[ 6 ]

369 43 1
                                    

.

Jisoo sudah berusaha untuk tidak berurusan dengan Jennie. Dari awal, ia hanya ingin mengawasi gadis itu secara diam-diam. Dan, sesuai tugasnya untuk menjauhkan gadis itu dari hal yang tidak-tidak. Dan, kalau bukan karena ia tidak ingin melaporkan hal yang Jennie sendiri tidak laporkan, ia sudah pasti membiarkan Jennie berkelahi dengan gadis bernama Sooyoung itu.

"Dia memang merencanakan sesuatu." Jisoo menggumam saat matanya menatap punggung Jennie dari tempat duduknya.

Seulgi baru saja ingin mengagetkan Jisoo dari belakang. Tapi, ia menghentikan niatnya dan memerhatikan kemana temannya itu mengarahkan pandangannya. "Jennie?" Ucapnya yang langsung membuat Jisoo menengok kepadanya.

"Ah? Kenapa?" Tanya Jisoo bingung. Ia terlalu fokus pada Jennie sampai tak sadar kalau Seulgi memerhatikannya.

"Loe masih dua hari dan udah berani berurusan dengannya." Seulgi lalu menunjuk-nunjuknya sembari merujuk pada kejadian tadi pagi. "Punya nyawa berapa sampai berani seperti ini?"

Jisoo menggeleng. "Aku refleks saja." Ucapnya, berbohong.

"Saranku sih, jangan ya." Seulgi menggantungkan perkataannya sembari mengambil sesuatu dari dalam lacinya. "Ayo, ganti baju. Sebentar lagi jam olahraga."

Jisoo mengangguk. Ia lalu mengambil pakaian olahraganya dari dalam tas dan mengikuti Seulgi menuju kamar ganti.

"Jennie?" Tanyanya bingung. Gadis itu terlihat santai saja dan tidak terlihat akan berganti seragam seperti yang sedang dilakukan dirinya dan yang lainnya.

Seulgi memutar bola matanya malas. Ia berjalan lebih cepat lagi. "Abaikan saja."

Jisoo merapatkan bibirnya dan ia sejenak melihat ke arah lain.

Apa yang sebetulnya terjadi pada gadis itu?

***

Jam olahraga selesai. Semua terlihat kelelahan setelah berlari memutari lapangan dua kali. Para siswa bahkan mulai membuka baju mereka sembari berlari menuju kumpulan keran air yang terdapat di pinggir lapangan. Sementara para siswi meluruskan kakinya di atas rumput hijau. Mereka mulai mengipasi wajah dan leher mereka.

"Choi-ssaem memang gila!" Teriak salah satu di antara mereka. "Panas terik begini malah disuruh lari!"

"Ah, enaknya jadi Jennie." Yang lainnya megeluh lalu mengarahkan pandangannya ke gedung sekolah. "Tidak ikut pelajaran olahraga tapi tetap dapat nilai. Ugh, andai keluargaku sekaya dia."

Jennie sepertinya memang pusat perhatian di sekolah itu. Statusnya yang sebagai cucu pimpinan grup besar di Korea Selatan, mampu menciptakan sensasi. Terlebih dengan sikap dinginnya dan hobinya yang hampir setiap hari bertengkar. Dan, terkadang menjadi target bullying dari beberapa orang di sekolah ini.

"Seul, mau ganti baju sekarang?" Jisoo menunduk dan berbisik ke Seulgi. Hanya dia yang tidak terlihat kelelahan meskipun keringat juga sudah mengucuri badannya. Tentu saja, ia sudah sering memutari lapangan. Kalau dua kali, masih merupakan hal yang sepele untuknya.

"Sebentar, sebentar, gue masih capek." Seulgi menepuk-nepuk belakang lehernya. "Lo kok kayak ga capek gitu? Hebat banget."

"Capek kok," sahut Jisoo. Entah sudah kebohongan yang ke berapa. "Kalau begitu, aku duluan deh."

Seulgi manggut-manggut dan mengibaskan tangannya. Membiarkan Jisoo pergi lebih dulu. Kemudian ia lanjut merutuki guru olahraga mereka bersama teman-temannya yang lain.

DERN [ JENSOO ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang