Keep enjoy and support
.
"Ini tempatnya!" tunjuk Yumi ke arah kedai makanan dingin yang tampak sepi. Yumi mengerutkan alisnya karena merasa heran. Tumben sekali kedai ini sepi?
Kedai Bibi Tsuki selalu ramai tidak peduli musim. Bahkan, jika itu musim dingin. Mereka akan tetap memesan es serut dan juga Wagashi yang selalu disesuaikan dengan warna musim.
"Kenapa terdiam? Tidak jadi masuk?" tanya Samudera bingung.
Yumi menggeleng, "Tidak, aku hanya terkejut melihat kedai Bibi Tsuki yang sepi. Biasanya selalu penuh dengan antrian. Terkadang aku bahkan harus menunggu dua jam untuk bisa makan es serut."
"Ini musim panas, tapi kenapa malah sepi?" tanya Adimas yang juga merasa heran.
"Entahlah, kita masuk saja!" ajak Yumi. Mereka masuk bersama ke dalam dan ketika masuk Yumi dengan sengaja menggoyang kertas dari lonceng angin yang tergantung di atas pintu masuk.
"Apakah itu kebiasanmu untuk menggoyangkan lonceng angin milik orang lain?" tanya Samudera penasaran.
"Entah, sepertinya sudah kebiasaan dari kecil. Suara lonceng angin begitu candu di telinga."
Yumi menoleh ke sana kemari untuk mencari Bibi Tsuki dan ia menemukan sang Bibi yang termenung di depan kasir.
"Bibi, ada apa dengan kedai hari ini? Aku tidak melihat satu pelanggan sama sekali? "
"Aku juga tidak tahu kenapa hari ini tak ada satu pelanggan yang datang. Padahal hawa sepanas ini masa tidak ada yang mau makan es serut?" keluh Bibi Tsuki.
Yumi tersenyum lalu memegang tangan Bibi Tsuki, "Bibi, jangan khawatir! Kedai akan ramai sebentar lagi! Percayalah padaku! Dewa Laut memberikan berkah setelah ritual kemarin! " ucap Yumi menyakinkan.
Tak berselang lama, ada banyak turis asing maupun lokal yang datang. Semuanya terdiam melihat mereka yang datang. Ucapan Yumi terbukti. Padahal, Yumi tadi nya hanya bermaksud menghibur Bibi Tsuki.
"Aku benar bukan?" tanya Yumi pada Adimas mengenai es serut dan Wagashi dari toko langganan nya.
Adimas mengangguk dan tidak bisa berhenti makan-makanan manis."Profesor, apakah anda sungguh tidak ingin makan? Ini enak sekali! Anda pasti menyesal jika tidak mencobanya. Coba makan saja sedikit, ayo professor!"
Samudera menggeleng, menolak ajakan mahasiswinya itu untuk makan-makanan dingin dan manis."Adimas-kun, orang dingin seperti beliau kalau makan-makanan dingin seperti ini apakah tidak akan makin beku seperti es? Sayang sekali jika pesanan ini tidak di habiskan. Profesor, aku akan menghabiskannya untukmu," ucap Yumi kemudian menarik mangkuk es serut.
Kedua alis Yumi mengkerut saat tahu tangan Samudera menahan mangkuk itu lalu menariknya kembali dan segera makan es serut.
"Bagaimana? Enak bukan? Omong-omong kalian kan dari Indonesia. Apakah ada yang bisa masak Rendang? Aku dengar itu makanan nomor satu terenak di dunia."
"Memasak Rendang cukup sulit, tetapi kalau Yumi mau. Kami akan menasakannya. Kebetulan Profesor membawa banyak bumbu Indonesia termasuk bumbu Rendang." jelas Adimas.
"Astaga, itu pasti enak!"
Tiba-tiba Bibi Tsuki mendatangi Yumi dengan membawa Wagashi favorit gadis itu.
"Bibi, aku tidak memesan ini!" ucap Yumi.
"Ini untukmu. Belakangan ini meskipun musim panas kedai cukup sepi dan itu membuatku selalu menghela nafas gelisah. Tapi, ketika hari ini kamu datang dan berbicara tentang berkah Dewa Laut dan ritual kemarin.Tiba-tiba banyak sekali pelanggan berdatangan. Lihat! Sampai antrian memanjang hingga keluar kedai!" kata Bibi Tsuki antusias.
"Yumi, tuliskan atau gambar sesuatu untuk kedai kami. Kami akan membuatnya seperti jimat keberuntungan. Jika, kamu mau melakukan nya. Aku akan memberimu satu set wagashi lotus! Bagaimana? " tawar Bibi Tsuki.
Tanpa pikir panjang Yumi menulis kalimat 'Makmur' dalam bahasa Kanji di kertas lonceng angin dan memasangnya di atas pintu masuk.
Sebelum memasangnya, Yumi sempat berdoa sebentar. Dia hanya ingin orang bahagia dan makmur karena doanya.
Setelah seleai, Yumi dan Samudera berjalan bersama di tepi pantai dengan ditemani matahari yang akan segera terbenam. Adimas tidak ikut karena Reindra memintanya untuk membantu mengisi data penelitian.
"Terima kasih atas es dan Wagashinya. Lain kali aku akan menraktirmu,"
"Buatkan saja aku Rendang! Aku akan senang jika kamu membalasnya dengan itu!" kata Yumi antusias.
"Yumi, omong-omong apakah kamu percaya kekuatan Ama itu ada? Apakah kamu percaya bahwa Legenda Gadis Laut yang pendeta kuil ceritakan itu nyata?"
"Aku lahir dan tumbuh di sini, sulit untuk mengatakan tidak karena aku sendiri juga sesekali melihat keajaiban di tempat ini. Tidak ada manusia normal yang bisa menyelam dan bermain ikan seperti waktu itu. Aku dengan Laut seperti terhubung satu sama lain. Tapi, aku menyadari aku seperti ini karena cerita itu sudah diceritakan dari kecil."
"Kamu ingin tahu sesuatu?" tanya Yumi. Belum Samudera menjawab Yumi telah menarik tangannya dan berlari ke sebuah ujung pantai yang jarang orang datang ke sana.
"Kenapa kamu membawaku kesini?"
Bukannya menjawab, Yumi malah memasukan tangannya ke dalam air laut. Seketika sebuah cahaya biru muncul dan memancar ke dalam laut.Samudera melihat ini dan dia tidak bisa tidak kagum dengan apa yang sedang terjadi sekarang ini.
"Apa itu?"
"海灯(Umitou) yang artinya Cahaya Laut. Mereka menyebutnya di kitab Kuno seperti itu. Cahaya Laut itu seperti cahaya Matahari yang memberi energi."
"Sejak kapan seperti ini?"
"Setelah ritual Ama, aku terkejut awalnya tapi jadi terbiasa ketika menyentuh air laut. Ini termasuk berkah. Jadi, kalau di tanya aku percaya atau tidak. Sulit untuk mengatakan tidak karena aku seperti ini,"
"Kenapa kamu beritahu ini kepadaku? Aku adalah orang asing dan bahkan desa pun tidak tahu kalau kamu seperti ini?!"
"Karena aku percaya Profesor Samudera. Meskipun kamu dingin seperti es dan orang baru. Tetapi, aku percaya dengan apa yang aku lihat dan dengar meskipun di awal ada salah paham." jelas Yumi sembari memberikan senyum dan mata yang menatap dengan tulus tanpa keraguan sedikitpun.
Hati Samudera tergerak karena tatapan mata Yumi yang sangat tulus kepadanya. Tapi, di satu sisi ego dan gengsi ingin menguasai dan mengingatkanya akan penelitian tentang gadis Laut yang diminta banyak ilmuwan ternama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain in Clear SKY | Jaemin
FanfictionMusim panas yang cerah, lautan dan langit yang biru, awan putih layaknya permen kapas adalah hal terfavorit bagi Yumi dan Samu. Dua orang yang negara dan budaya ini. Yumi yang menyegarkan dan Samu yang dingin begitu cocok satu sama lain. Tetapi, sia...