[ 1 ]

834 50 0
                                    

Aroma amis terhirup begitu saja di dekatnya ketika gadis itu lewat di sampingnya. Tentu hal itu menarik atensi wanita dengan rambut yang didominasi oleh putih yang tengah disibukkan dengan grafik-grafik di dalam gawainya. Ia kontan saja menoleh dan cukup kaget melihat gadis yang masih berpakaian seragam sekolahnya, datang dengan keadaan yang bisa dibilang tidak normal.

Lantas, hal itu membuatnya menarik nafas panjang. Perihal ketidaknormalan ini justru normal bagi gadis itu sehingga wanita tua itu tidak bisa menegur atau melakukan apapun di depannya. Yang sekarang dilakukannya hanya diam, berpura-pura tidak peduli agar tidak menarik perhatian gadis itu dengan meliriknya sampai gadis itu menghilang karena naik ke lantai atas rumah.

Pikirannya tidak bisa begitu saja mengabaikan keadaan gadis itu. Wanita itu pun segera mengambil ponselnya dan menghubungi salah satu orang kepercayaannya.

"Yoboseo, sesuatu terjadi lagi?"

Dengan penuh kesopanan dan kata 'maaf' yang berulang kali, orang di seberang ponsel pun menjawab pertanyaan singkatnya. Sesuatu memang terjadi. Lagi, lagi dan lagi. Keningnya kemudian mengerut dan kepalanya langsung berdenyut ringan saat itu.

"Apa kau tidak memikirkan tindakan pencegahan yang lain? Dia tidak bisa seperti ini terus."

Perang dingin di antara dirinya dengan gadis itu, tidak serta merta membuat dirinya bisa mengabaikannya begitu saja. Ia tidak mengerti gadis itu lemah atau bagaimana. Namun, ia paham semua terjadi pasti tidak terlepas dengan keberadaan dirinya.

Kemudian ia bergumam pendek berulang kali ketika mendengar ujung ponselnya mulai menjelaskan apa yang disebutnya tindakan pencegahan. Ia baru sekali mendengar ide tersebut, dan hatinya agak setuju dengan itu.

"Kita bisa mencobanya. Tapi, dimana kau bisa menemukan orang yang seperti itu?"

Senyum perlahan terbit di wajahnya. Sesekali ia mengangguk meskipun tidak terlihat oleh lawan bicara. Dari nada yang selanjutnya ia keluarkan, wanita itu terdengar puas dengan rencana yang didengarnya. Tanpa basa-basi, ia pun memerintahkan untuk tidak membuang waktu dalam merealisasikan rencana tersebut.

Sembari mendengar penjelasan yang lebih jauh, wanita tua itu mendongak. Memastikan gadis itu tidak mendengar obrolannya. Hubungannya tidak baik dengan gadis itu, tapi bukan berarti tidak ada secuil perasaan dalam hatinya untuk melindungi darah dagingnya sendiri. Walau secara diam-diam, ia tidak memungkiri kalau ia menyayangi gadis itu.

"Lakukan seperti yang kau katakan tadi. Aku tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi dengannya. Dan, ingat, usahakan Jennie tidak mengetahui hal ini."

.

.

.

Gadis itu langsung membanting tubuhnya setelah ia melemparkan tasnya sembarang. Masa bodoh dengan bau dari dirinya yang begitu menyengat hidung. Ia pun menatap langit-langit kamarnya dan sejemang kemudian, ia tersenyum puas.

Aroma itu tidak mengganggunya sama sekali. Baginya, itu aroma kemenangan yang sedikit demi sedikit datang menghampiri. Aroma itulah yang untuknya, bisa ia gunakan untuk melawan wanita tua yang bisa-bisanya hanya diam setelah melihat dengan kondisinya seperti itu.

Gadis itu lalu berdecih. Ia agak tidak mengerti ketika dahulu mendengar betapa bangganya teman-temannya saat kembali dari kampung halaman mereka. Menceritakan kebaikan wanita tua yang mereka sebut 'nenek'. Meskipun dalam nominal tidak banyak, tapi mereka memamerkan uang pemberian dari nenek mereka seakan uang tersebut sangatlah banyak. Jennie hanya bisa terdiam dan memerhatikan dengan pikiran bingungnya. Sampai ia merebahkan diri sekarang pun, ia masih dibuat bertanya.

DERN [ JENSOO ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang