"HAH?! PUTUS?!"
Pertanyaan lantang itu keluar dari empat perempuan setengah dewasa. Dari keempat, si perempuan dengan kulit kecoklatan menggebrak meja di depannya. "Kok bisa, jingan?! Gue ketinggalan apa selama liburan sama Kak Gara?!" Dipijatnya dahinya yang mengerut dan terasa nyeri.
Perempuan di depannya mendorong pelan tubuh peneriak, "Ilo, bahasanya yang sopan. Ibu bisa marah kalau beliau dengar." Yang dipanggil Ilo pun mendelik, "Ibu ga ada disini, kalem Lils."
"Kok bisa kakak Ann? Kak Kala nyakitin apa sama kakak?" Inilah, perempuan paling mungil dan paling muda di antara lima wanita di tempat itu. Azrikha namanya.
Kakak Ann atau wanita bernama asli Annelies menatap keempat teman-temannya sungkan. "Er- udah lama. Ingat saya izin ke Halmahera bulan November tahun lalu?"
Empat orang tersebut mengangguk. "Ingat, Ann buru-buru pamit ke kosan 'Ndy." Jawab salah satu dari mereka.
Annelies mengangguk mengiyakan jawaban Indyra. "Iya, yang saya minta bantuan Sagara untuk membuat paspor secepat mungkin. Pas itu lah.."
"Kok bisa?" Tanya Lilyana.
"Panjang— saya malas mengingatnya. Intinya sudah selesai."
"Tapi ga bisa gitu dong! Itu November ke Juli jauh banget, jingan. Lo ngasih info kan bisa pas tahun baru waktu kita kumpul, kenapa baru sekarang?!" Iloria misuh-misuh mendengar jawaban Annelies.
Sebagai pendukung utama hubungan Ann-Kala, Iloria tidak terima keduanya putus tanpa kabar dan bahkan sudah lama. Ia pun mengacak-acak meja di depannya. Beruntung hanya ada tas-tas milik kelima gadis tersebut. Lily dengan sigap mengamankan seluruh tas dan meletakkannya di kolong meja mereka. "Il, jangan diberantakin, astaga—"
Iloria menatap adik angkatnya dengan tatapan jengkel. "Yayayaya, Miss perfect."
"Yah, karena udah lama sih. Udah ga baik kalau dibahas. Intinya udahan." Annelies menyilangkan tangannya di depan wajahnya. "Jangan dibahas lagi. Mending bahas 'Ndy yang katanya CLBK tuh."
Yang namanya disebut tersedak ludahnya sendiri, ia menatap teman-teman yang beralih menatapnya. "Er- kok Ann fitnah sih?"
"Kok fitnah?! Kan memang benar. Ndy pakai jasa aku buat masalah di kampus kamu itu—" "masalah apa?" Lily menyerobot suara Annelies.
Annelies menatap perempuan bernama bunga itu bingung, "loh? Ndy ga ada bilang sama kalian?" Masing-masing kecuali Indyra menggeleng kecil. "Hayoloh Ndy~"
"Sialan. Kenapa kalian kayak punya rahasia gini sih?! Katanya kita teman, kok banyak rahasia, njim?!" Ilo berdiri dan kembali menggebrak meja di depannya. Mendengar itu, Lily mencibir kesal, "lah sendirinya jadian sama Kak Gara engga bilang-bilang tuh. Apa coba mendadak jalan-jalan berdua, dih."
Azrikha yang sedari tadi diam saja mendadak berdiri dari kursinya. Ia terlihat senang dan menatap Indyra yang duduk di seberang meja. "Kakak Ndy! Kak Ganez mau ke sini. Azri diajak nonton, kyaaa! Aduh, aduh— Az harus apa? Az cantik engga?" Ia beralih menarik wajah Lily yang sedang adu mata dengan Iloria.
Lily yang tadinya melotot langsung tertarik menatap Azrikha. Matanya mengintai bagaimana penampilan teman sekaligus adik itu. "Cakep kok, udah pas. Pakai parfum aja nih, saya bawa." Ia merogoh tas di kolong meja dan mengeluarkan botol parfumnya.
"Mau mau!" Iloria menggeleng kecil melihat Azrikha yang sangat antusias ketika sudah membahas Ganezhwa. "Kalau bahas si bangsat itu kenapa seneng banget sih, Az. Ga ada bagusnya tuh laki."
Annelies berkedip mendengar jawaban Iloria. "Lebih bangsat Trisna, first love-nya 'Ndy tuh. Hilang bertahun-tahun, terus ketemu lagi jadi pengacara Indy. Eh, sekarang malah pacaran wuu—"
"ANN?!" Indyra berteriak ke arah Annelies yang dibalas dengan juluran lidah dari perempuan yang lebih tua setahun darinya.
"Nah. Dari kalian semua, cuma kak Lil yang belum ada cerita." Mendadak Azrikha mengalihkan pembicaraan. Ia sudah selesai touch up untuk bertemu pujaan hatinya. Semua mata menatap Lily selaku adik angkat dari keluarga Ayudiaz. "Eh? Kok saya.. saya ga ada cerita tuh. Bahas Ilo aja yang abis jalan-jalan sama Kak Gara. Ga asik. Mana ga bawa oleh-oleh."
