***
Hari telah berganti. Yah, ini hari yang baru. Itu juga berarti kali ini Alice harus membuka lembaran baru dalam hidupnya. Hidup bukan hanya soal cinta. Alice masih punya cita-cita yang berhak diraihnya dengan kerja keras. Yang sekarang Alice fokuskan adalah kuliah bukan cinta. Cinta menjadi nomor dua baginya.
Mungkin pertunangan pada masa dini adalah langkah yang salah yang telah dipilihnya. Semua masih terlalu dini. Anak remaja memang masih sangat labil. Padahal pertunangan berarti mereka menjalin hubungan percintaannya pada jalan yang lebih serius dan nantinya akan berakhir pada pernikahan bukan seperti ini.
Dia pikir cinta ini adalah awal yang baik dan akan berakhir dengan indah. Tapi ternyata malah membuatnya sengsara dan jatuh dengan hebat. Ya memang kalau berani jatuh cinta, maka kita harus berani untuk merasakan akibatnya juga.
Alice membuka laci yang ada pada meja belajarnya. Beberapa surat dari Justin ia masukkan ke dalam kardus yang sudah terisi itu yang nantinya mungkin akan disingkirkan dari kamarnya. Tiba-tiba saja sebuah surat jatuh ke lantai. Amplopnya berwarna pink muda. Sebenarnya dia masih mengingat surat yang diberikan Justin saat dulu dia menyatakan cintanya. Maksudnya, Justin tidak hanya menyatakan cintanya sekali, tapi berkali-kali. Itu yang membuat Alice susah melupakannya karena dia selalu bilang 'aku mencintaimu' setiap kali.
Saat itu setelah menonton film horor di bioskop, Justin memberikan surat itu yang membuat perut Alice mual seketika. Maksudnya dia begitu senang dan mendapati jantungnya berdetak kencang juga saat itu. Makanya dia merasa ingin muntah. Alice hanya tertawa melihatnya, lalu memasukkan surat itu ke dalam kardus.
"You're my past," gumam Alice sambil memperhatikan apa yang ada dalam kotak kardus itu. Dia harus bisa secepat mungkin melupakan Justin dan tidak terus larut dalam kesedihan. Itu akan berakibat buruk bagi otak dan batinnya.
"Hey Al, what are you doing?" tanya Caroline yang sebelumnya sudah mengetuk pintu kamar Alice dan masuk begitu saja.
"Melupakannya."
"You...," Ucapan Caroline tertahan mengetahui Alice secepat ini move on dari Justin. Dia benar-benar kuat. "You're so strong. I'm so proud of you," lanjut gadis dengan lesung pipi itu. Dia langsung memeluk Alice dari belakang. Karena lebih pendek beberapa senti saja dari Alice, Caroline meletakkan kepalanya pada bahu kiri Alice.
"Thank you Car. Jadi, bisakah kamu menolongku?" tanya Alice melepaskan pelukan Caroline.
"Anything for you my beautiful cousin."
"Bisa antar ini ke rumah Justin?" tanya Alice lembut. Seketika membuat Caroline ingat dengan janjinya bahwa ia akan kembali ke rumah Justin. Setelah itu ia mengangguk dan mengambil kardus itu dari tangan Alice. Gadis itu tidak berniat membakarnya atau membuangnya ke tempat sampah agar kenangan mereka tetap utuh.
--
Caroline keluar dari mobilnya dengan flat shoes dan mantelnya. Hari ini memang tidak turun salju, hanya saja cuacanya masih sangat dingin. Mungkin sebentar lagi musim salju akan berlalu. Tidak sabar untuk musim panas!
Gadis itu mengetuk pintu rumah Justin beberapa kali. Sudah sekitar 5 menit ia berdiri di sana tapi tidak ada yang membukakannya. Apa sebaiknya ia mengetuknya lagi? Caroline mulai mengetuknya dengan sangat keras karena kesal sekarang ini. Dia tidak memperhatikan pintu yang diketuknya, malah melihat ke arah mobil-mobil mahal yang terparkir rapi di halaman rumah Justin.
"Yea, i'm coming!" seru seseorang yang sedetik kemudian membuka pintunya. Dengan tidak sadar, ketukan tangan Caroline tepat mengenai kepala pria yang ada di depannya.
"Aw!" erangnya sambil mengusap kepalanya. Dia menatap Caroline seolah-olah gadis itu adalah mangsa yang akan dilahapnya hidup-hidup. Matanya menyipit memperhatikan setiap inci dari wajah gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovers 2 (Justin Bieber Fanfiction)
Fanfic(Book 2 of Lovers: Justin Bieber Love Story) Justin dan Alice resmi bertunangan kali ini. Tapi ancaman The Bloods Gang yang datang terus menerus menghantui hubungan mereka, membuat keduanya harus berpisah. Untunglah Jason selalu ada disisi Alice saa...