Dea sedang asyik memainkan ponsel barunya, dia terlihat sangat antusias mempelajari cara menggunakan aplikasi-aplikasi yang ada di dalamnya. Termasuk game. Kali ini di meja makan dia kelihatan sibuk bermain flappy bird, yang tentu saja membuat Aldo gerah melihatnya.
"Makan dulu de... kamu udah main itu dari malem tau gak!" seru Aldo terdengar kesal sekaligus khawatir.
Sharon geleng-geleng kepala. "Biarin aja Al. Lo capek ngomong doang."
Benar saja. Dea bertingkah seolah tidak mendengar percakapan itu dan melanjutkan kegiatannya bermain game. Aldo mendesah. Ia kemudian menarik ponsel itu dari genggaman Dea lalu mengantonginya.
"Yah yah yaaaaah." Dea menatap Aldo protes melihat ponselnya melayang dari tangannya. "Tadi itu aku baru mau nyelesein level tiga!"
"Makan," ucap Aldo dingin sambil mengangkat sendoknya. Dia juga mau melanjutkan sarapannya.
Dea cemberut. Mau tidak mau dia akhirnya menuruti perintah Aldo juga. Dengan malas dia menyuap nasi goreng yang tadi dipesan Aldo melalui jasa delivery. Sepanjang makan Dea terus-terusan melirik Aldo yang terlihat sangat menikmati sarapannya. Entah kenapa ada secercah rasa yang menggelitik hatinya saat memandang pria itu. Rasa yang membuatnya ketagihan. Ah, dia baru sadar kalau Aldo sangat tampan. Caranya mengunyah makanan terlihat sangat cool. Gerakan tangannya saat menyuap... ah, kenapa dia kelihatan sangat menarik padahal kegiatan itu biasa saja?
Lama-lama Aldo sadar juga kalau dia sedang diperhatikan. "Kamu kenapa?" tanyanya pada Dea.
Dea membuang pandang dengan wajah bersemu merah, malu karna sudah ketahuan memperhatikan Aldo. Tapi Aldo bersikap biasa saja. Ia kembali menyantap makannya hingga habis. Lalu meneguk segelas air putih.
Dea kembali melirik saat Aldo meneguk air itu. Memperhatikan saat jakunnya turun naik. O-My... dia baru sadar kalau Aldo itu sangat hot!
"Habiskan makan kamu. Nanti baru hpnya aku kembaliin." Aldo menggedikkan kepalanya pada nasi goreng yang ada di piring Dea, yang baru usak setengahnya.
Oh, syukurlah Aldo berpikir dia memandanginya karna benda satu itu! Padahal Dea sudah melupakan Hpnya, jika Aldo tidak mengingatkan.
"Kamu sudah menghubungi mama kamu?" tanya Aldo saat Dea sedang berusaha menghabiskan makanannya.
"Udah." Dea menjawab disela mengunyah.
Aldo manggut-manggut. Dia juga tidak mau memisahkan Dea dengan mamanya. Bagaimana pun orang tua Dea adalah calon mertuanya. Dia hanya mengantisipasi agar hubungan mereka tidak memburuk karna Dea yang ingin kabur darinya. Tapi sepertinya Dea tidak pernah berpikir untuk kabur lagi. Dari sejak mereka kembali dari bandung waktu itu dia menjadi sangat kooperatif. Mungkinkah itu karna Dea merasa bersalah setelah tahu dia yang meninggalkan Aldo dan membuat hubungan mereka berantakan seperti sekarang?
Tanpa sadar tangan Aldo terulur untuk mengelus puncak kepala Dea hingga membuat gadis itu sedikit kaget dan menatapnya. Aldo tersenyum. Jika saja Dea terus bersikap seperti ini, Jika saja Dea tidak pernah berpikir untuk meninggalkannya lagi, mungkin Aldo bisa kembali menjadi seperti sedia kala. Menjadi Aldo yang lembut dan perhatian.
Aldo mengeluarkan Hp Dea dari dalam sakunya dan menyerahkannya kembali. "Ini. Habiskan sarapan kamu, key? Aku berangkat kerja dulu."
"Al, gue bareng lo bisa? Mobil gue lagi di bengkel," sela Sharon yang juga sudah selesai sarapan.
"Key." Aldo mengangguk, lalu mengelus kepala Dea sekali lagi sebelum mengambil jasnya lalu beranjak untuk pergi ke kantor.
Dea menatap kepergiaannya dengan rasa tidak rela. Entah kenapa dia merasa merindukan Aldo padahal baru saja dia bersamanya. Hah. Sepertinya sekarang dia harus mengakui, dia mulai menyukai Aldo.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Future Fiance (COMPLETE)
RomanceApa jadinya jika suatu hari kamu terbangun dan menemukan dirimu sudah bertunangan dengan seseorang yang kamu benci?