Indyra menghela nafas. "Masa iya dari berlima cuma kamu yang single bertahun-tahun? Mau ku cariin ga? Sekalian Ann juga baru putus tuh." Menyerobot perkataan Indyra, Annelies menjawab "Kok jadi saya lagi?" Dengan tatapan tajam ia menatap perempuan yang duduk di sebelahnya. "Yah, soalnya cuma kalian yang single." Jawab Indyra santai.
"Iya iya, nanti gue tanya Kak Gara, kali aja ada sugar daddy buat kalian." Iloria merogoh saku celananya untuk mengambil ponsel. "Maksud, Il?! Memangnya saya ga bisa cari sendiri!" Lily merebut ponsel Iloria dengan cepat.
Iloria berkacak pinggang, "emang ga bisa." "Anj—" Lily meraih botol kosong di meja belakang dan berniat melempar ke arah Iloria jika Annelies dan Indyra tidak menahannya. "Kalem Lils, kalem."
"Eh tapi masa benar Kak Lil engga ada cerita?" Seolah tidak terjadi apapun, Azrikha menatap polos keempat temannya. "Kakak Ann yang habis putus diam-diam terus kabur. Kakak Indy yang Ce El Be Ka sama cinta pertama. Kakak Ilo yang pergi berkedok jalan-jalan sama Kak Gara ternyata tunangan." Iloria tersedak ludahnya sendiri mendengar kalimat terakhir Azrikha. "Terus kakak Lil ngapain?"
Lily memijat kepalanya yang mendadak pening. Meskipun Azrikha terlihat polos dan tidak peduli pada lingkungannya, sebenarnya perempuan berusia 20 tahun itu sering mengamati apapun. Didikkan Azrikha yang sedari kecil untuk diam membuatnya jarang mengeluarkan pendapat, sehingga kebanyakan waktu ia hanya mendengarkan dan menyimpannya sendiri. "Ga ada, mungkin lain waktu aja."
"Ah ga asiikkk." Seru si bungsu mereka. "Oh— Kak Ganez udah di depan! Az pergi dulu~" Azrikha berdiri dan melambaikan tangan pada keempat temannya (atau harusnya kakak-kakaknya?)
Iloria menatap ponselnya dan mendadak mengulas senyuman. "Kak Gara mau jemput, Lils balik?" Lily menjawabnya dengan anggukan kecil. "Ibu di rumah ya?" Iloria menggulirkan matanya berpikir. "Kayaknya?"
Annelies menaikkan alisnya melihat reaksi dua saudara berbeda darah itu. "Lagi sakit kalian? Ga biasanya adu otot hari ini cuma tadi." Indyra refleks menoyor kepala Annelies. "Awww, apa sih Ndy?!"
"Balik yuk, Ann, mau ketemu ayang nih~" Ucap Indyra polos menjawab Annelies diikuti dengan ia mengambil tas di kolong meja dan berdiri. Annelies menatap teman berbeda usia dua tahun itu dengan tajam. Meskipun begitu, ia juga ikut berdiri. "Mau bareng? Saya bawa mobil."
Lily bersiul mendengar jawaban Annelies, "ikut dong, saya ga mau jadi nyamuk nih.." Iloria mendelik. "Ya ilah, ga bakal, Lils, ayo balik. Nih nyonya telepon, jingan." Ia menyodorkan layar ponselnya yang menampilkan nama ‘nyonya besar Ayudiaz’ alias ibu Iloria dan Lilyana.
Mendadak Lily misuh-misuh. Ia tidak suka bertemu dengan wanita setengah abad yang mengadopsinya belasan tahun lalu. Pasti ada sesuatu sampai Iloria dihubungi seperti itu. Menghela nafas, ia pun menerima ponsel Iloria dan menjawab, "halo, Bu. Ada apa?" Terdiam sejenak mendengarkan penjelasan sang ibunda, Lily mengangguk kecil membuat kernyitan pada dahi teman-temannya. "ohh— okay, saya dan kak Ilo segera pulang. Tentu, tadi kakak bilang, kakak pertama akan menjemput kami. Ibu tenang saja."
"Kenapa?" Iloria menerima ponselnya kembali. "Ayah sakit, kita harus pulang. Pewarisan kekuasaan untuk Kak Gara udah dimulai." Jawab Lily cepat.
Annelies menggeleng kecil, "rumitnya kisah hidup orang kaya. Ayo balik. Lain waktu lagi kita kumpul." Tawarnya sambil berjalan keluar tempat mereka berkumpul.
"Next time, kita buka-bukaan ya?" Indyra menyenggol bahu kanan Lily, "dan Lils harus punya cerita atau kita bully abis-abisan, wuu."
Diikuti Iloria yang paling terakhir keluar, mereka kembali ke rumah masing-masing. Cerita mereka baru dimulai. Tentang kisah-kisah di tahun itu dan sebelumnya. Ada banyak rahasia yang akan tersingkap. Lapisan demi lapisan kisah mereka terkupas, mengenai lima perempuan setengah dewasa.
*****
—Lyn, 24 Juli 2022.
n) Nama Lilyana dengan nama saya sengaja sama, saya menempatkan diri sebagai Lilyana untuk mendapatkan poin ceritanya.
YOU ARE READING
Illusion
Short StoryTangan itu bergerak lamat, menuliskan bait-bait kata yang tersusun menjadi kalimat. Ia hanya menginginkan ketenangan. Pikirannya kacau, jadi dia memutuskan untuk menulis semua isi kepalanya. Di dalamnya terdapat bermacam-macam cerita. Penuh deskrip...