menjadi akrab

1.1K 156 4
                                    

aiden tentu saja menjadi orang pertama yang sampai ke rumah vania, bahkan 20 menit sebelum waktu temu mereka.

tidak lama kemudian disusul oleh elang yang juga datang sangat awal. kedua cowo itu mau tak mau ikut membantu vania dan bunda winda menyiapkan cemilan dan minuman untuk mereka kerja kelompok di ruang tamu.

"yang ini namanya elang, daksa, atau jaf?" tanya bunda winda sembari menepuk pelan pundak elang yang berdiri canggung di sebelahnya.

"elang, tante..." jawab elang dengan sopan, tidak lupa senyum ademnya yang membuat bunda winda hampir saja ikut terpesona.

"benar kata vania, kamu ganteng banget ya?"

"hahaha makasih, tan."

"kalo saya namanya aiden, tan." jawab aiden tanpa di tanya.

bunda winda tertawa, "halah, kalo kamu mah bunda udah bosan, den." canda bunda winda.

"like mother, like daughter." lirih aiden yang sedihnya dibuat-buat.

"assalamualaikum."

"waalaikumsalam." jawab keempat orang di rumah itu kompak.

jaf, acha, dan daksa secara bersamaan memasuki ruang tamu tempat mereka berkumpul.

jujur saja, kedatangan ketiganya bersamaan membuat aiden, vania, dan elang bingung karena tidak pernah terpikir pun ketiga orang paling problematik ini bakal kompak.

"lo pada kok bisa barengan datangnya?" tanya aiden setelah ketiga orang itu bersalaman dengan bunda winda yang tersenyum lebar.

"ah, ga sengaja papasan." jawab acha seadanya.

"kalian... pada pakai motor masing-masing?" tanya vania ragu-ragu. anggukan kepala acha cukup membuat nya tenang.

"yaudah langsung duduk aja yuk? kita mulai kerja kelompoknya biar cepat selesai." instruksi vania sebagai tuan rumah.

namun sebelum mereka berjalan ke sofa, bunda winda menghambatnya.

"ini yang mana jaf yang mana daksa?"

"saya jaf, tante. javier orlando raver."jawab jaf dengan cepat.

"kalo saya laksamana daksa farenda, tan." susul daksa dengan sopan.

bunda winda mengangguk dengan senyum nya yang tidak luntur.

"kalo saya acha, tan." ujar acha tiba-tiba tentu saja menarik perhatian semua orang, termasuk bunda winda yang senyumnya terasa lebih hangat.

"bunda tau, kok. vania banyak cerita tentang kamu."

perkataan bunda winda membuat semua orang disana terkejut dan serempak menatap horor vania. semua orang kecuali bunda winda dan acha, juga jaf yang plonga-plongo ga ngerti.

*****

"jadi, mau lanjut kapan?" tanya aiden.

saat ini waktu sudah menunjukkan pukul 17.00 dan pekerjaan kelompok mereka ternyata tidak bisa selesai dari sekali pertemuan. bahkan mereka belum mengerjakan apa-apa, tadi hanya mengumpulkan iuran untuk membeli bahan-bahan seperti styrofoam, kertas asturo, origami, spidol, dan bahan-bahan lain untuk membuat mading.

20% bahas nugas, 80% istirahat.

"besok aja?" saran elang.

"cepet banget, emang kapan sih deadline nya?"

"kamis kalo ga salah."

"kita belum ngapa-ngapain nih, lebih cepat lebih bagus." ujar vania khawatir.

"bener, besok aja biar madingnya cepat selesai. kita belum lagi mau nyiapin materi buat presentasinya." ujar acha menyetujui.

"besok pulang sekolah langsung bareng aja ke rumah vania nya."

"gue ga ada kendaraan." ujar acha.

"ada gue." jawab jaf dengan cepat menarik perhatian daksa.

"udah clear ya? besok pulang sekolah langsung ke rumah vania sama-sama, awas aja ada yang kabur!" final aiden.

"bawa baju ganti lebih enak daripada pake seragam." saran elang mendapat persetujuan dari semua anggota kelompok.

dan begitulah kerja kelompok pertama, sekaligus awal dari perkumpulan mereka. meskipun berakhir dengan tidak mengerjakan apapun, akan tetapi pembicaraan ringan mereka hari itu membuat ikatan mereka semakin kuat.

seperti daksa dan acha yang tidak sering berantem lagi, permusuhan antara jaf dan aiden di kelas 10 sudah baikan, acha yang sudah tidak terlalu sinis ke mereka, vania yang tertutup mulai membuka diri, dan elang yang pendiam sudah lebih cerewet.

tanpa mereka sadari, mereka sama-sama menginginkan persahabatan ini.

SIMPANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang