***
"Angkat Jas, please," ucap Alice pada dirinya sendiri karena memang tidak ada orang di dalam mobil dan sekarang ponselnya sudah tersambung. Terbukti, dia memang tidak mau mengangkatnya.
Sebelumnya dia berpikir akan pergi ke markas The Bloods Gang, tapi tidak mungkin. Dia akan membunuh dirinya sendiri. Akhirnya Alice memutuskan untuk pergi ke rumah Justin. Dia bahkan tidak tahu jika Justin sudah pulang dari rumah sakit atau belum. Karena Jason bilang semalam, Justin sudah sadar. Alice membanting stirnya menuju rumah Justin dengan lincah karena sudah terbiasa.
Sebelum dia masuk, dia berhenti sebentar untuk memencet bel rumahnya. Keraguan itu terus mengelilingi dirinya. Perasaan tidak
enak mulai menghantuinya lagi. Tapi akhirnya dengan keberanian, ia memencet tombol bel itu. Tak lama kemudian, seorang laki-laki yang hampir menyamai tingginya datang membukakan pintu. Ternyata Derek."Apa Justin udah pulang?" tanya Alice sebelum dia melangkah masuk. Dengan spontan ia menanyakannya. Padahal tujuan sebelumnya adalah untuk mencari Jason.
"Oh ya, dia ada di kamarnya," jawab Derek lalu mempersilahkannya masuk. Setelah itu Derek pamit untuk pergi. Mungkin dia akan menemui Jason, atau sekedar berjalan-jalan.
"Tunggu! Ke mana Jason?" tanya Alice yang tiba-tiba saja ingat akan tujuan sebelumnya. Dia jadi merasa sangat bersalah pada dirinya. Jason yang telah menyelamatkannya, tapi dia malah mencari Justin lebih dulu. Terbukti bahwa Alice masih belum bisa melupakan Justin.
"Uh, dia....aku nggak tau," jawab Derek terbata-bata. Alice menyipitkan matanya, sudah bisa menebak bahwa Derek berbohong.
"Bohong. Beri tau aku, di mana dia?"
"Uh, baiklah. Markas Shadow. Kamu nggak tau tempatnya, jadi aku akan pergi sekarang. See you Al!" serunya yang lalu berlari secepat mungkin menuju mobilnya dan melesat begitu saja. Alice hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat laki-laki yang berumur 3 tahun lebih muda darinya itu. Bagi Alice, Derek sudah seperti adiknya, seperti Caroline.
Alice melanjutkan langkah kakinya untuk menaiki tangga menuju kamar Justin yang sudah diketahuinya. Dengan perlahan, dia menaiki satu persatu anak tangga. Setelah sampai di depan pintu kamar Justin yang terbuka sedikit, sebelumnya dia mengintip. Terlihat seorang gadis yang duduk di dekat Justin sambil memegang tangannya, tapi Alice tidak bisa melihat wajahnya. Alice pikir itu adalah Kathlyn. Karena tentu saja, Justin berpikir bahwa Kathlyn lah cinta sejatinya.
Alice terkejut setengah mati sekaligus sedih. Perasaan itu melandanya begitu saja. Ternyata perasaan negatifnya selalu menjadi kenyataan. Dia lalu membalikkan badannya dan bersender di tembok yang ada di sebelah pintu kamar Justin. Air mata itu meluncur begitu saja dari kelopak mata kirinya lalu diikuti dengan yang satunya. Dia berusaha menutupi mulutnya agar tangisannya tidak terdengar. Alice melepas kalungnya dengan liontin kedua cincin pertunangan mereka -Justin dan Alice-.
Dia kira Justin akan berubah setelah koma itu. Dia tidak mengharapkan semua akan kembali seperti semula. Dia tidak berharap Justin memintanya menjadi pacar atau tunangannya kembali. Dia tidak berharap Justin bisa mencintainya kembali. Yang ia inginkan hanyalah Justin mengingat siapa gadis itu sebenarnya. Bukan menyimpulkannya sendiri dalam otak barunya.
Karena tidak sadar, dengan tidak sengaja Alice menyenggol lampu yang ada di sebelahnya. Jantungnya berdetak kencang. Gawat, dia ketahuan. Kathlyn terdengar akan melihat siapa yang ada di depan pintu kamar Justin. Dengan terburu-buru, Alice berlari menuruni anak tangga. Anehnya, Kathlyn tidak memanggilnya. Apa dia sengaja karena dia sudah mengetahui itu adalah Alice?
"Hei, siapa itu?!" teriak Justin yang sudah berada di samping Kathlyn. Ia berusaha mengejarnya dan menuruni anak tangga. Tapi sayang, tubuhnya masih lemah sehingga tidak mampu menggapai gadis itu. Dia sudah masuk
ke dalam mobil dan pergi begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovers 2 (Justin Bieber Fanfiction)
Fanfiction(Book 2 of Lovers: Justin Bieber Love Story) Justin dan Alice resmi bertunangan kali ini. Tapi ancaman The Bloods Gang yang datang terus menerus menghantui hubungan mereka, membuat keduanya harus berpisah. Untunglah Jason selalu ada disisi Alice saa...