2

132 13 0
                                    

"Aku dapat ini." Yuta menunjukkan hasil buruannya pada seorang pria yang sedang sibuk mengurus bagian belakang rumah mereka yang bocor.

"Seekor kelinci." Dia hanya melirik sekilas, seolah yang ditangkap Sigra itu bukan sesuatu yang spesial.

"Ya, seandainya masih ada rusa atau kambing, kita pasti lebih kenyang."

"Taruh di situ aku akan menyembelihnya."

Yuta menatap lagi hewan buruannya yang masih hidup, tetapi sudah tidak berdaya sama sekali.

"Kenapa tidak langsung dibakar saja?"

"Karena kamu manusia, bukan hewan. Tidak ada manusa yang memakan bangkai. Kamu harus menyembelihnya dengan baik sebagai bentuk penghormatan terakhir, sebelum memakannya."

"Lama," gerutu Yuta matanya kemudian menyala-nyala tampak akan membakar kelinci tersebut.

"Yuta!"

"Oh, oke!" Yuta batal membuka mulutnya, memilih untuk menuruti apa kata pamannya. Dia sudah memelotot dengan sebilah pisau di tangan. Menyeramkan.

Yuta tinggalkan kelinci tadi. Dia sibuk melempar-lempar batang kayu sembari melamun.

Bahkan ketika kelinci sudah disembelih dan dibersihkan bulu-bulunya, dia masih sibuk melamun.

"Paman, kapan aku bisa keluar dari sini?"

"Tunggu sampai sifat binatangmu bisa turun sepuluh persen lagi."

"Sejauh yang aku rasakan, dalam didikanmu, sifatku malah meningkat sepuluh persen setiap hari."

"Kalau begitu, kamu tidak akan pernah keluar dari tempat ini."

"Aku bisa gila. Aku akan mati." Yuta merasa putus asa.

Adrian--pamannya mendengkus. "Kamu tidak akan mati, Yuta. Pergi dari sini justru itu yang akan membuatmu mati."

"Aku akan jadi mahluk abadi yang hampa."

"Tidak akan, berhentilah merutuki nasibmu."

"Pasti ada cara." Yuta melompat ke langit-langit lalu membalikkan kepalanya ke bawah.

Adrian kaget dengan kelakuan Yuta, dia cukup menghela napas.

"Jangan berdiri di langit-langit dengan kepala terbalik begitu."

"Kenapa?"

Adrian memejam cukup lama. "Karena kamu bukan kelelawar!"

.

.

Miss Wina dan pembina yang lain mengatakan kalau semua siswa peserta kemah akan ikut dalam permainan mencari jejak.

Anak-anak sudah dibagi menjadi beberapa kelompok. Tentu saja itu berdasarkan dari grup tenda mereka.

Tugasnya mudah. Hanya menemukan slayer merah yang disembunyikan berdasarkan petunjuk yang sudah disiapkan.

Mereka mulai berjalan mengikuti arahan pembina. Mendatangi beberapa pos untuk mendapatkan petunjuk.

Clue pertama, mereka harus mencari sebuah botol yang di dalamnya terdapat sebuah pertanyaan.

Maria yang melihat lebih dulu kemudian dia berlari.

Maria membukanya, lalu mendapati soal Phitagoras

Athena melihatnya, hanya dalam beberapa detik dia tahu berapa nilai dari persamaan itu.

"Aku tahu!" seru Athena kemudian membawa kelompoknya untuk berlari ke post dua.

Keturunan Naga ApiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang