Hutan Kota

5 2 0
                                    


(Lyn, 5 Maret 2022)
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

Pada hari Minggu ini, kelas VII SMP Nusa Darma yang berjumlah 30 orang akan menjalani camping di hutan kota, alias hutan buatan yang diciptakan oleh pemerintah kota agar masyarakat bisa menikmati keindahan hutan.

Desain hutan itu dibentuk sedemikian rupa seperti hutan sungguhan, pohon menjulang, tanah liat yang basah, bahkan ada aliran sungai kecil-kecilan. Pohon-pohon yang batangnya tumbang ditaruh asal, rerumputan berbagai macam jenis, beberapa tanaman buah dan juga dibebaskan beberapa hewan yang akan menjadi peramai tempat tersebut. Jika kalian pernah melihat suatu film dengan konsep hutan yang diselubungi oleh barrier gaib, maka begitulah konsep hutan kota ini.

Berjalan dengan menggunakan mobil bus selama 2 jam, siswa-siswa akhirnya sampai. Mereka memasuki kawasan dan menyebar di dalamnya. Gerbang hutan akan tertutup otomatis setelah pukul tujuh malam dan akan ditutupi oleh rumput tebal yang hanya bisa dibuka oleh para guru dan pengawas hutan tersebut.

Ketika malam pertama menginap, mereka dihadiahi oleh macam tutul yang menyerang kemah. Masing-masing siswa berlarian, guru-guru olahraga memanjat pohon tinggi demi menghindari terkaman sang raja. Beberapa orang menjadi korban. Itu adalah malam yang mengerikan.

Hari kedua, mereka pindah ke dekat tepi sungai buatan. Mengambil ikan-ikan kecil dan mandi di sungai. Semuanya terlihat senang meski semalam adalah mimpi buruk. Tawa dari masing-masing mereka mengalun, pun para guru yang ikut tertawa ketika siswanya saling melempar air.

Ketika malam tiba, mereka bergegas memasuki tenda dan mematikan semua cahaya. Mereka berkumpul di satu tenda besar dengan lilin kecil di tengahnya. Hanya tersisa 20 orang saja.

"Diceritakan pada zaman es dahulu, ada sebuah kisah yang seram."

"Kisah apa, pak?"

"Ayo cerita, pak! Ceritaaaa!"

Suasana menjadi hening, sang pendongeng berdeham sebelum melanjutkan cerita. Sementara guru yang lain melihat sisi tenda, memastikan bahwa malam ini mereka tidak diserang.

"Ibu saya bilang, dulu ada satu desa di kutub selatan. Di desa tersebut ada rumah-rumah kecil—"

"Iglo!"

"Iya, iglo-iglo yang membuat para penduduknya tidur dengan nyaman. Disana merupakan desa yang aman, sebelum suatu hari, lenyap satu anak tanpa jejak."

Bulu kuduk berdiri dari semua orang, mereka merapatkan diri. Angin dari bolongan udara memasuki tenda, membuat udara di dalamnya sejuk.

"Lalu, pak?"

"Hari itu adalah hari biasa, ketika para anak-anak bermain. Tetapi ada satu anak yang ditinggalkan. Ia pun kembali ke rumahnya. Sesampainya di rumah, anak itu baru sadar, jika kayu bakarnya habis. Otomatis rumahnya menjadi dingin."

"Anak itu bernama Nini. Nini saat itu sedang ditinggal orang tuanya untuk mencari makan. Akhirnya Nini menunggu sendirian di rumahnya yang dingin. Ketika malam tiba, orang tua Nini tidak, ah- belum kembali. Nini pun sendirian."

Terdengar suar burung hantu mengagetkan seisi tenda raksasa tersebut. Suasana menjadi semakin horor. Ada suara ranting patah, degup jantung masing-masing orang terdengar bertalu-talu. Mereka menahan nafas dan saling berpegangan.

"Ssstt"

krsss, krss ; grrrr

Suara itu menjauh seiring waktu. Lilin ditengah-tengah mereka berpendar semakin kecil. Entah apa yang terjadi, tetapi suhu udara juga mendingin.

"Lalu, pak? Ceritanya apa yang terjadi?" Cicit salah satu anak membuka suara.

"Kita pelan-pelan saja ya."

Dan kisah pun berlanjut...

"Nini kedinginan di rumahnya, tidak ada setitik cahaya pun yang masuk ke dalam iglo nya, dia mau keluar tetapi matahari sudah turun. Jika dia keluar bisa saja makhluk aneh yang diceritakan orang-orang datang dan membawanya pergi."

"Saat tengah malam, orang tuanya datang dan Nini sudah tidak ada..."

"Apa yang terjadi? Nini tiba-tiba menghilang?"

Si pencerita menggelengkan kepalanya pelan. Lilin ikut bergoyang seiring adanya gerakan. Pendar kecilnya tidak membuat semua orang terlihat.

"Tidak ada yang tau. Sampai saat ini, konon katanya sering terdengar suara Nini berkata: api, api, aku kedinginan."

"Ada juga yang mengatakan bahwa Nini tenggelam di dalam tumpukan salju saat bermain. Tapi, tidak ada yang tau bagaimana nasib Nini sebenarnya. Hanya cerita-cerita yang berkeliaran disana, Nini yang kedinginan."

Dari luar terdengar suara geraman lagi. Sang raja hutan kembali. Lilin pun dimatikan. Mereka dengan diam bernafas perlahan, berharap tidak ditemukan. Sepadam nya api, mereka kedinginan, saling memeluk dan berbagai pakaian.

Geraman itu semakin mendekat dan diiringi raungan serigala dari jauh. Kepak angin juga menjadi kencang, membuat tenda bergoyang-goyang. Yang paling dekat dengan ujung-ujung tenda menahannya agar tidak terbang, juga memastikan bahwa mereka tetap aman.

Geraman semakin mendekat dann—

.
.
.

PLOP!

"Bangun oy tukang tidur! Lihat matahari sudah tinggi, jangan mimpi terus!"

Aku terbangun dan melihat jam weker pukul 5 pagi. Di kalender ada lingkaran untuk hari itu: _camping ke hutan kota SMP Nusa Darma_.

"Itu tadi mimpi apa ya?"

Illusion Where stories live. Discover now