"Assalamualaikum." Hydar mengucapkan salam ketika masuk ke dalam rumah.
Diana dan Arieanna yang sedang asik menonton televisi langsung menoleh. "Wa'alaikummusalam," jawab mereka serentak.
Hydar menyalimi tangan maminya. Kemudian menatap Arieanna yang kembali memperhatikan televisi, sebenarnya gadis itu sama sekali tidak tertarik sama sinetron yang tengah Diana tonton, tapi gadis itu sedikit merasa malu karena tadi pagi dengan lancang memeluk Hydar.
"Udah di minum obatnya?" tanya Hydar membuat Arieanna mau tak mau menoleh ke arah lelaki itu.
"Obat yang mana?" tanya gadis itu membuat Hydar menghela nafasnya. Masa di rumah dia juga harus merawat pasien nya. Padahal hanya di rumah dia bebas tidak perlu memikirkan masalah pasien nya.
"Bukan nya udah di jelasin sama apoteker nya?" Arieanna spontan menepuk dahinya pelan.
"Yana lupa kasih resepnya ke apoteker!" Hydar ikut menepuk dahinya, selain lemot ternyata gadis itu juga ceroboh.
"Lah Yana kok bisa lupa?" tanya Diana yang ikut terkejut.
"Gak tau, Yana lupa!" ujar gadis itu dengan wajah polosnya.
"Terus gimana dong dok?" Hydar memilih untuk menarik tangan Arieanna untuk beranjak dari posisinya.
"Ih mau ke mana?" tanya gadis itu kebingungan.
"Mau dibawa ke mana a, Yana nya?" tanya Diana kebingungan.
"Ke kamar," jawab Hydar begitu ambigu.
"Hah?!" ujar kedua perempuan berbeda umur itu lagi-lagi serempak. Hydar sadar akan kesalahpahaman yang terjadi, langsung berusaha membenarkan ucapan nya.
"Maksudnya, obat yang Arieanna butuhin kayaknya ada di kamar Hydar," ujar Hydar membuat Diana geleng-geleng kepala.
"Lain kali kalo ngomong jangan setengah-setengah a, bikin salah paham aja!" Hydar tersenyum kemudian mengangguk.
Sedangkan Arieanna hanya bisa pasrah ketika tangannya di tarik menuju kamar Hydar yang sebenarnya berada tepat di sebelah kamarnya.
Arieanna di suruh untuk berdiri di depan kamar lelaki itu. Ia tidak dipersilahkan untuk masuk ke sana, lagi pula ia juga tidak mau masuk ke sana. Hydar kembali keluar dengan membawa sebuah tempat obat berbentuk balok yang tak begitu besar.
Lelaki itu mencari-cari obat yang tadi ia resepkan untuk Arieanna. "Obat yang ini harus di minum tiga kali sehari, obat yang ini di minum pas malem aja, dan yang ini buat pagi aja," jelas Hydar membuat Arieanna mengangguk-angguk.
"Ngerti gak?" tanya Hydar memastikan. Arieanna menyengir layaknya kuda, Hydar hanya bisa elus dada melihat tingkah Arieanna.
Lelaki itu mencoba menjelaskan lebih lambat sampai Arieanna mengangguk-angguk paham. "Obat nya harus terus diminum, biar kamu juga cepet sembuh!" ujar lelaki itu lagi.
Arieanna mengangguk, sedari tadi dia hanya mengangguk-anggukkan kepala layaknya anak kecil.
Hydar membuka satu tablet obat yang harusnya Arieanna minum sekarang. "Nih di minum." Hydar memberikan obat itu kepada Arieanna.
"Ada air gak dok?" tanya Arieanna.
"Ya ambil di dapur dong Yana, masa kamu mau minta saya ambilin juga," ujar Hydar sedikit kesal. Arieanna terlihat sangat manja, Hydar jadi semakin yakin bahwa Arieanna begitu dimanja oleh orang tuanya.
"Oh iya, maaf dok." Gadis itu langsung turun menuju ke dapur sambil memegang obatnya. Hydar pun mengikuti langkah Arieanna.
Lelaki itu memperhatikan Arieanna yang memasukkan obat tablet berukuran kecil itu ke dalam mulutnya. Dapat Hydar lihat bagaimana reaksi raut wajah Arieanna ketika menelan obat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARIEANNA
Teen FictionTakdir membuatnya gila. Namanya Arieanna Ananta Gabriela seorang gadis yang hidup layaknya di cerita dongeng. Memiliki paras yang rupawan, harta yang melimpah, keluarga yang harmonis, sahabat yang selalu mendukung nya, serta kekasih yang sangat menc...