Pergi

142 15 0
                                    

~ Cara paling mudah untuk menyelesaikan masalah adalah lari dari masalah itu ~

Arieanna terbangun dengan keadaan tangan dan kaki tak bisa digerakkan. Gadis itu berusaha melihat apa yang menahan tangan dan kaki nya. Hembusan nafas kasar keluar dari mulut gadis itu kala mengetahui alasan dari kaki dan tangannya yang tak bisa digerakkan.

Arieanna menatap langit-langit rumah sakit yang berwarna putih. Ternyata Tuhan benar-benar tidak mau menerimanya di alam sana, padahal gadis itu sudah merangkai kalimat permintaan maaf kepada Tuhan karena memilih untuk bertemu dengan-Nya lebih cepat.

"Yana?" Arieanna tidak menoleh, gadis itu malah memejamkan matanya, pura-pura kembali tidur.

Sari mengelus kepala Arieanna dengan lembut, gadis itu sontak meringis. "Eh sakit? Ada yang sakit sayang?" tanya Sari terkejut.

Arieanna tak menjawab apa-apa, gadis itu tetap setia memejamkan matanya. Sari mengecek kepala Arieanna yang ternyata sedikit terluka akibat pukulan yang Arieanna berikan kepada kepalanya sendiri.

"Mama panggil dokter dulu," ucap Sari dengan begitu panik.


"Ma," panggil Arieanna dengan begitu pelan namun dapat membuat Sari menghentikan langkahnya. Wanita itu membalikkan tubuhnya terkejut.

"Kenapa sayang? Ada apa? Kamu butuh apa? Sakit banget ya?" tanya Sari beruntun. Dia begitu kaget saat mendengar suara Arieanna lagi. Rasanya sudah sangat lama dia tidak mendengar suara Arieanna.

"Yana mau tinggal sama mbak Sintia," ucap Arieanna dengan tiba-tiba. Sari begitu terkejut dengan ucapan putri semata wayangnya.

"Maksud kamu apa sayang?"

"Yana mau tinggal sama mbak Sintia." Arieanna mengulang kembali ucapannya.

Sari mengerutkan keningnya. "Enggak! Mama gak mau kamu tinggal sama mbak Sintia!" tolak Sari mentah-mentah. Jelas wanita itu tidak mau putri semata wayangnya pergi jauh darinya.

"Yana mau tinggal sama mbak Sintia, untuk beberapa saat aja," ujar gadis itu lagi. Terdengar seperti membujuk, namun dengan nada yang tak bisa dibantah.

"Tapi kenapa? Kenapa kamu mau ke sana?"

"Karena Yana benci kalian!" jawab Arieanna dengan ketus membuat Sari terdiam. Ucapan gadis itu bagaikan pisau yang menggores hatinya.

Arieanna menghela nafasnya, ketika melihat keterdiaman wanita itu. Dia jadi sedikit merasa bersalah, "Buat apa Yana di sini kalau gak ada yang bisa ngertiin Yana?"

"Maksud kamu apa sih? Mama bisa kok ngertiin kamu!" Arieanna terkekeh pelan mendengar ucapan sang mama.

"Yana gak suka sama kalian semua! Yana benci kalian semua! Yana muak dekat sama kalian! Yana mau pergi!" ujar Arieanna dengan berteriak.

"Ada apa lagi ini?" tanya Danu yang baru saja keluar dari kamar mandi.

"Pa, Yana mau tinggal sama mbak Sintia!" ujar Arieanna mengutarakan keinginannya.

"Hah? Apa maksud kamu?"

"Biarin Yana tinggal di sana untuk beberapa saat. Yana muak liat kalian semua!" ujar Arieanna membuat Danu menatap istrinya.

ARIEANNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang