Kisah Zidan

74 8 0
                                    

Arieanna melangkahkan kakinya masuk ke dalam lift. Gadis itu berdiri diam sambil memegang erat ponselnya.

Dokter Hydar
• Yana kalau ada apa-apa langsung chat saya ya

Padahal baru beberapa detik yang lalu Arieanna keluar dari ruangannya, tetapi lelaki itu sudah mengirimkan nya pesan lagi. Dan hal itu entah mengapa membuat Arieanna menerbitkan senyum nya walau hanya tipis, tapi sangat berarti.

Arieanna memang berencana untuk pulang sendiri menggunakan ojek online, karena memang tidak mungkin untuknya menunggu Hydar selesai. Pasien nya masih sangat banyak, bisa-bisa Arieanna mati kebosanan.

Gadis itu keluar dari lift dengan kepala tertunduk, ia tak mau orang-orang melihat matanya yang sembab itu. Malu rasanya, bahkan sekarang ia merasa menyesal telah menangis di pelukan Hydar, menurut nya hal itu sangat lebay.

Namun, karena pandangan nya yang terus menuju lantai, gadis itu tidak sengaja menabrak seseorang. Arieanna mendongak sambil mengucapkan kata-kata maaf.

"Yana?" ujar Zidan dengan menggunakan jas putih kedokteran nya.

Arieanna tersenyum tipis. "Abis ketemu Hydar ya?" tanya Zidan lagi. Arieanna mengangguk.

"Mau pulang?" tanya Zidan lagi dan lagi.

"Iya kak, mau pulang," jawab Arieanna.

"Mau dianterin gak?" Baru saja Arieanna ingin menjawab, seorang suster menghampiri mereka.

"Dok, pasien sudah menunggu," ujar suster itu membuat Zidan cengengesan menatap Arieanna.

"Enggak usah kak, Yana udah mesen ojol kok, kakak kerja aja, semangat ya!" ucap gadis itu kemudian langsung melangkah meninggalkan Zidan.

Zidan rasanya langsung semangat empat lima setelah disemangatin Arieanna. "Siapa dok? Pacar?" tanya suster itu.

"Doa in aja ya," ujar Zidan sambil senyum-senyum sendiri. Suster itu hanya bisa geleng-geleng kepala ketika melihat tingkah dokter muda nya.

Arieanna berdiri di pinggir jalan sambil melamun. Entah mengapa ucapan Hydar terus terngiang-ngiang di kepalanya.

"Ikhlaskan."

Apakah mungkin gadis itu bisa mengikhlaskan segalanya. Arieanna rasa itu akan sangat sulit, berusaha hidup setelah kejadian malam itu saja, sudah sangat sulit bagaimana mengikhlaskan nya.

"Neng Arieanna?" Suara seorang pria membuat Arieanna kembali tersadar dari lamunannya.

"Pak Somad ya?" tanya gadis itu sambil tersenyum sopan. Pria itu mengangguk mengiyakan.

"Pake helm atau enggak?" tanya pria bernama Somad itu.

Belum sempat Arieanna menjawab, pria itu langsung saja berbicara, "Pake aja ya neng, takut ada polisi nanti, kalo ada apa-apa juga kan saya yang repot." Arieanna mengangguk kemudian menerima helm itu, lalu memakai nya.

Arieanna beranjak dari tempatnya untuk naik ke atas motor beat pria tua itu. "Abis jenguk ya neng?" ujar pria itu dengan suara yang agak kencang agar Arieanna mendengar.

"Enggak pak, abis berobat," jawab Arieanna.

"Berobat apa? Keliatan nya eneng sehat dan bugar," ujarnya lagi.

"Berobat jiwa pak," jawab Arieanna membuat pengemudi ojol itu terdiam tak menjawab apa-apa.

"Ah si Eneng bisa aja bercanda nya!" ujar pria itu menganggap ucapannya hanya sekedar candaan belaka.

"Beneran pak."

"Ah masa sih, Eneng cantik begitu masa gila." Arieanna memilih untuk diam saja, tak memperdulikan ojol itu.

ARIEANNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang