Xin Menatap langit-langit ruang latihannya, dia sendirian diruangan itu.
Ujian telah usai, mereka tinggal menunggu hasil kerja keras mereka.
Ruang latihan kembali sepi, terutama ruang latihan paling ujung ini.
Xin tetap memilih ruang latihan no. 37, dia telah menyatu dengan ruangan sepi itu.
Xin sering melamun akhir-akhir ini.
Hubungannya dengan Kun masih tak dia mengerti.
Kun terus menempel padanya, dan dia terus menghindar, namun jauh didalam lubuk hatinya Kun memberikan getaran baru dalam hidupnya, memberikan nada baru yang belum pernah ditemuinya selama ini."Xin, kamu disini" Keke lega akhirnya berhasil menemukan sahabatnya.
"Kenapa jauh banget sih latihannya, belum latihan udah engap" lanjut Keke"Lagi kepingin Susana sepi aja, kalo keramean gak dapat inspirasi baru" jawab Xin asal.
"Halah, Bilang aja lagi menghindar kan?"
"Menghindar sama siapa?" Xin bangkit, pura-pura bodoh
"Aku bingung Xin, tentang hubungan kalian, tadi aku ketemu dia sama Lingzie di koridor ruang olahraga"
Keke berusaha jujur, karena dia khawatir Xin hanya dipermainkan oleh Kun."Aku juga bingung Ke"
"Makanya aku bilang, jauh-jauh deh hubungan gituan, kita masuk sekolah ini supaya bisa debut dan bersinar selamanya, ingat itu" Keke menepuk pundak Xin memberikan kekuatan dan semangat untuk sahabatnya itu.Xin tersenyum, sedikit dipaksakan.
Dia meyakinkan diri sendiri bahwa Kun hanya salah satu cobaan diawal karirnya."Besok main basket yok, udah lama gak main" rengek Keke yang memang hobby banget main basket.
"Siap bos..." Xin kembali ceria.
Dia bertekad tidak akan lagi memusingkan hal lain.
Urusan cinta nanti saja... setelah 25 tahun, bisiknya dalam hati.
***
Udara sore itu cukup sejuk langit sedikit mendung, awan hitam terlihat diujung sana, sangat bersahabat untuk main dilapangan.Xin, Keke, Chenceng, lingkai, yuyan dan Kiki sudah siap dilapangan basket. Namun baru mendrible beberapa kali, mereka disuruh menyingkir karena akan ada pertandingan antar senior mereka.
Karena keasyikan diruang latihan mereka sampai tidak mendengar berita itu.
Padahal seantero sekolah sudah membicarakan itu sejak beberapa hari yang lalu.
" Aku bilang juga apa, ada pertandingan, gak percaya sih" Linkai memang bilang lapangan kayaknya mau dipake tapi dia sendiri gak yakin."Kok gak diindoor aja sih mereka" gerutu Yuyan.
"Udahlah kita nonton aja yuk, udah terlanjur disini" ajak Kiki, melihat bangku penonton mulai dipadati penonton.
Mereka berenam pun bersiap mencari bangku yang kosong."Ke..." Seorang pria plontos berlari kearah mereka.
Menyerahkan secarik kertas, lembar formulir pendaftaran klub basket perempuan.
"Gabung ya ke...."pintanya
Keke mengangguk dengan senang hati.
"Yes...!!!"
Liangseng kegirangan. Keke memang adalah targetnya. Bukan hanya untuk klub nya tapi juga untuk hatinya.
Melihat senyum Keke, seolah doping untuk pertandingannya kelak.
Keke geli melihatnya, dia tau Liangseng ada hati untuk padanya. Keke tidak sepolos itu untuk telat menyadari sikap dan perhatian Liangseng yg berbeda kepadanya.***
Pertandingan akan segera dimulai, bangku penonton penuh sesak.
Kun dan timnya masuk lapangan diiringi sorakan penonton.
Xin melihat Lingzie dan Jennie diseberang sana, lebih dekat dengan tempat istirahat Kun.Penampilannya tetap modis dan stylish seperti biasanya. Kun tampak menyapa keduanya sesaat. sekedar menanyakan kabar Lingzie karena karena kejadian tempo hari, Lingzie harus dirawat beberapa hari dirumah sakit, dan melewatkan ujian peringkatnya.
Kun mencari-cari keberadaan pujaan hatinya. dia menemukannya diseberang sana.
Xin duduk dengan teman-temannya yang sudah mengenakan pakaian basket.
Kun tersenyum, gadis ini imut sekali, pikirnya. untuk mendukungnya mereka mengenakan setelan basket. sebenarnya mereka mau main atau nonton sih.
pertandingan dimulai,, tim Kun tertinggal dari tim Liangseng.
tapi tetap saja suara bergemuruh mendukung Kun.
"ini konser atau pertandingan basket sih..." Yuyan berbisik
"aku merasa seperti ini konser Kun...haaha" Kiki menanggapi
"kasian tim B hahaha" yuyan menunjuk Liangseng yang mukanya cemberut, berapakalipun dia berhasil melakukan shoot yang mendapat sorakan tetap Kun.
memasuki pergantian waktu. Lingzie menyerahkan botol minum kepada Kun.
Xin melihatnya, ada rasa panas menyergap dadanya, sedikit nyeri disana.
Kun menerimanya. senyumnya manis seprti gulali.
akhir-akhir ini Kun sudah jarang mengirimi Xin pesan, apakah dia sudah melupakan Xin. lihatlah disana, dia memperlakukan Lingzie seperti kekasihnya.
tiba-tiba langit mendung, tak seperti perkiraan cuaca dari BMKG, hujan tiba-tiba turun.
semua siswa berhamburan, kecuali satu orang.
ya,,,dia adalah Xin.
gadis hujan itu justru menikmatinya.
merasakan tetes demi tetes air dari langit itu membasahi wajahnya. membasuh seluruh luka hatinya.
tiba-tiba titik hujan itu tak lagi berlabuh diwajahnya, Xin membuka matanya.
ada payung berwarna biru diatas kepalanya. Xin menoleh kebelakang, Chencheng memayunginya. tiba-tiba gemuruh menggelegar, Xin berbalik terkejut. tanpa sengaja merapatkan diri pada Chenceng.
tubuhnya tinggi dan wangi,,,
saat Xin berbalik hidungnya menyentuh dada Chencheng, ada aroma citrus menyegarkan.
"jangan kehujanan Xin, jangan sakit, jangan takut aku melindungimu" bisik Chenceng terdengar lembut ditelinga Xin.
Kun melihat semua itu diujug sana. sial dia tak tau akan hujan, dan langsung berlari saat hujan tanpa memperdulikan pujaan hatinya yang belum berteduh.
mengapa Chenceng sangat menyebalkan.
dia seperti selalu menempel pada Xin.
apakah Chencheng menyukai Xin???
****
terimakasih atas responnya guys, jangan lupa vote dan komen ya biar tambah semangat..
terimakasih
KAMU SEDANG MEMBACA
X QUEEN
Teen Fictioncerita ini aku buat karena sudah 2 tahun ini aku stan idol cpop Liu Xin dan cerita ini aku dedikasikan untuk dia fiksi semata, mohon maaf apabila kemudian menyinggung idol lain