Athena kembali dengan selamat, Maria senang dan langsung menyambutnya. Dia menyiapkan handuk dan juga air hangat untuk temannya tersebut. Sementara Linie yang menyaksikan hanya menahan kekesalan.
Aku bilang juga apa, kamu tidak bisa pergi keluar sendirian. Untung mis Wina bisa menemukan kamu
Athena tahu dia salah. Namun, sat dalam.temda dia malah punya cerita lain yang lebih menarik. "Kamu tahu, aku bisa selamat juga karena bertemu dengan seseorang."
"Seseorang?"
Athena mengangguk. "Dia anak muda, mungkin seusia dengan kita."
"Terus?" Maria kelihatan penasaran. Athena kemudian menceritakan apa yang dia alami saat tersesat tadi. Tanggapan Maia di luar dugaan.
"Kamu mungkin berhalusinasi atau atasi karena panik. Jadi, berpikiran yang bukan bukan."
"Aku rasa bukan begitu." Athena ingin Maria percaya bahwa apa yang dia katakan itu benar. Aku bertemu dengan anak muda seusia kita dia tinggal dalam hutan ini bersama dengan laki laki."
Beberapa detik kemudian Athena menyadari kalau ada bahaya yang terjadi tadi. "Tadi, aku saat dalam bahaya..ada orang yang mencari kami dan anak itu malah ikut dengannya. Tapi, dia menyebut orang itu paman. Jadi, menurut kamu bagaimana?"
Maria menghela napas panjang. "Menurutku, kamu harus cepat minum susu hangat ini, segera tidur. Kalau ketahuan Miss Wina dan yang lainnya kita tidak istirahat, siap-siap saja habis ini kita akan kena hukuman."
*
Pagi harinya saat sarapan, Athena menyempatkan untuk menghampiri Linie yang santai menikmati mie cup seduh. Dia tidak kelihatan khawatir sama sekali untuk apa yang terjadi semalam.
"Ini topi kamu!" Athena memberikannya. Di saat Linie tampak tidak menggubris, dia menarik tangan perempuan itu lalu menaruh topi di tangannya.
"Athena, kamu tidak tahu diri ya. Sudah semalam buat heboh sekarang malah ganggu aku yang lagi makan."
"Linie!" Athena menatap tajam padanya. "Harusnya kamu yang sadar kalau kamulah yang menyebabkan banyak masalah ini. Aku tahu kamu pasti orang yang sengaja menghilangkan semua tanda yang aku buat di pohon itu, 'kan?"
"Athena, kamu jangan cari gara-gara denganku." Linie bangun. "Gadis bermata hazel tersebut ingin menyerang, tetapi Athena dengan berani mengatakan, Linie aku diam padamu bukan berati aku ini takut padamu. Aku cuma tidak mau kamu bilang macam-macam ke Mama Lusi dan itu akan membuatku dihukum!"
Linie mendecih. "Sudah tahu kamu takut dengan mamaku masih saja berani macam-macam."
Aku bukan mau macam-macam. "Tapi, cuma mau mengingatkan kalau kamu berani mengerjai aku sekali lagi sampai begitu, aku pastikan akan buat kamu menyesal!"
Athena tinggalkan Linie kemabli ke tenda. Teman-teman satu kelompoknya langsung menyarankan Linie agar membalas kelakuan Athena yang menjengkelkan itu.
Tentu Linie akan membalasnya, tunggu saja nanti. Kalau ada ide yang lebih bagus, dia tidak akan biarkan Athena.
Maria bertanya pada Athena sekembalinya dia. "Kamu dari mana?"
Athena membuang napas panjang. Dia mengambil jatah sarapan mie cup-nya yang sudah mengembang karena ditinggal terlalu lama.
"Aku baru mengembalikan topi milik Linie."
"Apa katanya?"
"Diam saja. Aku cuma minta dia untuk jangan mengerjaiku terus karena aku juga punya batas kesabaran."
Maria menepuk bahu Linie. "Bagus. Itu namanya gadis hebat.
Walaupun Linie itu saudara kamu, jangan sampai biarkan diri kamu ditindas."Athena menipiskan bibir. Saat ini dia hanya berpikir betapa beruntungnya, Maria yang baik ini mau berteman dengannya.
Kegiatan mereka dilanjutkan. Setelah sarapan ada apel kemudian membicarakan soal kegiatan perkemahan yang akan berakhir.
Masing-masing siswa diminta untuk menceritakan apa yang paling mengesankan.
Semua berpikir keras untuk menyampaikan hal unik yang mereka alami. Ada yang konyol, menegangkan, sampai mereka bisa menemukan pengalaman baru saat tidur bersama teman di tenda.
Tidak tahu kenapa, dari semua pengalaman yang dia rasakan saat ini yang dia pikirkan adalah pemuda yang semalam bertemu dengannya. Athena begitu penasaran dengannya hingga dia berharap ada kesempatan untuk bertemu lagi.
Selesai acara bertukar cerita tadi, Miss Wina menyuruh anak-anak untuk segera membereskan tenda dan perlahan mereka serta memastikan tidak ada yang tertinggal.
Semua sudah beres, mereka tinggal menunggu bus jemputan datang.
Athena duduk sendiri, Maria bersama teman yang lain sedang mengobrol. Dia gadis yang cukup populer dan banyak teman.
Apalagi, memang anaknya baik. Melihat dia sedang asyik dengan yang lain Athena merasa tidak percaya diri untuk mendekat.
Saat sedang melamun sendiri itulah dia merasa harus melakukan sesuatu.
Athena beranjak dari tempatnya, menemui Miss Wina.
"Miss Wina aku boleh izin sebentar?'"
Perempuan berusia tiga puluh tahun itu bekacak pinggang ketika ditanya. "Athena kamu semalam hampir tersesat, aku tidak akan mengambil risiko degan membiarkan kamu ke mana-mana!"
"Aku cuma mau ke sungai itu sebentar." Gadis itu akhirnya membuat alasan yang paling konyol untuk bisa dapat izin. Aku ingin melihat air sungai lagi sebelum pergi. Nanti mungkin aku tidak akan pernah datang lagi."
"Aku tidak mengizinkan."
"Sepuluh menit saja Miss, aku pasti akan kembali. Aku cuma mau mengingat tempat ini lagi."
Miss Wina berkacak pinggang. Arus sungai di tempatalt mereka kemah saat ini tidak deras, Athena juga jago berenang. "Ya sudah kamu boleh lihat-lihat, tapi tidak berenang di sungai, cukup di pinggir. Sepuluh menit lagi kalau tidak kembali kamu ditinggal."
Athena berterima kasih, segera berlari. Dia berharap pemuda yang menolongnya akan datang.
Athena tiba di tepi sungai, di mana mereka pertama bertemu. Perempuan itu mengepal tangan memejam sejenak mengumpulkan keberanian.
Setelah terkumpul, dia bicara sendiri.
"Apa kamu ada di sini?" Athena melihat ke sekeliling. Tidak sosok yang sedang dia cari.
"Kalau kamu ada di sini, tolong keluar. Aku tahu kamu buka khayalanku. Aku tahu kamu itu ada. Tolong muncul."
Menunggu beberapa menit, Athena tidak mendapatkan apa-apa. Sejenak kemudian keyakinan, Athena pada dirinya luntur. Mungkin benar apa yang dikatakan Maria bahwa ynyag dia temui bukan sosok nyata.
Athena menghela napas. Hatinya sedikit kecewa ketika dia berbalik untuk kembali ke tenda.
Krosak!
"Kenapa kamu mencariku?"
Athena membulat matanya. Suara yang sama seperti yang dia dengar semalam muncul di belakangnya. Saat dia berbalik lagi untuk memastikan sosok yang dia cari ada di depannya.
Athena tersenyum. "Aku tahu kamu itu nyata."
KAMU SEDANG MEMBACA
Keturunan Naga Api
FantasyAthena melihat sisik pada punggung Yuta, sejak saat itu mereka tidak bisa dipisahkan