Yuta menerima pemberian pamannya. Senang pastinya. Dari kemarin dia sudah kepikiran, untuk bisa memiliki smartphone supaya bisa mencari keberadaan Athena. Untunglah Adrian pengertian padanya.
"Bagaimana aku harus memakai ini?"
Adrian yang tidak mau panjang lebar, langsung membuka salah satu aplikasi yang bisa menunjukkan video tutorial bagaimana dia akan menggunakan ponsel tersebut.
"Aku tahu kalau kamu bisa langsung belajar ini sendiri."
Yuta melihat video yang ditunjukkan Adrian. Betapa beruntungnya ada manusia di zaman ini yang menciptakan alat seperti ini beserta orang-orang yang ada di dalam video ini untuk mempermudah hidup Yuta. Orang malas menjelaskan seperti Adrian pasti sangat tertolong.
"Paman, pernah punya ponsel?"
Adrian tidak menjawab dengan kata-kata. Dia keluarkan dari pocketnya, menunjukkan benda yang hampir serupa seperti yang Yuta pakai.
"Aku menggunakan ini sejak puluhan tahun lalu."
Damn!
*
Mahluk purba atau bukan, yang jelas kalau sudah urusan strategi terlihat cool di depan gadis incaran, biasanya para lelaki akan punya seribu cara jitu.
Pertama, Yuta mengingat dulu bentuk dan warna seragam. Dia memejamkan mata membaca bagian terkecil dari seragam tersebut yang merupakan identitas sekolah.
Dia memejam, semua hal yang dia lihat ketika berada di dekat Athena seakan melompat masuk ke otaknya.
Yuta menemukannya!
Sekolah internasional Aksara. Dia memeriksa beberapa kali kemudian membandingkan dengan apa yang Athena pakai semuanya sama persis.
Yuta melaporkan hasil pencariannya pada Adrian. Dia sudah menentukan sekolah yang dimau.
"Kalau begitu, selagi aku mengurusnya, kamu jangan banyak tanya."
"Berapa lama ini akan diurus?"
"Aku tidak tahu. Kamu harus mengurus identitas yang lengkap lebih dulu kemudian berhubung kamu sudah ketinggalan kemungkinan akan masuk kelas pertama tahun ini juga kecil."
"Kamu pasti bisa mengurusnya." Yuta menyeringai. Dia tahu saja bagaimana cara membujuk Adrian agar mau mengusahakan apa yang diinginkannya.
Adrian baru ingat kalau mereka belum makan malam. Dia pergi ke dapur untuk menyajikan makanan seadanya.
Kebetulan, ada stok daging yang bisa mereka panggang setengah matang untuk menu makan malam.
Yuta mengikuti pamannya. Kadang dia berpikir kenapa orang satu ini serba bisa. Adrian bertahun-tahun tinggal di hutan dengannya, dia bisa membuat tungku api, membakar makanan tanpa membuat gosong. Dan sekarang, dia bisa menggunakan peralatan canggih.
Yuta berjongkok menopang dagu. Dia berkata dengan nada malas. "Jadi, selama aku menderita di hutan, kamu sudah belajar banyak kehidupan mewah di sini?"
Adrian mengetukkan spatula ke pemanggang. Wajahnya memerah karena kesal pada Yuta. "Bisa tidak, kamu jangan menggunakan istilah yang sangat menyebalkan didengar?"
Yuta memanyunkan bibir. Tidak ada yang salah dari apa yang dia bilang tadi.
"Ayo, makan!" Adrian sudah membawa hasil masakannya ke meja makan.
Yuta berguling untuk bisa menuju meja makan. Adrian memarahinya.
"Yuta, kakimu tidak lumpuh! Jangan berguling begitu karena kamu bisa menabrak meja atau barat lainnya di apartemen ini!"
Yuta sudah berdiri di depan Adrian. Dia membuka tangan selayakanya maestro yang baru saja menyelesaikan konser tunggal.
"Aku tidak memecahkan apa pun."
Adrian berdenyut keningnya. "Kamu akan masuk dalam lingkungan manusia normal lainnya. Kalau mereka lihat kelakuanmu begini, semua akan mengucilkan kamu. Lebih buruk lagi mereka akan mencurigai kamu!"
Yuta menggaruk kepala. Meski begitu, tetap saja dia percaya diri untuk menyantap masakan pamannya.
Adrian memukul tangan Yuta ketika remaja itu memegang makanannya dengan dua tangan langsung.
"Lihat aku!" suruhnya. Adrian menunjukan bagaimana dia memegang pisau dan garpu kemudian memandu agar Yuta memotong makanannya lebih kecil dan memasukkan ke mulut perlahan.
Yuta bergidik, tetapi dipaksa untuk mengikutinya.
"Paman, apa semua orang makan dengan cara begini?"
"Ya, mereka makan dengan cara begini. Jadi ...." Adrian menunjuk Yuta dengan garpu yang masih ada di tangannya, "kalau kamu mau bergaul dengan mereka, jangan pernah makan dengan cara seperti kamu di hutan."
"Cara makan pun harus sama?"
"Hem. Asal kamu tahu, manusia adalah makhluk yang paling sulit untuk menerima perbedaan. Selagi kamu berada di dekat mereka, bersikaplah seakan-akan kalian itu sama."
Gara-gara omongan Adrian, Yuta jadi memikirkan satu hal. "Mereka bahagia dengan hidup begini?"
"Kebahagiaan manusia tidak bisa diukur dan kamu tidak perlu mengurus itu."
Yuta melahap makanannya sesuai panduan Adrian. Mengunyah makanan kemudian menelannya, dia bergumam, "Kenapa terdengar menyebalkan jadi manusia seutuhnya?"
Yuta baru menerima informasi kecil tentang kehidupan di sini sudah merasa pusing, sedangkan Adrian masih punya segudang hal yang harus dia pelajari.
*
Satu minggu kemudian, Yuta dapat kabar baik. Atasan Adrian, Siera sudah menyiapkan identitas untuk Yuta. Dia juga akan segera didaftarkan sekolah.
Tadinya masih diragukan kalau semua bisa berjalan selancar ini. Namun, di saat Adrian memberikan sebuah sepatu dan juga tas, Yuta tahu bahwa pamannya berhasil memenuhi keinginannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keturunan Naga Api
FantasyAthena melihat sisik pada punggung Yuta, sejak saat itu mereka tidak bisa dipisahkan