8

71 8 0
                                    


"Apa?"

Yuta mulai waspada ketika Adrian mengepalkan tangan seperti sedang menyiapkan serangan untuknya. Oh ini tidak benar. Mana mungkin pamannya itu akan menyerang.

Namun di saat pikiran Yuta masih menyangkal, rupanya Adrian memang akan melakukannya.

Satu tembakan api melesat, Yuta segera menghindar.

"Paman, apa kamu sudah gila?" Yuta bertanya marah pada Adrian. "Kamu bisa membunuhku dengan api biru itu!"

Adrian menatap sinis. "Kalau kamu mau pergi dari sini, aku bilang padamu untuk melawanku. Kalau tidak melawan berati tanggung sendiri setiap seranganku!" Adrian tidak memberi aba-aba langsung memuntahkan tembakan apinya lagi pada Yuta.

Yuta terus menghindar. Bahkan, dia sudah mengingatkan Adrian kalau gubuk mereka bisa saja hancur jika diserang seperti ini terus. Sayangnya, semua yang Yuta katakan sama sekali tidak didengarkan.

"Percuma kamu terus menghindar." Adrian awas pada Yuta yang berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain dengan cepat demi menghindari serangannya. "Aku akan membuatmu tidak akan lagi berani berpikir untuk meninggalkan tempat ini atau aku akan bunuh kamu sekalian supaya kamu tidak akan bisa kabur di saat aku lengah!"

Yuta menggeleng. "Paman aku tidak akan melawanmu." Sebab dia sadar selama ini Adrian adalah orang yang menjaga dan mengasuhnya setelah orang tua Yuta meninggal ratusan tahun lalu.

Adrian menyeringai. "Kalau begitu cabut keinginanmu untuk meninggalkan tempat ini atau biarkan aku melenyapakn kamu sekalian!"

Saat mendapat serangan lagi, Yuta tahu kalau Adrian tidak sedang bergurau. Pemuda itu melompat keluar demi menghindari pertarungan dengan pamannya. Dia berlari sekencang mungkin. Namun, hal yang menyakitkan terjadi.

Yuta lupa bahwa setiap kali dia tidak bisa mengendalikan diri tadi, dia berlari terlalu cepat. Bagian punggungnya akan terasa sakit.  Tulang-tulang sayap perlahan muncul. Membuatnya terjatuh dan berteriak kesakitan.

Rasanya sangat sakit. Seperti tubuh manusia normal yang dikoyak.dengan pisau.

Adrian mengejar Yuta. Pada saat itulah dia melihat keponakannya tersiksa sebab bagian sayapnya yang mulai keluar dari punggung.

Adrian menghela napas. Jujur dia sudah menduga kalau ini akan terjadi.

Melihat Yuta yang tersiksa dengan rasa sakitnya, bukan membantu Adrian malah menginjak kepala keponakannya hingga hampir terbenam ke tanah.

"Ini pelajaran buat kamu supaya lain kali jangan pernah punya keinginan untuk keluar dari tempat ini!"

Yuta menahan rasa sakit dari perubahan tubuhnya, juga rasa sakit hati karena Adrian berani menempatkan kaki di kepalanya. Dia mengampbil sejumput tanah menggenggamnya kuat disusul teriakan yang menggelegar.

Sayap Yuta terbentuk sempurna, Adrian tidak kuat menahan kekuatannya hingga dia terpental.

"Argh!" Adrian memegang dadanya yang sedikit sakit dengan hantaman kekuatan itu. Melihat Yuta saat ini, kelihatannya tindakan dia sudah keterlaluan tadi.

Yuta lepas kendali. Bola matanya menyala merah, urat-urat di tangannya menonjol ketika dia mengumpulkan semua api yang dimilikinya untuk membalas Adrian.

"Gawat!" Adrian memilih untuk segera bangkit dan berlari.

Yuta berjalan perlahan mengikuti Adrian. Di matanya saat ini, pria itu adalah orang yang harus dia bakar sampai habis.

Yuta menggunakan kedua tangannya untuk menyerang dan itu tepat sasaran mengenai Adrian.

Adrian terpental hingga tembok gubuk mereka yang terbuat dari kayu hancur. Pria itu menyadari kalau Yuta telah total  kehilangan sisi manusia dalam dirinya. Kalau mau dilanjutkan Adrian tidak akan kuat melawan Yuta. Kalaupun diksakan itu berarti salah stau di tanatra mereka akan mati.

Yuta Adrian coba untuk memanggilnya. Yuta dengar

Brak muntahan api yang sangat besar nyaris mengenai Adrian. Untung dia segera melompat ke sisi kanan, tetapi sayang masih dikenai serangan Yuta lagi. Itu melukai bagian kiri lengannya.

Yuta menggeram. Adrian tahu dia akan mati terbakar kalau tidak segera membuat perisai.

Pria itu menghentak tanah. Sama seperti Yuta dia juga memiliki sayap yang disembunyikan. Hanya dalam hitungan detik sayap itu telah terbentang lebar. Ini dua kali.lipat lebih lebar dari milik Yuta. Bahkan, jika Adrian membentangkan maka siapa pun yang berada di bawahnya tidak akan merasakan sinar matahari.

Adrian membentuk perisai dari sayapnya sendiri. Walau masih teras sakit ini akan melindungi tubuhnya agar tidak terbakar.

Yuta mengeluarkan api dari mulutnya. Adrian harus mengumpat karena dua sangat kuat hingga  membuatnya mundur sendiri.

"Yuta! Yuta!" Adrian terus memanggilnya. Hanya dengan mengembalikan kesadaran Yuta semua ini akan berakhir.

"Yuta! Kamu bisa mendengarku?"

"Yuta!"

Rasa sesak di dada membuat yura tersentak. Jiwa manusia dalam dirinya seperti baru dikembalikan setelah sebelumnya dibawa terbang tinggi.

Yuta terkejut ketika melihat semua Toar telah kacau bahkan Adrian juga membuat barikade dengan sayapnya.

Dia tertegun tidak paham apa yang terjadi. Kenapa semua bisa tampak sangat kacau seperti ini?

Tidak paham apa yang dia lakukan barusan , Yuta hanya menatap telapak tangannya yang baru saja seolah-olah menelan kembali api yang akan dikeluarkan.

Adrian menyadari kalau keadaan sudah baik saat ini. Yuta telah kembali pada dirinya. Saat perisai sayap itu terbuka, Adrian melihat Yuta telah pucat pasi wajahnya.

"Paman ...." Yuta ambruk ke tanah tidak sadarkan diri.

👣👣👣



Keturunan Naga ApiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang