Warung Pak Ben

3 0 0
                                    

Perkenalkan, nama saya Beni, pekerjaan kepala koki, merangkap kasir, pelayan, urusan beli-beli bahan makanan sekaligus pemilik warung pak Ben. Sedari kecil, memasak adalah hobiku, walaupun orang tua sering menegur. Bagiku memasak itu luar biasa, mengubah sesuatu yang tidak enak menjadi sesuatu yabg lezat makanya dari dulu saya selalu bereksperimen.

Salah satu eksperimen masa kecilku, aku jadi tahu kalau pasir dan tanah tidak baik untuk dimakan, walaupun sudah kugoreng.

Ok sudah dulu mengenai masa kecil saya, jadi sekarang ini aku sudah besar sudah cukup modal jadilah buka warung di dekat kampus ANDA. Sebenarnya cukup beruntung bisa mendapat tempat ini, harga sewanya kan mahal sekali. Untunglah nama pemiliknya Benjamin dia merasa ada koneksi dengan saya yang bernama Beni jadi dia bersedia menyewakan gubuk kecil ini dengan harga murah.

Warung cukup ramai kalau jam makan siang, banyak mahasiswa kelaparan antri mencoba menu andalanku, nasi goreng. Hei jangan meremehkan nasi goreng, itu menu menjadi ciri khas setiap restoran besar. Kata orang restoran yang enak pasti nasi gorengnya juga enak. Itu menu wajib.

Tapi aku juga ada menu lain yang disukai, nasi udang, nasi ayam, nasi sayur, nasi mie , nasi sesuai selera koki. Untuk menu terakhir biasanya hanya tersedia saat malam hari. Isinya campur aduk menghabisi sisa bahan, jadi jika kamu beruntung bisa mencobanya karena tidak setiap hari tersedia.

Yang menarik adalah saat menjelang sore hari, karena keadaan cukup sepi maka obrokan mahasiswa yang mampir jadi terdengar. Bukannya aku menguping tapi kan salah mereka ngobrol sengan suara besar. Kadang mereka malah menanyakan pendapatku, begini-begini aku juga dikenal sebagai yang bijaksana memberi saran.

"Tidak ada yang memanggilkumu begitu, Om Ben," bantah suara anak kecil yang sedang sibuk mencuci.
"Hus anak kecil tahu apa sih kamu, sudah cuci itu piring."
"Ya salah sendiri, mikir tapi bersuara keras."

Anak kecil ini bukan keponakanku, apalagi anakku, tapi anak dari warga sekitar. Biasa dia kugaji sesuai kerja saja. Kadang masuk kadang ga, sesukanya banget mereka ini. Tapi aku cukup bangga sama mereka, saat kecil sudah mau kerja sendiri mencari uang membantu orang tua. Ya aku cukup terbantu juga kalau lagi ramai.

"Nih gaji hari ini, disimpan ya nak," kataku mennyerahkan selembar uang yang cukup untuk membeli 1 gelas es jeruk jumbo.
"Makasih om Ben, akhirnya cukup," seru anak kecil itu.
"Cukup buat apa? Mau beli buku pengetahuan? Hadiah buat orang tua? Atau hadiah untuk Om? Oh ya, bulan depan Om ulang tahun loh," tanyaku penasaran.
"Huh kuno ah Om, lagian kok malah minta kado sama pegawai. Aku mau beli gacha game. Abis ortu pelit sih, terpaksa harus cari uang sendiri," balas anak itu berlalu.

Aku menggeleng-gelengkan kepalaku. Anak jaman sekarang, semua main HP. Kemajuan teknologi memang selalu membawa efek positif juga negatif. Jamanku dulu lebih baik, kami hanya main playstation di pesewaaan jauh lebih hemat dari mereka.

Selagi bersantai, aku memutar radio. Channel kesukaanmu, radio ANDA. Lagu-lagunya sih koleksi lama, tapi yang menjadi kesukaanku adalah mereka suka bergosip situasi terkini di kampus. Seperti kemarin, mereka bercerita tentang ada biawak besar masuk kampus, wah aku jadi harus hati-hati.

"Ya selamat siang semua pendengar tercinta, ketemu lagi dengan saya Yeni... "
"Dan saya Enom di acara..."
"Santai Siang," suara Enom dan Yeni berbarengan.
"Ok, sebelum itu kita putar lagu dulu, yang lagi hit," kata Yeni.
"Apa itu Yen?"
"Step by step dari NKOTB!"
"Buset, itu mah lagu jaman bapak gua lagi pdkt itu."
"Ya mau bagaimana lagi, koleksi radio ini kan sedikit, jadi hanya ada lagu-lagu lama. Ya ini kan juga lagu hit, tahun 90..." tutup Yeni, kemudian terdengar alunan lagu mulai terdengar.

"Pak, nasi gorengnya 1 dan kamu apa Lis?" Suara ini milik mahasiswi berambut pendek.
"Nasi ayam saja deh, eh jangan aku sedang diet. Nasi sayur saja tapi 2 piring ya," jawab perempuang berambut pendek lainnya, yang dipanggil Lis.
"Kamu diet apa diet?"
"Ya diet, udah ah ayo duduk."

Terry And Pren seriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang