Aldo mendorong pintu kamar itu perlahan. Waktu telah merangkak menuju jam 2 pagi namun matanya tak kunjung terlelap. Akhirnya dia putuskan untuk menghampiri kamar gadis itu. Gadisnya.
Aldo duduk di atas lantai di samping kiri tempat tidur Dea. Ia duduk bersila sambil memandangi wajah gadis itu. Dea. Pusat kesakitan dalam dirinya sekaligus sumber kebahagiaannya.
Seumur hidupnya Aldo tidak pernah merasa dicintai. Dia hidup disebuah keluarga kaku yang anggotanya hanya memikirkan diri sendiri. Ibunya memutuskan lari ke Prancis saat usianya empat tahun lalu meninggal enam tahun kemudian karna kecelakaan, meninggalkan kekayaan yang sama sekali tidak bisa membahagiakannya. Ayahnya menikah lagi dengan wanita yang jauh lebih muda, bahkan sejak ibunya masih hidup, dan tak pernah perduli pada Aldo. Yang dia pedulikan hanya hartanya, perusahaannya.
Lalu gadis ini... Dea...
Satu-satunya wanita yang dia cintai selama hiduppnya dan darinya pula Aldo merasa dicintai dan dibutuhkan. Dia merasa kehadiran Dea saja sudah cukup untuk melengkapinya.
Tapi kenapa...? Kenapa dia malah ingin meninggalkannya?
....................
"Al... bangun Al..." sebuah suara mengusik Aldo hingga pria itu pun terbangun. Ia membuka kedua kelopak matanya dan mendapati seorang gadis sedang menatapnya sambil tersenyum.
Cup. Sebuah kecupan mendarat di pipinya disusul sebuah sentuhan lembut dipipi.
"Kamu itu kerjanya lembur terus. Lihat tuh mata kamu sampai ada lingkaran hitamnya," dengus si gadis tidak suka.
"Dea...?"
"Ck, cepetan mandi. Biar aku siapin sarapan."
Lalu gadis itu turun dari atas ranjang dan keluar kamar. Aldo masih terlihat bingung dengan keadaannya. "Ini pasti mimpi," ucapnya.
Tapi sekali pun ini mimpi Aldo sama sekali tidak ingin terbangun. Mimpi ini terlalu indah baginya hingga dia ingin berlama-lama berada disana.
Aldo bergerak turun dari atas ranjangnya dan menghampiri Dea yang sedang mengiris bawang. Ia dengan sengaja memeluknya dari belakang, mengagetkan gadis itu.
"Aldo!"
Aldo terkekeh sementara kepalanya berada diceruk leher Dea. Ia sangat merindukannya. Memeluk gadis itu dan menghirup aromanya seperti ini. Dia sangat merindukannya. Sangat.
"Kamu kenapa sih? Kalau gak cepat siap-siap nanti kamu terlambat ke kantor."
"Biarin." Lagi pula ini hanya mimpi.
"Al..."
"Iya de, iya. Sebentar aja. Aku lagi pengen meluk kamu."
"Kamu kenapa sih? Gak biasanya manja gini." Gadis itu berbalik untuk menatapnya.
Jika ini memang mimpi, dia rela tertidur selamanya.
Aldo kembali memeluk gadis itu. Kali ini lebih erat dengan seluruh perasaannya. "Kamu tahu, aku bermimpi aneh sekali. Aku mimpi kamu meninggalkan aku de. Itu gak bener kan?"
Gadis itu tertawa geli mendengar perkataannya. "Apaan sih kamu. Mana mungkin aku ninggalin pria ganteng, baik, perhatian, kaya lagi kayak kamu. Itu mah namanya rugi bandar! Huu!"
Aldo tersenyum. "Kata terakhirnya gak enak."
"Yang mana?"
"Kaya. Rugi bandar."
Dea tertawa geli hingga tubuh mereka bedua jadi berguncang. "Inget. Cinta itu nomor satu. Materi nomor dua. Ganteng itu nomor tiga. Kalo dapet paket komplit kayak kamu, kenapa enggak? Ya gak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Future Fiance (COMPLETE)
RomanceApa jadinya jika suatu hari kamu terbangun dan menemukan dirimu sudah bertunangan dengan seseorang yang kamu benci?