cinta pertama elang

245 34 5
                                    

ini adalah kisah satu tahun yang lalu. namanya elang damarlangit, salah satu murid pintar dan teladan diantara murid berbakat lain di kelasnya. elang adalah anak yang tertutup dan pendiam, ia benci menjadi pusat perhatian itulah mengapa ia selalu berusaha menyembunyikan keberadaannya diantara keramaian. untungnya saja kelasnya ini termasuk kelas yang sangat berbakat sehingga kepintarannya bukanlah hal yang menonjol.

"wah bagus banget! tangan lo ajaib bisa ngegambar sebagus ini! eh, nama lo elang kan ya?"

elang mendongakan kepalanya, menatap wajah cantik gadis paling diagungkan di kelas ini, larisa damanda.

elang menganggukan kepalanya, "terimakasih."

larisa atau biasa dipanggil risa ataupun tidak jarang juga elang mendengar gadis ini di panggil icha, memberikan senyum cerahnya yang selalu saja berhasil menghangatkan hati yang melihatnya.

"aneh banget ya kita ga pernah ngobrol di kelas? padahal kayaknya asik kalo bisa berteman dengan orang jago gambar kayak lo."

elang hanya membalas dengan seulas senyum kecut.

bagaimana mungkin gadis seterang larisa bisa berteman dengan dirinya?

lagian, elang membenci atensi larisa.

lebih tepatnya, ia benci larisa bersinar terlalu terang.

karena orang yang bersinar terang hanya akan membuat bayangan bagi orang terdekatnya.

dan keberadaan larisa membuat alrescha menjadi bayangannya.

alrescha alamanda, saudara kembar larisa damanda sekaligus gadis yang menjadi cinta pertama dan cinta pada pandangan pertama elang damarlangit.

alrescha dalam ingatan elang adalah orang yang tenang, pendiam, dan terlihat menyedihkan. ia selalu tersembunyi dalam bayangan larisa.

meskipun begitu, alrescha adalah gadis pertama yang berhasil membuat elang menikmati hidup.

"ah, sorry, biasanya disini kosong." ujar alrescha dipertemuan mereka yang pertama kali di ruang seni.

elang terlonjak kaget, kala itu ia sedang bersembunyi di ruang seni karena ia membenci keramaian yang tercipta di kelas karena sedang jam kosong.

"ah... ya... gapapa..."

"gue boleh masuk kan? ga bakal ngengganggu lo kok tenang aja."

elang membalas dengan anggukan. gadis itupun segera masuk dan menutup kembali pintu ruang seni, ia berjalan menghampiri sudut tempat melukis.

dari tempat duduknya, elang dapat melihat dengan jelas apa yang dilakukan oleh alrescha. gadis itu terlihat amat sangat bahagia mengayunkan tangannya mengisi sebuah kanvas.

bagi elang pemandangan yang kini tengah ia lihat sangatlah indah, tangan alrescha sungguh sangat ajaib. hingga elang seakan terhipnotis dan tanpa sadar malah berjalan mendekati gadis itu.

"lo suka seni lukis juga?"

satu pertanyaan dari alrescha berhasil menyadarkan elang, entah sejak kapan kini ia sudah berdiri tepat disamping gadis itu duduk.

"eh, ah, itu, sorry tanpa sadar gue..."

"gapapa kok. gue justru seneng ada yang suka sama lukisan gue."

"mereka indah." ujar elang mengarah pada beberapa peri yang alrescha lukis.

"terimakasih. lo suka ngelukis?"

"belum pernah."

"mau nyoba?" tawaran alrescha membuat elang tanpa ragu menggeleng. "gue ga punya bakat dalam seni, apalagi ngelukis."

"ga perlu punya bakat kok. bagi gue, seni tercipta bukan oleh orang yang berbakat, tapi orang yang membutuhkan wadah untuk melampiaskan emosinya."

elang terdiam mencerna perkataan alrescha.

"ayo sini, elang!" elang kebingungan mendengar gadis itu memanggil namanya, karena hingga saat ini ia tidak pernah berinteraksi dengan teman sekelasnya.

melihat raut wajah bingung elang membuat gadis itu tertawa, "bingung ya gue tau nama lo dari mana? biar gue tebak, lo pasti ga tau nama gue kan!"

elang tertunduk malu.

"gapapa kok! mulai sekarang karena kita udah jadi temen, lo harus cari tau sendiri tentang teman baru lo ini." ujar gadis itu dengan senyum cerahnya, sangat cantik.

pada saat itu alrescha mungkin terkesan sangat memaksa elang untuk ikut melukis bersamanya, namun elang tidak merasa kesal sama sekali. justru ia sangat bersyukur karena sejak hari itu hari harinya terasa sangat menyenangkan. terkadang ia menantikan saat untuk kembali melukis bersama alrescha, atau hanya sesederhana dapat memperhatikan gadis itu di kelas.

alrescha yang bagi semua orang selama ini hanya menjadi bayang larisa, nyatanya sejak pertama kali mengenal gadis itu menjadi cahaya baru bagi hidup elang.

namun sayangnya, semakin lama interaksi mereka semakin tipis. terlebih saat dihari pertama libur panjang kenaikan kelas, tiba-tiba berita kematian larisa damanda si primadona sekolah tersebar. hal tersebut membuat elang tidak berhenti mengkhawatirkan sosok alrescha disepanjang hari libur. dan betapa senangnya elang melihat nama alrescha berada di kelas yang sama lagi dengannya. namun saat pertama kali melihat sosok yang ia khawatirkan selama ini, elang langsung tersadar gadis itu sedang tidak baik-baik saja. alrescha masih sama cantiknya, akan tetapi ia terlihat berbeda jauh dengan alrescha yang ia kenal di kelas 10. seakan yang meninggal saat itu bukan lah larisa, namun alrescha.






























*****
halooo, masih ada ga sih yang inget sama book ini? kalo lupa juga gapapa karena jujur authornya sendiri juga sempat lupa hehehe sowryyyy 🙆‍♀️💓

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SIMPANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang