WARNING!!!
SIAPKAN MENTAL TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA!
~ARIEANNA~
Dari dalam mobil sepasang suami istri berhenti tepat di depan rumah yang gelap gulita. "Bener yang ini mas rumah nya?" tanya wanita itu sambil memperhatikan rumah yang tampak kosong itu.
"Lah emang kamu gak inget? Waktu itu kan kita yang milihin rumah ini buat Sintia, masa kamu gak inget sih?" ujar Danu terheran-heran dengan istrinya sendiri.
Sari menepuk dahinya. "Ah iya juga, tapi kok rumah nya kayak kosong gitu ya mas?"
"Coba telpon Sintia apa ya?"
"Coba aja mas, tapi gak usah kasih tau kalo kita ada di depan rumah nya." Danu mengangguk kemudian menelpon nomor Sintia. Hanya dalam hitungan detik telpon itu langsung tersambung.
"Halo Pa!" ucap perempuan itu dari sambungan telpon.
"Halo Tia, lagi di mana?" tanya Danu dengan menyalakan loud speaker nya.
"Lagi di rumah Pa, kenapa? Tumben nelpon," ujar gadis itu diakhiri kekehan pelan.
"Kangen aja," ucap pria itu.
"Kangen Tia atau kangen Yana nih?" ujar Sintia sambil tertawa-tawa kecil.
"Kangen kalian berdua dong, kalian kan anak-anak Papa." Di sebrang sana Sintia hanya bisa tersenyum kecut, ia sangat tau ucapan itu hanya omong kosong belaka. Ia tau Danu hanya kangen putri semata wayangnya, Arieanna. Ia hanya anak yatim-piatu yang beruntung punya tante orang kaya. Dan beruntung nya lagi keluarga Sari menerima kehadirannya, dia hanya anak pungut yang beruntung. Mau sampai kapan pun rasa sayang Danu dan Sari hanya untuk Arieanna sang putri semata wayang.
"Papa mau ngomong sama Yana?" tanya Sintia dengan begitu pelan.
"Enggak usah, Yana pasti udah tidur kan? Kamu juga pasti udah mau tidur, maaf ya Papa ganggu."
"Iya Yana udah tidur, aku juga udah mau tidur. Gapapa Pa, Papa gak ganggu sama sekali," bohong Sintia. Perempuan itu kadang bingung dengan Arieanna, setidak bersyukur itu kah Arieanna? Ia memiliki orang tua yang begitu sayang kepadanya, bagaimana bisa gadis itu malah memilih untuk pergi dari orang tuanya?
Sintia tak bisa bohong, ia iri dengan kehidupan Arieanna. Alasan Sintia yang memilih untuk kuliah di Bandung adalah untuk menghindari Arieanna serta keluarganya, ia tak mau terus-menerus merasa iri dengan Arieanna. Ia juga tak ingin terus-menerus merepoti orang tua angkatnya.
"Ya udah gih sana tidurn! Jaga diri ya, jagain adek mu juga, baik-baik di sana ya!" ucap Danu, Sintia hanya bisa menghela nafasnya.
"Iya Pa, good night, sampaikan salam Sintia ke Mama juga ya."
"Good night too, iya nanti Papa salamin." Sambungan telpon terputus. Danu dan Sari saling pandang.
"Mungkin lampu nya dimatiin karena mau tidur," ujar Danu kepada sang istri.
"Tapi kok dimatiin semua sih, bukan lampu kamar doang. Kamu ngasih uang bulanan ke Sintia sama Yana berapa sih?" tanya Sari dengan tatapan tajamnya.
"Tiga puluh masing-masing," jawab Danu.
"Aduh mas segitu udah kurang kali buat anak zaman sekarang! Pasti mereka matiin lampu rumah gara-gara mau hemat listrik nih! Naikin uang bulanan mereka pelit banget jadi papa," cerocos Sari.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARIEANNA
Teen FictionTakdir membuatnya gila. Namanya Arieanna Ananta Gabriela seorang gadis yang hidup layaknya di cerita dongeng. Memiliki paras yang rupawan, harta yang melimpah, keluarga yang harmonis, sahabat yang selalu mendukung nya, serta kekasih yang sangat menc...