***
Gadis itu tiba-tiba terbangun dari tidurnya. Dia hampir saja terlonjak dari kasur empuknya. Perasaannya terasa tidak enak. Tadi dia juga bermimpi tentang Justin. Justin datang ke dalam mimpinya untuk yang pertama kalinya semenjak dia koma. Alice berusaha tenang, menarik nafasnya panjang lalu menghembuskannya.
Alice melihat jam yang ada di samping tempat tidurnya. Pukul 21.30. Rupanya ini masih malam. Setelah pulang dari rumah sakit tadi dia memang memutuskan untuk tidur sebentar untuk memulihkan tenaganya. Merasa tidak lapar dan lelah, Alice mencoba untuk memejamkan matanya kembali. Tapi pikirannya sama sekali tidak tenang. Walaupun berusaha untuk kembali ke alam mimpi, tidak ada gunanya jika pikirannya masih terbayang-bayang tentang Justin.
Alice bangun dari tempat tidurnya. Dia keluar menuju balkon kamarnya dan menatap bulan yang bersinar terang malam ini. Masih seperti biasa, Los Angeles tidak pernah tidur. Jalanan masih saja terlihat ramai. Alice melepas kalung yang dipakainya. Ada dua cincin yang menjadi liontinnya di sana. Cincin pertunangannya dan Justin yang masih ia simpan sejak saat itu. Saat Justin mengambilnya di dalam kolam renang dan memberikannya padanya. Gadis itu menatap cincin mereka. Andaikan ingatan Justin kembali, pasti mereka telah memakai sepasang cincin itu.
Tiba-tiba ponselnya berdering. Alice mengambilnya dari dalam kantung celananya lalu menyentuh gambar berwarna hijau tersebut. Tertera nama Jason di sana.
"Halo?" Alice menyapa seseorang yang sedang menelponnya itu.
"Aku akan menjemputmu dalam 10 menit. Cepat bersiap-siap sekarang," katanya terdengar terburu-buru.
"Ada apa?!"
"Itu nggak penting. Yang penting aku harus membawamu bersamaku sekarang," ucapnya lagi.
Terdengar deruan suara mesin mobil dari telepon. Sepertinya dia memang tidak main-main dan sedang di jalan sekarang. Akhirnya Alice menyiapkan tasnya dan menuruti perkataan Jason. Tak lama kemudian, Jason datang dengan Ferrari hitamnya. Dia terus memberi kode untuk cepat masuk ke dalam mobil. Kali ini Alice benar-benar takut. Sepertinya sesuatu yang. buruk akan menghampirinya.
"Aku harus membawamu ke rumah sakit sekarang," kata Jason tidak menghiraukan pertanyaan Alice. Ternyata prasangkanya benar. Pasti sesuatu yang buruk terjadi pada Justin saat ini.
"Justin udah sadar," lanjut Jason membuat hati Alice yang bergemuruh menjadi tenang kembali sekaligus senang. Dia sangat lega, sangat.
"Max mengetahuinya dan dia akan menghabisi Justin malam ini."
"Apa?! Kamu menyebalkan Jas. Perasaanku bukan mainan." Jason benar-benar membuat jantungnya ingin copot sekarang ini. Dia mempermainkannya dengan memutus-mutus perkataannya. Sialan. Alice memegangi dadanya untuk menenangkannya tapi tidak bisa untuk kali ini.
"Maaf. Aku hanya sedang sangat tegang."
"Apa kamu tau sekarang Max ada di mana?" tanya Alice.
"Dia dan yang lainnya sedang ada dalam perjalanan menuju rumah sakit, separuhnya menuju rumahmu," jelas Jason sambil membanting stirnya cepat ke kanan. Mereka harus bergegas sekarang dan lebih dulu sampai di rumah sakit atau nyawa Justin tidak akan selamat.
"Rumahku?"
"Dia juga berencana untuk membunuhmu." Alice hanya bisa membuka mulutnya untuk menanggapi perkataan Jason karena lidahnya mulai terasa kelu.
Sebentar lagi mereka akan segera sampai di rumah sakit. Rasanya ketegangan Alice mulai berkurang, mengetahui bahwa menurut Derek, Max dan yang lainnya masih sedang dalam perjalanan. Tetapi tiba-tiba saja sebuah mobil Lamborghini berhenti dengan mendadak di depannya setelah menyalip mobil Jason. Dengan cepat, dia sudah bisa mengetahui siapa yang telah menghadang mobilnya sekarang. Siapa yang ingin menangkap dan menghentikan Alice.
"Berhenti melindunginya Jas." Max mengetuk kaca mobil di sebelah Jason cukup keras dan mengejutkan Alice.
Jason keluar dari mobil dan selalu terlihat berani. Mungkin saja sekarang ini tangannya bergetar karena ketakutan. Bukan takut karena dirinya mungkin akan terbunuh, tapi takut jika ia akan kehilangan gadis yang dicintainya dan telah dilindunginya selama ini. Beberapa teman-teman satu gengnya bersiap di belakang Max. Dia tidak mengira jika akan berakhir seperti ini. Berkhianat dan melawan teman-temannya sendiri.
"Apa yang kamu inginkan?"
Max tertawa. "Berhenti membuang waktuku, penghianat. Kamu udah tau apa jawaban dari pertanyaanmu."
"Aku nggak akan membiarkannya jatuh ke tanganmu," ucap Jason menggenggam tangan Alice yang ada di belakangnya.
"Kita lihat saja nanti." Max memberi kode untuk para anak buahnya sambil menengok ke belakang sejenak. Beberapa dari mereka mendekat ke arah Jason lalu berusaha meninjunya tapi ditangkas dengan cepat olehnya dan meninju mereka dengan handal.
"Ini baru permulaan. Pertunjukan sesungguhnya baru akan dimulai," kata Max dengan percaya diri.
Beberapa dari mereka mulai menyerang lagi tetapi berhasil diatasi oleh Jason. Max dan yang lainnya tahu kalau Jason memang salah satu dari anggota yang terkuat di The Bloods Gang setelah Max. Dia bisa melakukan apa saja, termasuk bertarung dan menembak. Tentu saja Max belum menyerah walaupun setengah dari anggotanya sudah babak belur dan tak berdaya. Ia terus memerintahkan para anggotanya untuk menyerang Jason yang menjadi benteng penjaga Alice. Tentu saja tidak ada yang bisa dilakukan Alice selain berteriak minta tolong. Tapi Jason melarangnya, karena pasti mereka akan terlibat para polisi jika warga sipil mendengar kerisuhan ini.
"Berhenti. Jangan berteriak lagi. Aku nggak mau terlibat dengan polisi," ucap Jason sambil sedikit menengok ke belakang, ke arah Alice. Gadis itu langsung membungkam mulutnya dan menarik nafasnya dalam-dalam, tapi hal itu masih belum bisa mengurangi rasa takutnya.
"Jason, awas!" seru Alice sambil menunjuk ke depan. Ternyata saat Jason mulai lemah, Max berhasil mengambil kesempatan itu dan meninju wajah Jason dengan kencang sehingga ia terjatuh. Darah pun mulai keluar dari ujung bibirnya. Lagi-lagi Alice harus melihat kejadian seperti ini untuk yang kesekian kalinya. Alice ikut terduduk untuk memegangi Jason yang terjatuh.
"Para pengawalmu sudah gagal melindungimu," ucap Max sambil mengeluarkan pistol dari balik jaket kulitnya.
Alice menggeleng. "Enggak. Mereka bukan pengawalku, mereka pahlawanku."
Max agak tersentak mendengar perkataan gadis itu yang begitu yakin. Tapi setelah itu wajahnya kembali berubah, ia tertawa meremehkan sambil tersenyum miring.
"Gadis bodoh. Lihat sekelilingmu sekarang. Para pahlawanmu itu sudah sekarat," kata Max seraya menendang lengan Jason yang sempat tertembak anggota Shadow kemarin dan membuat pria itu meringis kesakitan. Tidak ada yang bisa dilakukannya lagi sekarang. Jika ia bergerak, Max bisa saja langsung menembaknya.
"Bawa dan habisi dia!" perintah Max kepada anak buahnya. Jason hanya bisa berteriak untuk menghentikan mereka yang memegangi kedua tangan Alice dan menariknya dengan kasar karena yang lainnya masih menodongkan pistol ke arahnya.
"Save him first," bisik Alice saat mereka mulai menariknya menjauh dari Jason. Kata-kata yang sangat singkat tapi penuh makna. Dia tahu pasti Jason akan menyelamatkannya. Tetapi sekarang ia yang sedang dalam masalah masih bisa memikirkan orang lain -Justin-, dan bukan dirinya.
"Alice, no!! Aku akan menyelamatkanmu! I promise!" Hanya itu yang bisa Alice dengar saat anak buah Max mendorongnya masuk ke dalam mobil.
Jason merasa sangat lemah sekarang. Dia sadar bahwa ia telah gagal melindungi gadis itu. Tapi apa dia juga harus menjaga Justin untuknya? Menjaga orang yang paling dibencinya selama ini? Ia memukul aspal yang sangat keras itu. Merasa sangat kecewa dan marah. Alice benar. Jason harus melindungi Justin untuknya dan menyelamatkan gadis itu sekarang. Atau tidak akan ada yang selamat.
-To Be Continued-
Lagi2 aku harus minta maaf gara2 3 minggu ga update huehehe. Masih ada yg mau baca ga ya :') Wattpad di hape aku error, ga bisa buat buka works nya & tugas menumpuk :(
Maaf juga kalo ini pendek abal dan ga memuaskan. Nyebelin kan gue haha. Kritik sarannya dong?
Don't forget to vote or comment buat next dan kalo kalian suka ❤️P.S: thank you sooo much buat 1k votes, i love u and i appreciate it! kecup basah buat kalian yg udh setia nunggu update-an lovers 2 ini walaupun suka ngaret 💋
Much love, alifa <3
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovers 2 (Justin Bieber Fanfiction)
Fanfiction(Book 2 of Lovers: Justin Bieber Love Story) Justin dan Alice resmi bertunangan kali ini. Tapi ancaman The Bloods Gang yang datang terus menerus menghantui hubungan mereka, membuat keduanya harus berpisah. Untunglah Jason selalu ada disisi Alice saa...