuk Dea. "Silahkan tuan Putri..." ucapnya sambil tersenyum.
Dea hanya meringgis mendengar Aldo memanggilnya seperti itu, meski di dalam hati dia diam-diam merasa senang. Aldo menarik tangan Dea melingkari lengannya. Dea balas tersenyum lalu menyandarkan kepalanya di lengan Aldo. Mereka berdua melangkah memasuki butik tersebut.
"Eh Aldo. Datang juga kamu." Seorang gadis berkulit putih susu dan mengenakan kemeja senada dengan warna kulitnya itu, tersenyum menyambut kedatangan Aldo. Gadis itu sangat cantik, wajahnya seperti wanita jepang dan perawakannya anggun sekali. Sebagai wanita, Dea betul-betul iri dengan apa yang dimiliki wanita ini.
"Hai Zee." Aldo melepas ikatan tangannya dengan Dea lalu memeluk gadis itu. Si gadis tersenyum lalu memberikan sebuah kecupan di pipi Aldo.
"I miss you. Kamu nih sombong banget. Padahal kita sekota, tapi jarang mampir."
Aldo hanya tertawa kecil menanggapi ucapan gadis itu, sedangkan Dea tentu saja dadanya sudah sepanas bara menyaksikan kemesraan mereka. Apa-apaan Aldo bersikap mesra begitu didepannya? Pakai acara cium-cium segala lagi. Dia gak merasa bersalah ya? Padahal Dea tepat berada di depannya.
"Sayang, ini Zee. Zee maaf ya Dea mungkin gak ingat kamu. Dia sedang hilang ingatan." Aldo mengenalkan mereka. "Zee ini salah satu sepupuku." Jelas Aldo.
Oh, sepupu. Dea bergumam di dalam hati. Kok ya sepupu Aldo itu cantik-cantik semua? Eh, itu artinya Aldo selalu dikelilingi bidadari ya selama ini? Kok ya bisa dia segitu cintanya pada Dea padahal Dea sama sekali gak memenuhi standar kecantikan sepupunya ini? Apalagi Zee. Ya ampun.
"Ya udah yuk. Kita lihat baju pengantin kamu." Zee mengamit lengan Dea lalu membawanya menuju ruang ganti.
...............................
KAMU SEDANG MEMBACA
My Future Fiance (COMPLETE)
RomanceApa jadinya jika suatu hari kamu terbangun dan menemukan dirimu sudah bertunangan dengan seseorang yang kamu benci?