9

56 8 0
                                    

Yuta membuka mata perlahan. Bibir dan tenggorokannya terasa kering, dia ingin bersuara bertanya pada Adrian yang memunggunginya, entah sedang sibuk apa.

Adrian menyadari Yuta sudah bangun. Dia tinggalkan apa yang dikerjakannya dari tadi lalu mengambilkan minum untuk keponakannya.

"Minum ini dulu." Bukan cuma memberikan minum Adrian juga membantu Yuta untuk mengangkat tubuhnya dengan memegang punggung pemuda itu karena dia terlihat sangat lemah.

Yuta minum. Tenggorokannya sangat kering hingga dia butuh banyak air. Setelah merasa lega, Adrian membantunya kembali berbaring. Dia merintih kesakitan meski dengan suara yang ditahan membuat Adrian menghela napas.

"Kamu ingat apa yang terjadi, barusan?"

Yuta mengangguk dalam kondisinya yang sangat lemah. Adrian meninggalkannya sebentar untuk mengambil ramuan yang dia buat untuk menyembuhkan luka di punggung Yuta dan mengurangi rasa sakit. Ini mirip.dengam sup, dengan rasa yang lebih pahit.

Hbajskan Adrian wmmwrintah keponakannya..itu akan bantu kamu untuk meredakan rasa sakit
Aku tidak.mau kmau sampai demam parah

Yuta menurut. Dia makan sup obat itu menghabiskan segea.suoaya tidak.metaskaan pahitnya.

Adrian duduk di depan Yuta. Dia tampak frustrasi dengan tempat tinggal mereka saat ini. Semua tampak kacau, hampir tidak tersisa apa-apa. Bahkan bagian atap pun sudah hancur semua. Jika Yuta manusia biasa dia bisa habis digigit nyamuk atau kedinginan karena angin malam.

Kalau masih ingin tinggal di tempat ini, Adrian harus membangunnya lagi. Tidak ada sihir. Mereka harus mengerjakan semuanya secara normal mulai dari mencari bahan sampai membangunnya lagi.

"Aku minta maaf." Yuta memecah keheningan Adrian. Dia tahu persis bahwa kekacauan ini terjadi karena ulahnya.

Adrian tersenyum simpul. "Aku emang susah menduga kalau ini akan terjadi

Yuta yang merasa sudah baikan bangun untuk mendengar penjelasan Adrian soal apa yang dia katakan barusan.

Yuta, kamu masih yakin mau tinggal di kota

Yuta memanggil. Dia tidak mau mengabiskan ratusan tahun hidupnya hanya untuk terkurung dalam hutan ini. Di luar sana ada banyak sesuatu yang menarik untuk dia ketahui. Dan, Yuta ingin bertemu lagi dengan gadis bermata biru yang tampak memesona di matanya. Athena.

"Kamu tahu, Yuta, manusia yang murni kadang malah lebih bahaya daripada kita yang memiliki darah campuran mahluk mitologi. Kamu akan menemukan ada orang yang tersenyum di depanmu, tapi di belakang siap membunuh. Kamu menemukan orang yang tampak mencintaimu ....." Adrian memberi jeda sejenak, "tapi diam-diam ingin menikam jantungmu. Kamu akan mengalami lebih banyak luka dan rasa sakit setelah membaur dengan manusia. Yakin kamu sanggup dengan itu?"

"Aku bisa melakukannya." Yuta yakin.

"Bagaimana dengan mengendalikan emosimu?" tanya Adrian. Yuta tertegun tidak bisa menjawab. Pria paruh baya itu menggeleng pelan. "Yuta kalau yang kamu serang tadi adalah manusia biasa, kamu tahu apa yang bisa terjadi?"

"Jadi abu." Adrian menjawab sendiri pertanyaannya karena dia yakin Yuta tidak akan bisa mengatakan langsung betapa mengerikannya dia.

Adrian menunjukan luka bakar di tangannya. "Aku butuh setidaknya satu bulan untuk menyembuhkan luka bakar ini. Bagaimana dengan manusia normal?"

"Itu sebabnya," sambung pria itu lagi. "Aku melarang kamu untuk menemui manusia karena mereka membahayakan kamu dan kamu jauh lebih membahayakan mereka.

Yuta menelan saliva. Sekarang dia sadar bahwa selamanya dia tidak akan bisa keluar dari tempat ini, harapannya untuk bertemu dengan Athena juga akan pupus.

Aku takut kamu tidak akan kuat berhadapan dengan manusia-manusia itu.

Yuta mengangguk. Dia paham bahwa Adrian yang ditugaskan dari keluarga kerajaan para naga untuk menjaga Yuta hanya ingin melakukan usaha terbaik untuknya.

"Tapi." Adrian merutuk sejenak sebelum melanjutkan kalimatnya. "Aku tahu bahwa aku harus konsisten dengan omonganku."

Yuta berjengit.

"Aku pernah bilang padamu bahwa aku akan mengajakmu ke kota setelah sepuluh persen sifat binatangmu berkurang. Hari ini aku tepati."

"Maksudnya?" Yuta sampai tidak berani menyimpulkan sendiri.

"Kalau kamu masih Yuta yang dulu, mungkin hanya satu serangan sudah akan membalas. Tapi, kamu menahannya. Aku tahu kamu marah saat tindakan itu sudah keterlaluan."

"Itu berarti sisi hewani dalam dirimu sudah mulai berkurang," pungkas Adrian dengan suara yang sangat pelan nyaris tidak bisa didengar."

"Aku akan tepati janji itu." Adrian menatap Yuta. "Aku akan membawamu ke kota."

Yuta berbinar matanya. "Paman, kamu tidak akan berubah pikiran, 'kan?"

Adrian mendengkus. "Daripada aku harus mencari kayu dan membangun gubuk ini lagi lebih baik aku ajak kamu untuk cari tempat tinggal di kota."

Yuta nyaris melompat karena saking senangnya. Adrian segera mengingatkan lagi.

"Tapi, kalau kamu melalukan kesalahan besar, aku tidak akan membelamu. Tanggung sendiri setiap bahaya yang mengancammu!"

Keturunan Naga ApiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang