FLAWSOME 4

2.1K 456 125
                                    

****

Hari ini Dewan Komisaris akan mengadakan rapat perihal pemilihan Direktur Utama PT. Boga Saji yang baru, Januar Hadinata yang menjabat sebagai Komisaris Utama menyerahkan posisi tersebut pada sang anak bungsu. Sementara wakilnya beliau berikan pada sang anak sulung.

Rapat sudah berlangsung beberapa menit yang lalu dengan sangat membosankan. Beni beberapa kali menguap karena kantuk. Matanya berkedip-kedip ingin terpejam. Sungguh, ia jadi rindu ruang kerjanya di Bebe Resto.

"Ben ...," bisik sang ayah saat Beni menguap, Moderator di depan sana sedang berbicara tapi Beni sama sekali tidak mendengarkan. "Jaga sikap kamu."

"Ini udah dijaga loh, Pa."

"Kamu nguap! Itu gak sopan."

"Lebih gak sopan lagi ngelarang orang nguap. Papa tau gak, nguap itu gak boleh ditahan, gak baik karena mengurangi aliran darah ke otak. Papa mau aku mati muda?"

Papa sontak menggeram tertahan. Anak ini, astaga, kenapa pintar sekali membalas ucapan sang ayah. Papa sampai kehilangan kalimat untuk berbicara.

"Duduk kamu yang benar!" bisik beliau lagi saking tidak tahu harus berbuat apa dalam menghadapi putra satu-satunya itu. "Bikin malu."

Mau tidak mau Beni menegakkan tubuhnya, menatap ke depan, menghadap pada beberapa Dewan Komisaris yang duduk berjajar di depannya. Mereka semua itu yang nantinya akan menyetujui atau tidak menyetujui Beni untuk menjadi Direktur Utama di perusahaan ini.

Harusnya ia bersikap baik bukan?

"Saya memiliki beberapa poin keberatan atas pemilihan jabatan ini." Pak Handoko, sebagai salah satu Komisaris menyatakan keberatan atas jabatan yang diberikan pada Beni. "Saya merasa Pak Beni belum cukup kompeten untuk menanggung jabatan itu."

"Saya setuju," sahut Komisaris lainnya. "Pak Beni masih terlalu muda."

"Dia juga tidak memiliki pengalaman."

"Tapi Pak Beni sudah pernah menjalankan bisnisnya sendiri."

"Itu hanya bisnis kecil, tidak sebanding dengan perusahaan sebesar ini."

"Apalagi karyawan yang dimiliki hanya sepuluh orang."

"Setidaknya Pak Beni paham untuk mamanage sebuah perusahaan."

"Itu tidak bisa disebut kemampuan."

"Orang luar pun bisa melakukan itu "

"Seharusnya Pak Januar memiliki kandidat lain untuk jabatan ini."

"Nah, bener tuh, Pak," celetuk Beni asal yang sontak membuat Januar menatapnya tajam. "Ya ... maksud aku, ada benernya ucapan dia."

Dia?

Ya Tuhan ... benar-benar anaknya yang satu ini.

"Kalian belum terlalu mengenal saya. Ya, saya memang anak bungsu Pak Januar, tapi yang selama ini bekerja itu kakak saya, Melani." Semua mata sontak beralih menatap Melani yang duduk tidak jauh dari Beni. "Pasti kalian mikir gimana saya bisa memajukan perusahaan ini kalo pengalam saya aja gak ada."

Seketika ruangan itu ramai karena bisik-bisik para Dewan Komisaris.

"Tapi, gimana kalian bisa tahu kalau saya berkompeten atau tidak hanya karena pengalaman saya sedangkan kalian tidak memberi kesempatan pada saya untuk membuktikan itu," ucapnya menyeringai.

Jujur, Beni hanya tidak suka diremehkan. Ia tidak masalah kalau para Dewan Komisaris menolak jabatan itu diberikan padanya, tapi tidak dengan embel-embel kalau dirinya tidak kompeten.

FLAWSOMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang