Kepulangan Sintia

76 11 2
                                    

Dengan mata yang sembab Sintia mengetuk pintu rumah Hydar. Perempuan itu baru saja dimarahi habis-habisan oleh orang tuanya, ah bukan orang tua nya, mereka orang tua Arieanna.

Sintia merasa tidak bersalah sama sekali. Ia merasa hal ini bukan salah nya, ini salah Arieanna karena gadis itu yang memohon kepadanya.

Dan sekarang lihat siapa yang terkena imbasnya? Sintia terpaksa untuk kembali ke Bandung padahal pekerjaan nya belum selesai, untung saja atasannya bisa mengerti, kalau tidak mungkin dirinya sudah dipecat.

Pintu jati itu terbuka menampilkan sesosok lelaki tampan. Lelaki itu terkejut dengan kehadiran Sintia di depan pintu rumahnya dengan membawa koper besar.

"Lo gapapa?" Pertanyaan itu terlontar begitu saja kala melihat mata Sintia yang sembab. Perempuan itu langsung memeluk Hydar bersamaan dengan tangisnya yang pecah.

Hydar terdiam sesaat, ia sangat terkejut. Namun berusaha untuk tetap tenang. Lelaki itu dengan perlahan mengusap lembut punggung yang tengah bergetar hebat itu.

"Gapapa nangis aja," ujar lelaki itu pelan semakin membuat Sintia menangis histeris.

Sintia mengeratkan pelukannya, perempuan itu benar-benar hancur. Ia benci dengan hidupnya yang terus-menerus terlibat dengan Arieanna. Ia tau Arieanna sama sekali tak salah apa-apa, tapi ia merasa benci dan iri.

"Kok udah pulang, kangen gue ya makanya cepet-cepet pulang," ujar Hydar berusaha untuk membuat Sintia tertawa atau kesal, apapun akan ia lakukan asalkan perempuan itu berhenti menangis.

"Apaan sih, najis gue kangen sama lo!" ucap Sintia namun tetap memeluk erat Hydar.

"Waduh ini pelukannya kenceng banget, terbukti ini mah kangen berat," ucap Hydar lagi.

"Apaan sih enggak!" ucap Sintia sambil melepas pelukan mereka, namun Hydar kembali membawa Sintia ke dalam pelukannya.

"Iya-iya anggap aja lo gak kangen." Dengusan kesal terdengar di sela-sela Isak tangis perempuan itu.

"Kenapa?" tanya Hydar lembut.

"Keluarga Yana udah tau kalo dia selama ini gak tinggal sama gue dan tinggal sama lo," jawab Sintia membuat Hydar terdiam.

"Gue akan bantu jelasin ke keluarganya."

"Gak perlu udah semuanya udah selesai, gak ada lagi yang harus diomongin. Mereka mau gue jaga Yana lagi di sini, sedangkan mereka mantau dari jauh, katanya sih takut ketauan anaknya," ucap Sintia dengan masih terisak-isak.

"Yana udah gede, dia gak bisa apa berhenti nyusahin gue," ucap Sintia tiba-tiba saja membuat Hydar cukup terkejut. Lelaki itu menguraikan pelukan mereka, ia menatap lekat perempuan dihadapan nya.

"Keadaan dia lagi buruk Tia, dia butuh orang-orang yang bisa support dia. Yana ngerasa lo orang yang paling bisa support dia, makanya dia dateng ke sini," ujar Hydar berusaha untuk memberi pengertian kepada perempuan yang tengah diliputi amarah.

"Ya dia pikir, dia doang apa yang butuh support? Gue juga butuh kali! Gak selamanya dunia berpihak pada dia, harusnya dia tau itu!"

Hydar terdiam, ia mengerti dengan masalah Sintia. Ia tau kebebasan Sintia terenggut karena kehadiran Arieanna. Namun di sisi lain Hydar juga tau bagaimana Arieanna yang begitu menyayangi sepupunya dan menganggap hanya Sintia lah yang dapat membantunya.

"Karena masalah dia gue harus ikut-ikutan terlibat, masalah gue udah banyak kali!" ujar Sintia lagi. Hydar hanya bisa mengelus bahu Sintia, berharap perbuatannya dapat membuat perempuan itu lebih tenang. Lelaki itu tau semakin ia menyahuti ucapan Sintia, maka akan semakin banyak kata-kata kasar yang tidak seharusnya perempuan itu ucapkan tentang Arieanna.

ARIEANNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang