Iris hitam jelaga milik lelaki itu tampak bersinar. Dia begitu gembira karena niatnya untuk bertemu dengan Athena bisa terwujud.
"Kamu kenapa bisa ada di sini?"
Yuta duduk di samping Athena. Dia justru yang kembali bertanya pada gadis itu. "Kenapa kamu sendirian di sini? Aku lihat teman-teman yang lain tadi pergi beli makanan."
Athena menutup rapat mulutnya, tidak bisa menjawab apa yang Yuta tanyakan. Namun, yang jelas di sini adalah dia mau tahu sejak kapan ya sekolah di tempat yang sama dengannya. Oh, aku mungkin dia murid baru yang dibicarakan oleh anak-anak itu?
"Kamu murid baru itu?"
Yuta mengangguk. "Aku sekolah di sini karena mau mencari kamu."
Athena tersenyum. "Kenapa mau cari aku?"
Yuta mengangkat bahu. "Entahlah, aku pikir cuma kamu yang bisa aku jadikan teman."
"Ada banyak teman di sini, nanti kalau kamu sudah kenal mereka mungkin akan lupa denganku."
Yuta menipiskan bibir. "Mau ini?" Dia memberikan roti yang tadi dibelinya.
"Makasih." Athena menolak dengan halus. Dia pikir itu makanan Yuta tidak seharusnya diambil.
"Anak-anak yang lain tadi beli ini." Yuta memperhatikan rotinya. "Aku kira ini pasti rasanya enak."
"Hemh, itu enak." Athena pernah dapat sebagian dari Maria. Kalau tidak berbuat kesalahan di rumah, biasanya akan dibawakan bekal. Memang sih, hanya nasi dan juga telur, tetapi itu sudah lebih dari cukup. Untuk hari ini, lantaran sedang dihukum, Athena tidak diberi bekal apa-apa. Bahkan, sarapan pun tidak.
Yuta menyadari Athena yang membasahi bibir saat melihat roti di tangannya. Dia tertawa sendiri kemudian inisiatif untuk membuka bungkusan diberikannya pada sang gadis yang tampak malu.
"Aku tidak habis makan satu ini." Yuta mengulurkan tangannya.
"Itu cuma roti kecil, mana mungkin kamu tidak habis." Setelah mengatakannya, Athena kembali minum untuk mengganjal perutnya yang terasa perih.
Yuta tetap memotongnya. Dia berikan separuh pada Athena. "Kalau kamu terima ini, kita akan jadi teman. Kalau kamu tolak, aku akan jadi musuh yang akan paksa kamu untuk makan roti ini."
Athena mengikik. Tawaran yang sungguh unik, sampai dia bingung mau merespon bagaimana. Malu-malu, dia mengambil separuh roti yang diberikan Yuta.
Kebersamaan mereka rupanya membuat membuat beberapa orang yang tidak senang. Terutama teman sekelompok Linie. Mereka mengompor-kompori gadis itu agar marah pada Athena karena sudah berani menggoda Yuta.
Linie bersikap tenang saat dipanasi seperti itu. Teman-temannya sudah menyuruh agar dia bertindak tidak ditanggapi. Bukan karena dia terlalu baik, gadis itu hanya ingin menjaga citra diri di depan Yuta. Dia tidak mau si Tampan tersebut menganggapnya sebagai orang jahat.
Setelah pulang sekolah, tepat ketika Athena baru masuk rumah, Linie mendorongnya.
Athena tersungkur, sejengkal lagi kepalanya akan mengenai meja. Dengan napas memburu, dia bangun untuk tanya apa maksud Linie melakukannya.
"Mam, Athena menggoda teman di sekolah!" Linie menunjuknya tepat di saat Lusi muncul untuk memeriksa keributan yang terjadi.
Lusi yang memang akan selalu menyalahkan Athena tentu saja tidak tanya dulu hingga dia malah menghardik anak tirinya itu.
"Kamu mau jadi wanita murahan!"
"Jangan bilang begitu hal kotor begitu. " Athena tidak terima. "Aku bahkan tidak tahu apa yang Linie maksud."
"Bohong, Mam!" Linie terus memanasi Lusi. "Dia berlagak polos. Padahal, semua teman sekolah bilang kalau dia menggoda anak itu."
"Siapa, siapa yang kamu maksud?"
"Lihat, Mam. Dia berlagak polos!" Linie menunjuknya lagi. "Sudah jelas dia mendekati anak baru dari keluarga Siera Ahmad, dia kegenitan masih saja berlagak polos. Dia murahan, Mam!"
"Linie, jaga bicaramu!" Athena tidak suka dihina sebagai perempuan murahan. Namun, sebuah tamparan keras malah mendarat di pipinya, hadiah dari Lusi.
"Kurang ajar, sudah berani menggoda teman di sekolah kamu, sekarang malah berani juga mengancam anakku!"
"Mama Lusi harusnya bisa mendidik Linie. Bukan membiarkan dia bertindak salah."
"Mam, dia malah menghinaku." Linie merajuk pada ibunya. "Aku sakit hati. Harusnya Mami menghukum dia!"
Linie berhasil membuat Lusi marah, hingga dia menyeret Athena ke kamar mandi kemudian mengguyur anak itu dengan seember air. Seragam yang dipakainya basah semua akibat perbuatan Lusi.
"Dasar anak tidak tahu diri! Sekali lagi aku dengar kamu menggoda murid laki-laki, jangan harap ampunan dariku!"
"Mami kalau mau tahu, dia menggoda anak dari keluarga Siera Ahmad, Mam. Itu adalah donatur terbesar di sekolah kami dan juga anak itu sangat tampan. Mungkin, wajar juga jiwa murahan Athena bangkit."
Lusi mencebik. Setelah memuntahkan hinaan untuk Athena lagi dia mengajak anak gadisnya untuk pergi.
Athena keluar dari kamar mandi. Hanya kesalahan kecil membuatnya dihukum begini. Mereka benar-benar kejam. Bahkan, di saat Athena menggigil sendiri, mereka malah membicarakan soal Yuta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keturunan Naga Api
FantasyAthena melihat sisik pada punggung Yuta, sejak saat itu mereka tidak bisa dipisahkan