Rumah Hydar

88 11 0
                                    

"Yana jaga diri ya di sini," ucap Sintia dengan raut wajah yang begitu khawatir. Perempuan itu terlihat tidak rela meninggalkan Arieanna sendirian di sini. Arieanna tersenyum, berharap senyum itu dapat membuat Sintia sedikit merasakan tenang.

"Tenang aja mbak, Yana bakal jaga diri baik-baik di sini," jawab Arieanna dengan mimik wajah meyakinkan.

"Kalo ada apa-apa langsung telpon mbak, oke!" Arieanna mengangguk sambil mengacungkan dua ibu jarinya.

"Siap!"

"Pokoknya jangan macem-macem!"

"Iya mbak."

"Dar, gue minta tolong lo buat jagain dia, jangan lo apa-apain oke!" ujar Sintia sambil menatap Hydar.

Lelaki itu mengangguk. "Iya, lo juga jaga diri ya di sana," ucap Hydar dengan senyuman yang sangat mempesona.

Sintia ikut tersenyum. Perempuan itu kemudian dengan tiba-tiba memeluk tubuh Hydar. Tubuh lelaki itu sontak saja menegang, ia sangat terkejut dengan serangan Sintia yang tak terduga.

"Makasih ya," bisik Sintia. Pipi Hydar sontak memerah, jantung lelaki itu bahkan sudah berdetak tidak karuan. Hydar mengangguk perlahan, kemudian dengan perlahan ia melepaskan pelukan mereka.

Pelukan ini tidak baik untuk jantung nya.

"Iya udah sana pergi!" usir Hydar sambil memalingkan wajahnya. Diana yang melihat tingkah laku putra nya hanya bisa menghela nafas berat.

"Bu, Tia minta tolong ya jagain Yana, maaf banget jadi ngerepotin."

Diana tersenyum kecil kearah Sintia, kemudian wanita itu mengangguk.

"Gapapa, kamu kerja aja dengan tenang di sana, Ibu jagain dia di sini. Ibu juga kan jadi ada temen di sini. Ya gak Yana?" Arieanna mengangguk setuju.

"Mbak hati-hati ya di sana." Sintia langsung menarik tubuh Arieanna ke dalam pelukannya.

"Mbak bakal telpon kamu sesering mungkin," ujar Sintia membuat Arieanna terkekeh.

"Mbak," bisik Arieanna sambil mengeratkan pelukannya.

"Iya, kenapa?"

"Hati-hati ya, jangan sampai ketahuan Mama Papa, dan jangan pernah beri tahu mereka tentang keberadaan Yana di sini," ujar Arieanna dengan suara pelan.

Sintia mengangguk. "Iya Mbak janji!"

"Yana sayang Mbak!" Sintia tersenyum kemudian melepaskan pelukannya.

"Oke Mbak berangkat ya, Bu, Dar. Sintia berangkat ya," pamit Sintia.

Mereka semua mengangguk. Sintia langsung menggeret kopernya masuk ke dalam taksi online yang sudah ia pesan. Sebelum perempuan itu pergi ia membuka jendela taksi nya.

"Yana walau kamu tinggal serumah sama Hydar, jangan lupa tetep konsul ke rumah sakit oke!" teriak Sintia bersamaan dengan taksi itu berjalan.

"Iya Mbak!" sahut Arieanna. Gadis itu tetap diam memandangi mobil yang membawa Sintia pergi, hingga mobil itu tidak terlihat lagi oleh matanya.

"Ayo Yana!" ajak Diana untuk masuk ke dalam rumahnya.

Ya untuk beberapa hari ke depan Arieanna akan tinggal di rumah ini.

Awalnya Arieanna pikir maksud mereka adalah membiarkan dirinya tinggal di rumah Sintia sendirian, ternyata maksud ucapan Diana berbeda. ketika tau perbedaan pemahaman itu dirinya tentu saja menolak.

Namun pada akhirnya dikarenakan Sintia yang tak mau meninggalkan Arieanna di rumahnya sendirian. Dengan terpaksa Arieanna menyetujui saran dari Diana untuk tinggal di sini alias tinggal di rumah wanita itu.

ARIEANNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang