Athena mengendap-endap ingin melihat siapa yang berenang saat ini. Dia mengangkat tubuhnya sedikit untuk menemukan langsung sosok di balik akar pohon yang terjulur.
Namun, bukan salah satu dari temannya yang dia lihat, melainkan seorang anak laki-laki yang mungkin seusia dengannya.
Dia baru saja mengangkat dirinya dari sungai dan tetesan air turun di sekujur tubuhnya. Athena membeku. Bukan pada bagian tubuhnya yang tidak terbungkus apa-apa--meski hanya sebatas pinggang dia bisa lihat.
Dia bercahaya?
Dan pada punggungnya Athena lihat seperti kepingan-kepingan emas yang menempel di kulit. Saat terkena matahari, dia memunculkan gradasi warna yang susah untuk Athena jelaskan.
Yang ada di depan mata Athena saat ini, ada laki--laki bersisik dan juga bercahaya.
Athena benar-benar membeku sampai tidak bisa bicara apa-apa. Mulutnya terbuka, tetapi tidak ada sepatah kata pun yang bisa dia ucapkan.
'Apakah dia manusia atau hantu?' Athena berpikir sendiri. 'Ah, tidak mungkin dia hantu. Mana ada hantu yang bisa mandi di sungai siang bolong begini.'
Gadis itu kemudian memperhatikan lagi dan mulai berpikir hal yang tidak-tidak. Bagaimana kalau dia adalah seorang monster atau mungkin mahluk lain yang bisa saja mencelakainya?
Dia harus lari dari sini. Namun, kenapa sosok yang diperhatikan saat ini tampak sangat menawan?
Athena belum pernah menemukan ada sosok yang begitu indah hingga susah dideskripsikan dengan kata-kata. Masalahnya, sesuatu yang indah belum tentu tidak membahayakan.
Athena tidak memperhatikan langkah, hingga dia nyaris terperosok ke sungai. Tangan perempuan itu dengan cepat berpegangan pada akar pepohonan, dia menyeimbangkan tubuhnya yang limbung, menarik sekuat tenaga agar bisa menegakkan tubuh kembali sebelum jatuh dua kali ke dalam sungai.
Sayangnya, suara bising Athena barusan membuat laki-laki tadi menoleh.
Athena baru menegakkan tubuh setelah peristiwa beberapa detik lalu yang membuat jantungnya berpacu cepat. Tanpa diduga, tatapan mereka kini bertemu. Athena melihat dengan jelas wajah seseorang yang diamatinya dari tadi.
Keduanya sama-sama terkejut hingga membeku. Athena menganga mulutnya, sedang pemuda di depannya memelotot.
Hal mengejutkan yang terjadi berikutnya adalah wajahnya juga memiliki cahaya dan di bagian kananya juga tedapat sisik.
Mahluk apa itu?
Athena meyakini dia bukan manusia. Mungkin dia monster yang akan membunuh Athena atau juga menyerang teman-teman-temannya. Oh, mungkin dia manusia biasa dengan penyakit kulit.
Namun, penyakit kulit apa yang Lisa membuatnya bercahaya begitu?
Kedua mahluk yang mungkin bebeda jenis itu saling tatap. Satu hal yang membuat Athena sadar adalah laki-laki di depannya ini menutup wajah dan juga berusaha menutup bagian punggungnya. Alih-alih tampak kejam, dia malah persis seperti seorang teman yang sedang merasa malu.
Athena membeku tidak bisa memikirkan apa-apa malah terus memperhatikan. Suasana yang begitu canggung. Bahkan, saat Athena berpikir kalau mahluk itu menyerangnya saat ini mungkin dia tidak akan bisa lari.
Keduanya seakan tertahan di sana. Athena yang begitu terkesima dengan keberadaan Sigra sampai tidak sanggup lari. Dan, Sigra yang tidak tahu harus apa saat ini.
Ya, dia adalagh Yuta. Laki-laki yang dari luar mungkin akan tampak seperti remaja seusia dengan Athena, meski kenyataanya dia sudah berusia lebih dari 80 tahun.
"Athena!"
Oh, ya ampun itu gurunya yang memanggil. Athena pasti akan kena masalah kalau dia tidak segera kembali ke tenda.
"Athena, di mana kamu?" Panggilan berikutnya sudah beda nada. Kedengarannya, sang guru antara cemas dan juga ingin memarahi karena Athena tidak kunjung kembali ke barak setelah diberi izin sebentar untuk mengambil gelangnya yang hilang.
"Athena, kamu dengar Miss Villa memanggilmu?"
Seruan itu membuat Athena berpaling sebentar untuk menyahut, "Ya, Miss. Aku dengar."
Oke, Athena akan lebih bersikap sopan dengan mengatakan maaf pada pemuda tadi. Apa pun dia atau siapa pun dia, Athena merasa salah karena diam-diam sudah mengintip seseorang yang akan mandi. Dia juga siap menerima kalau nanti dimarahi karena dianggap mesum.
Namun, saat menoleh kembali menoleh pada tempat Sigra berdiri, Athena tidak menemukan siapa-siapa.
Dia menghilang?
"Athena di mana kamu?" Miss Willa semakin kencang memanggilnya.
"Iya, Miss!" Athena bergegas pergi dari sana sebelum gurunya marah besar. Gadis itu merangkak naik kemudian saat menapaki kaki di tanah dia berlari menuju gurunya.
Miss Wina sudah geleng-geleng, Athena meminta maaf untuk sikapnya barusan.
Sigra mengamati Athena yang berlari menuju guru dan teman-temannya. Dia tidak menghilang. Hanya menggunakan kemampuan dan kecepatannya untuk bisa bersembunyi di tempat tinggi.
Athena. Dia gadis yang membalut makanan Sigra dengan kaus kaki miliknya.
Athena kembali pada guru dan teman-temannya. Miss Wina menegur karena dia begitu lama sementara Linie menjulurkan lidah.
Athena tidak menggubrisnya justru yang dia pikirkan adalah sosok laki-laki yang tadi dilihatnya.
Remaja itu masih bertanya-tanya sendiri. Dia manusia monster hantu makhluk lain yang belum Athena kenal.
Saat makan malam tiba, Athena menajak bicara Maria.
"Maria, menurutmu, ada hantu di iang bolong?"
Maria yang edang menikmati mie intant dalam cup yang udah dia tambahkan dengan poongan oi. Mlam ini, atu jam Mi Wila dan guru yang lain memberi kebebaan pada mereka sebelum tidur.
"Jangan mengada-ada. Tidak akan ada hantu siang bolong begini."
Umh, Athena pikir dia haru mengubah pertanyannya.
"Menurutmu kalau ada mahluk yang rupanya sama seperti kita, manusia tapi dia punya sisik yang bercahaya, dan juga sangat cepat dalam menghilang itu dia sejenis apa?"
Maria mengangkat bahu. "Mungkin dia alien."
*
"Kamu ketahuan dengan salah satu anak sekolah itu, Yuta!" Adrian benar-benar marah saat tahu kalau Yuta ketahuan. "Kamu tahu, aku susah payah membawamu ke sini untuk menyembunyikanmu dari semua orang. Untuk membuatmu tidak diketahui keberadaannya, sampai kamu bisa membuang karakter nagamu, Yuta!"
"Aku minta maaf." Yuta memang biasanya selalu lincah, tetapi kalau sudah jelas dia membahayakan keberadaannya, tidak akan berani macam-macam dengan Adrian. "Aku merasa sangat kepanasan jadi aku butuh air untuk menyegarkan tubuh. Aku sudah pilih tempat yang paling aman untuk bisa merendam tubuh. Mana aku sangka kalau dia ada di sana."
Adrian memegang bahu Yuta lalu memutarnya. Dia buka pakaian yang menutupi punggung keponakannya tersebut.
Sisik di punggung Yuta masih banyak. Dia belum bisa mengendalikan dirinya. Jika bergerak terlalu cepat atau atau emosi Yuta akan kembali ke wujud asli.
"Kamu tahu Yuta aku tidak pernah ingin menceritakan ini padamu, lagi. Tapi, kalau kamu ingat bagaimana koloni kita dibantai ratusan tahun lalu, itu menunjukkan kalau tidak akan ada manusia yang bia menerima kita."
Adrian menatap kembali ke Yuta. Dia mendesah berat.
"Aku akan mengawasi gadis itu. Kalau dia mengatakan hal macam-macam, terpaksa aku bunuh dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Keturunan Naga Api
FantasyAthena melihat sisik pada punggung Yuta, sejak saat itu mereka tidak bisa dipisahkan