Bab 7: Awal dari Sebuah Musibah

33 6 0
                                    

Enjoy it

.






Yumi di suruh oleh nenek nya untuk pergi ke puncak bukit untuk menaruh air laut yang sudah di doakan. Dia cukup kesal karena banyaknya peraturan yang harus dia ingat ketika membawa air laut ini. Belum lagi Yukata yang ia kenakan cukup membuatnya sesak.

"Satu,sehaus dan selelah apapun kamu tidak boleh meminumnya! Dua, dilarang menumpahkan air nya sedikitpun. Tiga, tidak memperbolehkan orang lain menyentuh nampan maupun air nya! Empat, harus meletakan air itu tepat di bawah kaki patung Dewa Laut. Lima, tidak boleh mengeluh ketika membawanya. Enam, tegakan badan mu dan berjalanlah dengan lembut alias tidak boleh tergesa-gesa. "

Semua ucapan neneknya itu terdengar begitu jelas di telinga Yumi. Dia mengingat dengan baik setiap kata dan larangan yang diucapkan

Satu yang tak Yumi mengerti, mengapa harus dia dan mengapa harus siang ketika musim panas?! ! ! Tangga menuju kuil di puncak bukit juga tidak sedikit. Anak tangga nya berjumlah 999! Harus melangkah demi selangkah menuju kuil di musim panas seperti ini bisa membuatnya seperti cumi yang dipanggang.

Posisi tubuh yang terus tegak membuat Yumi lelah tetapi dia tetap mentaati segala perintah yang ada. Secara tiba-tiba di atasnya ada payung biru yang menaungi. Yumi menoleh dan mendapati Adimas ada di sisi nya.

"Eh?" tanya Yumi heran melihat Adimas bersedia memayunginya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Eh?" tanya Yumi heran melihat Adimas bersedia memayunginya. Menghalangi sinar matahari yang terik agar tidak mengenai Yumi dan membuatnya pingsan.

"Apa yang kamu lakukan Adimas-kun? "
Mata Adimas yang melirik kesana kemari membuat Yumi paham kalau dia sedang gugup untuk menjawabnya.

"Kamu mau minta maaf??" tebak Yumi  dan Adimas mengangguk.

"Kamu tidak ada salah kenapa harus minta maaf? Harusnya aku yang minta maaf karena menganggu penelitian kalian, "ucap Yumi.

Adimas menggeleng, " Ini semua salahku. Aku menyamakan mu dengan mereka yang pernah merundungku dan tanpa sadar mengatakan kata-kata kasar yang pasti menyakiti hatimu. Yumi aku sungguh menyesal! Tolong maafkan aku!"

"Tidak apa-apa! Aku sama sekali tidak sakit hati!"
Mereka berdua kemudian berjalan naik untuk menuju kuil di puncak bukit dan Adimas dengan sabar dan tak lelah bersedia memayungi Yumi.

"Bagaimana kalau kita pergi makan es krim setelah ini? Aku akan menunjukanmu kedai kudapan manis yang pasti tidak akan bisa kamu lupakan rasanya!" tawar Yumi.

"Setuju! "

"Tapi, omong-omong maaf mengatakan ini. Soal mereka yang merundungmu apakah mereka adalah orang yang satu SMA denganmu?"

"Kalau tidak mau cerita tidak apa-apa! Aku salah telah bertanya hal yang pastinya sensitif untukmu,"

"Tidak apa-apa! Aku juga ingin menceritakannya padamu. Benar, mereka adalah kakak kelas ku ketika aku masuk SMA. Saat masa ospek mereka melakukan perpeloncoan terhadapku karena penampilanku yang bisa dibilang culun dan penakut. Mereka menyuruhku ini dan itu, ku disuruh menari seperti cumi-cumi dan di siram dengan tinta gelap sehingga bajuku terkena noda dan tak bisa hilang. Aku kira setelah ospek masa penderitaan ku berakhir, ternyata aku salah. Justru itu semua hanyalah permulaan di awal."

Rain in Clear SKY | JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang