FLAWSOME 9

2.7K 513 182
                                    

Tekan bintang dulu yukkk yang sayang sama Bevan 😊

****

Ya ampun ... rasanya Berlian ingin berkata kasar. Sumpah demi apa pun, karena permintaan Beni yang menyebalkan itu, ia terpaksa meminta Bude Yum untuk mengurus keperluan sekolah Bevan pagi ini.

Padahal biasanya Berlian yang menyiapkan itu semua sebelum ia berangkat kerja, tapi karena lelaki sialan yang sialnya adalah bosnya itu minta dijemput, Berlian jadi harus terburu-buru dan berangkat lebih pagi.

"Aku minta maaf ya, Bude, aku usahain besok gak gini lagi." Berlian meringis dengan wajah tak enak seraya melirik Bude dan tangan sibuk memasukan perlengkapan kerjanya ke dalam tas. "Aku beneran gak tahu kalo hari ini bos aku minta dijemput."

"Ya gak apa lah, Li. Bude gak ngapa-ngapain juga kok kalo pagi."

"Aku gak enak nyusahin Bude kayak gini." Ia baru saja menutup riselting tasnya lalu menyampirkan benda itu di bahu dan bersiap memakai sepatu. "Apalagi Bude harus anter jemput Bevan nanti."

"Hush!" Bude menghela tak masalah. "Bevan kan cucu Bude juga, biarin lah Bude yang urus. Udah sana kamu kerja. Naik jabatan gak boleh malas."

Tapi karena naik jabatan Berlian jadi malas berangkat kerja.

Bisa tidak sih ia memutar waktu?

"Yang penting kerjaan kamu lancar, Li. Kata Abi gak semua bisa naik jabatan secepat kamu."

Jelas saja, Berlian bisa naik jabatan karena ada campur tangan Beni di dalamnya. Ia tidak semata-mata dipromosikan karena kerjanya bagus. Mana ada Office Girl yang jadi Personal Assistant?

Berlian jadi ingat masa lalu. Dulu ia pernah mengatakan ingin bekerja di perusahaan milik ayah Beni itu, tapi karena persaingan yang ketat, Berlian malah meminta Beni untuk menjadi bos agar ia bisa dengan mudah diterima kerja di sana.

Dan yaa, ucapan Berlian terkabul.

"Kamu memang harus turutin perintah bos kamu, Li, kerja yang bener biar bisa dapat bonus besar." Bude terkekeh setelah mengucapkan itu. "Kalo bisa kamu kedipin sedikit, Li, siapa tahu kecantol terus kamu dinikahin."

Eh?

Sontak Berlian terbatuk-batuk karena tersedak udara yang sedang ia hirup. Matanya terbuka lebar, dan wajahnya memucat. Sungguh, yang lebih parah tenggorokannya pun terasa panas.

Apa-apaan budenya ini? Mengapa bisa berkata seperti itu?

"Kata Abi bos kalian itu masih muda, belum nikah, ganteng lagi." Bude memberi kedipan menggoda. "Emang bener, Li?"

"Bude!!!" sungutnya mencebik.

"Ya gak apa-apa dong, Li, selama bukan suami orang."

Haduhhhh ... Berlian lagi-lagi meringis, kali ini dengan wajah kaku. Itu tidak mungkin. Berlian tidak mungkin menikah dengan Beni sekalipun ada Bevan di antara mereka.

"Itu gak mungkin, Bude," jawab Berlian seraya melengos.

"Kenapa gak mungkin?" Nampaknya Bude masih senang menggoda keponakannya itu. "Gak ada satu orang pun yang tahu rencana Tuhan, Li. Pengasuh anak aja bisa dinikahin sama bosnya, masa kamu yang cantik semok gini bos kamu gak mau."

Berlian mendesah dengan gelengan kepala. Apa jadinya kalau Bude tahu ternyata orang yang sedang Bude bicarakan itu adalah ayahnya Bevan? Pasti Bude tidak akan berbicara seperti itu.

"Udah ah ...." Berlian memakai sepatunya. "Kalo gitu aku berangkat. Omongan Bude makin lama makin ngelantur."

Bude menyengir lebar. "Ih, siapa tahu jodoh." Lalu beliau mengikuti Berlian dari belakang yang kini sudah melangkah ke depan. "Amin, gitu dong, Li."

FLAWSOMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang