acha dan daksa di kelas 10

980 107 4
                                    

senin pukul 14.06. setelah bel pulang berbunyi, para siswa berlomba-lomba keluar dari pintu kelas masing-masing.

"mau kemana, cha?" tegur elang yang melihat acha hendak ikut bergegas keluar dari kelas, mengingat sepulang sekolah ini mereka sudah berjanji untuk melanjutkan kerja kelompok di rumah vania.

"mau ke kamar mandi bentar." jawab acha.

vania yang tidak sengaja mendengar percakapan di belakangnya dengan cepat ikut nimbrung.

"cha, ikuttt!" rengeknya.

"yaudah ayo, kita ganti baju sekalian." mendengar hal itu membuat vania dengan cepat bergelendot manja di lengan kanan acha.

kemudian kedua gadis itu keluar dari kelas menyisakan 4 teman cowoknya.

"sumpah ya, si vania... den, sahabat lo tuh den coba di ruqyah dulu." ujar daksa dengan ekspresi julid andalannya.

aiden tampak sudah lelah hanya bisa menjawab dengan helaan nafas.

"cewek kalo jalan aja kayak orang bucin ya, anjir? gelendotan gitu." pertanyaan jaf membuat ketiga orang lainnya menatap cowok itu dengan wajah lebih lelah.

selain vania, jaf ternyata juga ga beres otaknya.

*****

"tadi gue liat, ada acha di wc."

"eh seriusan dia masih bisa sekolah disini?"

"ihhh serem banget gue satu sekolah sama pembunuh."

"aneh banget ga sih? padahal kasus acha udah termasuk tindak kriminal, tapi ga ada tindakan apa-apa dari sekolah."

"secara ga langsung itu konfirmasi kalo rumor acha simpanan kepsek itu bener ga sih?!"

"bisa jadi. oh iya, daksa juga satu kelas sama acha."

"gue juga ada ngeliat daksa satu rombongan sama acha!"

"eh, kok daksa mau ya? padahal acha kan yang ngebuat ceweknya mati."

"emang siapa sih cowok yang ga tergoda kalo disogok dengan tubuh?"

"oiya ngejual tubuhnya ke kepsek demi nilai aja acha bisa, jadi bisa aja acha make tubuhnya buat dapetin permintaan maaf dari daksa."

"sinting emang tu cewek. udah pembunuh, murahan pula."

"tapi mental nya termasuk kuat sih, kalo gue jadi dia mending pindah sekolah."

"kalo gue jadi dia sih mending bunuh diri aja."

vania yang berada dibilik wc pertama, dapat mendengar dengan jelas apa yang dibicarakan ketiga gadis diluar. ia memasang wajah syok mendengar gosip yang menjadikan acha pemeran utamanya. air matanya sudah tidak tebendung lagi, dan kedua telapak tangannya berusaha sekuat mungkin meredam isak tangisnya.

'mana yang harus ia percaya?' pertanyaan itu memenuhi pikirannya saat ini. sungguh jika mengandalkan hati, vania sangat ingin mempercayai acha yang akhir-akhir ini ia anggap sebagai sahabat perempuan pertamanya. namun gosip yang ia dengar tadi berasal dari teman kelas acha di kelas 10, dimana mereka lebih dulu bertemu dengan sosok acha daripada dirinya. dan dari yang ia dengar, kasus yang mereka maksud itu adalah 'meninggalnya siswi bernama risa dari kelas 10 IPA 1'. berita duka ini sempat menjadi buah bibir yang sangat besar tahun kemarin. penyebab meninggalnya risa katanya adalah karena perundungan, namun pelakunya tidak pernah dibongkar sampai saat ini dengan alasan permintaan dari keluarga risa sendiri. kalau begitu,

'apakah acha merupakan pelaku perundungan tersebut?'













*****

haloo? hehehe sorry lama up cerita ini, soalnya jujur aja aku ngepublish cerita ini nekat pas lagi sibuk-sibuknya kuliah dan bener aja ceritanya jadi ga keurus :(

buttt sekarang aku lagi liburan semester lumayan lama jadi aku bakal lebih aktif nulis dan up cerita ini, yeyyy!

oiya alur cerita ini juga udah lebih terarah, konflik nya udah aku tentuin, jadi cerita yang awalnya mau aku bikin ringan malah jadi ga ringan-ringan amat. tapi bakal aku usahain chapter nya ga terlalu banyak biar ga ngebosenin.

aku juga belum sempat bilang terimakasih banyak buat para pembaca, terutama yang vote dan juga komen di cerita yang ga jelas ini. aku seneng banget loh, sekaligus merasa bersalah karena jarang up hehehe. sayang kalian banyak-banyak deh.

see u yaaa, next time ayo kita banyakin interaksi di komentar!


with love, bita

SIMPANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang