2- pindah kamar

380 11 0
                                        

Cahaya matahari yang masuk secara tiba-tiba itu mengusik tidur Bella, dia mengucek matanya kemudian membuka mata perlahan, siapa orang yang berani mengusik tidurnya ini.

Bella berdecak sebal saat mengetahui siapa yang berani mengusik tidurnya yang nyenyak itu.

"Ngga sopan banget sih, gangguin orang tidur aja" ucap Bella kesal.

"Bangun, jangan tidur terus nanti badanmu bisa sakit" kata Arhan dengan santai, tatapannya sibuk dengan layar laptop yang berada di pangkuannya itu.

Bella membangunkan tubuhnya dari kasur empuk itu, kemudian melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam kamar mandi.

Bella melakukan ritualnya dengan cepat, saat sudah selesai Bella baru sadar kalau dia lupa membawa handuk dan juga baju ganti, di kamar mandi pun juga tidak tersedia handuk.

"Ish, bloon banget sih, bisa-bisanya lupa bawa handuk" Bella mondar-mandir kebingungan bagaimana caranya untuk keluar dari sini?, Haruskah dia minta tolong pada Arhan?, Atau langsung saja keluar?.

Bella menggeleng cepat, bisa-bisanya dia berpikiran begitu, "tidak Bella, jangan berpikiran konyol seperti itu"

Tidak mau masuk angin karena sudah setengah jam dirinya berdiam di kamar mandi, akhirnya Bella membuang gengsinya untuk meminta tolong pada Arhan karena tidak ada pilihan lain.

"Arhan" Bella memanggilnya dengan lantang, tapi tidak ada sahutan dari Arhan.

Bella mengintip dibalik pintu kamar mandi, berusaha mencari lelaki yang tadi dia panggil.

"Ngapain ngintip-ngintip?" Bella melebarkan senyumnya, ketika sadar dengan adanya Arhan di depannya, Bella menggaruk lehernya yang tidak gatal.

"Emm, itu-- anuu"

"Anu?" Arhan menyipitkan matanya, menatap Bella dengan heran.

"Iya anu-- "

"Anu apa bella cantik?" Tanyanya lagi, membuat pipi Bella yang putih berubah menjadi merah muda.

Bella menarik nafasnya pelan kemudian menghembuskannya, "boleh minta tolong ambilkan handuk? Aku lupa bawa tadi" ucap Bella.

Arhan mengangguk, "sebentar" kemudian dia membawakan handuk dan memberikannya pada Bella.

Bella keluar kamar mandi untuk mengambil baju, kemudian masuk kembali ke dalam kamar mandi.

"Ngapain masuk lagi?" Bella menunjukan baju yang dibawanya pada Arhan, pertanda mau ganti baju di dalam.

"Kenapa ngga ganti disini aja?"

"Gila Lo" ucap Bella, kemudian masuk ke dalam kamar mandi, meninggalkan lelaki gila itu yang sedang tersenyum puas karena melihat wajah Bella yang sedang kesal.

"Bisa-bisanya mamah sama papah menjodohkanku sama lelaki cabul macam Arhan" ucap Bella bergidik ngeri, saat sudah di dalam kamar mandi.

***

Mata Bella berbinar saat melihat banyak sekali makanan yang tertata rapi di meja makan, dia menoleh kearah dapur ingin tahu siapa yang sudah masak makanan lezat ini.

Bella menganggukkan kepalanya saat tahu Arhan lah yang bertempur dengan alat masak itu.

Siapa yang tidak mau bersanding dengan Arhan? Tampan, tinggi, badan kekar, kerjaan oke, bahkan aku yakin saldo rekeningnya juga oke.

Tidak, Bella menggelengkan kepalanya, menghapus semua pikirannya tentang Arhan. Ada hati yang harus dia jaga, ingat itu Bella.

"Kenapa hmm?" Arhan menepuk kedua tangannya membuat Bella kaget.

"Kaget tau, untung saya ngga punya riwayat jantung" Bella mengatakannya dengan sinis, tidak terima dengan kejahilannya.

"Jangan ngambek dong, nanti cantiknya ilang gimana?"

"Bodo amat!"

"Ayo makan, aku tahu Bella ku yang cantik pasti lapar kan?" Tanya Arhan dengan nada manisnya, sungguh membuat Bella sedikit tergoyah.

"Ngga lapar"

"Oh ya sudah kalau gitu saya makan sendiri" ucap Arhan sambil mengambil nasi beserta lauk ke dalam piringnya.

Dasar laki-laki tidak peka, dia makan sendirian, dengan wajah yang sangat menikmatinya pula.

"Kalau lapar makan aja, kasian perutmu udah demo tuh" celetuk Arhan setelah mendengar suara perut Bella yang terdengar berisik.

Bella Merutuki suara perutnya, kenapa tidak bisa menahan sampai laki-laki yang ada di hadapannya ini pergi.

Bella melihat tangan Arhan  mengambil piring kosong, kemudian mengambil secentong nasi, capcai dan ayam goreng yang tadi dia masak.

Manis, ucapku dalam hati.

"Di makan ya, biar ngga ngoceh cacingnya" Arhan meletakan piring yang sudah berisi nasi dan lauk pauk di depan Bella.

Bella memandang wajah Arhan, kemudian tersenyum tipis, tipis sekali "hmm, makasih"

Hening, kami menikmati sarapan pertama kami.

"Masakan kamu enak" puji Bella, yang memang sangat menikmati masakan Arhan.

"Aku tahu" ucap Arhan sambil mengangguk, "tapi aku yakin masakan istri tercintaku pasti lebih enak" lanjutnya.

Bella menyipitkan matanya, "aku ngga bisa masak"

"Tidak masalah, masak bukan tugasnya istri kok"

"Bukannya tugas istri itu masak, nyapu, ngepel, nyuci, nyetrika--- kenapa tertawa?" Tanya Bella saat melihat Arhan menertawai ucapannya.

"Kalau semua yang tadi kamu sebutkan adalah tugasnya seorang istri, ngga bakal ada yang namanya asisten rumah tangga Bel"

Bella mengangguk saja.

"Tugas istri itu, melayani suami, taat dan patuh pada suami, menjaga kehormatan suami, mendoakan suami, bergaul dengan suami, menjaga anak-anak kita nanti" Arhan tersenyum, mengambil gelas yang berisi air kemudian meneguknya sampai habis.

"Jadi kapan kamu siap?" Tanya Arhan yang membuat Bella bingung.

"Siap?"

"Iya, siap mengandung anak-anak gemes kita"

Uhuk-uhuk tiba-tiba saja Bella tersedak, mendengar perkataan yang keluar dari mulut Arhan, sepertinya dia memang tulus menikahi Bella.

Bella mengambil gelas yang diberikan oleh Arhan, Bella langsung meneguknya sampai habis.

"Tidak apa kalau kamu belum siap, aku ngerti kok, aku akan menunggumu sampai kamu siap Bel"

"Aku boleh minta sesuatu?" Tanya Bella pelan.

Arhan mengangguk, "kenapa tidak boleh aku suamimu, mintalah apa yang kau mau istriku sayang."

"Aku mau pindah kamar, sebenarnya aku ngga mau berbagi kamar dengan kamu" Bella melihat wajah Arhan dengan penuh harap, "semoga kamu mengerti".

***

Jangan terlalu di gas mas, bisa kan di rem sedikit? Wkwk.

Semoga suka, jangan lupa vote dan komentarnya.

Suami BucinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang