Athena pikir dia sudah cukup menerima hukuman tadi siang hanya karena fitnah yang Linie buat. Ternyata, malam ini pun dia masih menerima hukuman dengan tidak diberi makan.
"Mama Lusi, tolong aku sangat lapar." Berikan aku makanan."
"Lapar kamu bilang?" Lusi malah membentak. "Apa pantas anak kurang ajar seperti kamu yang berani-beraninya menyakiti Linie, minta makan padaku! Masih syukur aku tidak menghajar kamu tadi siang!"
Athena bersimpuh di depan ibunya. Dia harus mengerjakan tugas, saat ini tenaganya sudah benar-benar tidak ada. Kalau sampai nilainya turun beasiswa di sekolahnya bisa dicabut. Untuk itu dia menyingkirkan rasa malu dan juga harga dirinya demi mendapatkan makanan.
"Tolong aku, Mama Lusi. Berikan aku makanan, aku sangat lapar." Athena memohon. Seharian ini hanya memakan sepotong roti yang diberikan Yuta. Jika tadi siang tidak diberikan makanan itu berarti satu hari ini dia tidak makan sama sekali.
Bagaimana mungkin ada seorang wanita yang begitu tega memperlakukan seorang anak meskipun itu hanya anak tiri dengan begini kejam?
Apalagi Athena merasa dia sudah mematuhi kata-kata ibunya tersebut. Rumah ini bahkan peninggalan ayahnya.
Surat warisan dari ayah Athena selama ini disembunyikan oleh Lusi dan dia hanya berkata bahwa harta sang ayah telah diserahkan sepenuhnya pada Lucy karena dia istri yang dicintainya. Jadi, mereka menganggap Athena yang menumpang di sini.
"Athena, meskipun kamu berlutut sampai pagi, aku tidak akan dengan mudah memberikan kamu makan!Malam ini renungi kesalahan kamu supaya lain kali sadar untuk tidak lagi bersikap murahan seperti itu!"
"Mama Lusi--"
"Jangan pernah coba-coba menyalahkan anakku!" potong Lusi.
Athena menggigit bibir. Sakit rasanya ketika dia yang tidak salah apa-apa justru dituduh seperti itu. Namun, apa boleh buat. Dengan terpaksa dia harus mengiyakanlah kata-kata ibunya agar malam ini mendapatkan makanan.
"Aku janji tidak akan macam-macam. Biarkan aku makan, Ma." Dia sangat memohon.
Lusi tadinya masih bersikap angkuh tidak mau mendengarkan rintihan Athena, akan tetapi Linie mengambil kesempatan ini untuk menarik simpatik ibunya.
"Mam, biarkan dia makan. Nanti juga kalau misalkan dia pingsan atau sampai sakit, nilainya di sekolah bisa turun dan Mami yang akan repot karena harus menanggung biayanya."
"Anak itu sudah cukup merepotkan. Jadi, Mami jangan sampai nanti harus keluar uang lagi."
"Ya ampun, Linie Sayang, kamu benar juga. " Lusi tersenyum hangat pada anaknya. Suatu tindakan yang bersifat kontras saat dia memperlakukan Athena. "Mami baru ingat kalau dia tidak boleh sakit apalagi sampai nilainya nanti turun di sekolah, uang kita bisa habis untuk membiayai anak ini."
Walaupun sebetulnya Linie kurang suka Athena jadi siswa yang berprestasi dan dia juga benci karena guru-guru lebih menyayanginya, Linie lebih tidak suka kalau sampai uang asuransi pendidikan dari ayahnya harus dipakai untuk biaya sekolah. Lebih baik jadi uang saku tambahan bagi Linie.
"Karena kebaikan anakku, kamu bisa makan. Lain kali kalau kurang ajar lagi, jangan harap aku bisa maafkan!"
Mereka yang sudah selesai makan kemudian meninggalkan Athena sendiri. Linie sengaja menyenggol bahu Athena hingga terhuyung.
Dia menatap sinis. Tahu bahwa Athena tidak akan bisa marah padanya, Linie melipat tangan. Ekspresinya sangat mencemooh.
"Kamu harus berterima kasih padaku!"
Karena takut nanti Lusi berubah pikiran Athena lebih memilih untuk buru-buru makan, mengabaikan Linie yang mengganggunya.
Saat Ibunya tidak ada inilah Linie yang selalu bertingkah seperti malaikat berubah jadi monster kecil yang paling menyebalkan, yang akan terus mengusik Athena.
"Jangan pura-pura sibuk makan, kamu tahu aku sedang mengajakmu bicara!"
Athena tidak memedulikan Linie, dia terus menjejalkan makanan dalam mulut secepatnya sembari terus berhati-hati agar tidak tersedak.
Linie yang tahu bahwa kemampuan berpikir Athena lebih tinggi darinya memilih untuk mengalah sedikit supaya dia bisa mendapatkan informasi penting soal Yuta.
"Anak-anak bilang kamu kelihatan akrab dengan Yuta. Kalian kenal lama? Kenal di mana kamu? Bagaimana mungkin aku tidak tahu soal hubungan kalian ini?" Linie memberondongi Athena dengan berbagai macam pertanyaan soal Yuta.
Setelah menelan makanannya dan mendapatkan sedikit energi baru, Athena berani menjawab pertanyaan Linie.
"Kenal lama atau baru, yang jelas aku sama seperti kalian baru berteman dengan Yuta!" Athena memberikan jawaban retorik. "Tadi itu cuma kebetulan dan kamu saja yang terlalu menanggapi gosip di sekolah."
Linie menggebrak meja. "Aku tahu kamu bohong. Lihat saja, besok aku pasti bisa cari tahu tentang kalian."
"Kamu tidak akan menemukan apa-apa dengan mencari tahu soal aku atau Yuta."
Linie mendecih. "Jangan sok cantik, ya! Kamu pikir orang seperti Yuta itu mau dekat-dekat dengan gadis kumuh seperti kamu?" Tubuh Linie melenggok, mengejek Athena. "Hello, zaman sekarang fisik adalah yang paling utama."
Linie menyorot Athena. Dia hanya menggunakan shampo murahan, rambutnya tidak akan wangi sepanjang hari, tidak memiliki Skin Care atau body care yang bisa membuat kulitnya tetap cerah halus dan berseri, pakaian yang dikenakannya adalah pakaian lama yang usang. Benar-benar jauh dari standar idaman laki-laki zaman sekarang. Apalagi orang setampan Yuta.
"Dalam beberapa hari ke depan aku yakin Yuta akan segera menjauh dari kamu!"
Silakan saja juta kalau Yuta mau dekat dengan Linie. Namun, yang Athena takutkan adalah jika sampai Yuta berubah sikapnya seperti saudara tirinya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keturunan Naga Api
FantasyAthena melihat sisik pada punggung Yuta, sejak saat itu mereka tidak bisa dipisahkan