“Mungkin, aku memang di takdirkan untuk tidak memiliki hidup yang bahagia. Rasa sakit adalah hal yang akan selalu ku kenal.”
- Vino Anggara
.
.Rinai di luar rumah membasahi ufuk Bumi, seorang gadis tengah mengikat tali sepatu lalu sedikit berlari ke ruang makan, ia akan bersarapan terlebih dahulu bersama keluarganya.
"Morning Vania!" sambut Mama sambil berkutik dengan nutella sebagai toping roti, tak lupa menaburkan meses berwarna-warni.
"Morning to Mam." jawab Vania seraya duduk di kursi.
"Ini buat kamu Van," Mama menyimpan roti di piring putih kecil yang berada di depannya. Lalu ia berucap, "makan yang banyak, ya!"
Vania mengembang senyum, lalu kembali luntur termakan suasana hati yang kacau-balau. Rinai mengingatkan dua moment sekaligus.
"Kamu berangkat di hantar Ayah ya Van, di luar gerimis, jangan pesen gojek." tutur Mama, mengingatkan.
"Iya Ma-"
TOK! TOK! TOK!
"Ada tamu, sebentar, Mama mau buka pintu dulu." Amanda menghentikan aktivitasnya, ia hendak mengambil langkah menuju pintu utama.
"Jangan sayang! Biar Ayah aja yang buka," Arfan mencegah istrinya, ia kasian melihatnya capek karena mengurus rumah dan keluarga selama ini, Art sendiri sudah mengundurkan diri dan ingin pulang kampung untuk melepas rindu dengan keluarganya.
"Oh, iya Yah silahkan."
Ayah mengambil langkah besar, lalu membuka pintu secara perlahan. Alangkah kagetnya ia, saat manik matanya menangkap sosok Mantan istri yang tengah kedinginan di temani oleh remaja lelaki.
"Kamu?!" sentak Arfan.
"Ngapain di sini? Pergi!""Arfan denger dul-"
"Gausah pegang-pegang!" Arfan mendorong Adeline hingga tersungkur di aspal depan rumah dan menyebabkan luka di betisnya, lalu luka itu terguyur gerimis yang membuat seketika perih menjalar.
"Jangan sakitin Bunda!" Ini Vino, ia mengepalkan kerah kemeja Arfan dengan kuat, rasa amarah dan dendam kini berpadu menjadi satu.
Arfan mendorong Vino dengan tenaga yang sangat kuat, lalu ia masuk ke dalam rumah dengan nafas yang terus memburu tanpa henti.
"Yah, kenapa?" tanya Mama, dengan mimik muka khawatir.
"Siapa tadi di luar, kok berisik banget?" tanya Vania.
Ayah mengambil tas dengan kasar lalu berucap, "Bukan siapa-siapa. Lanjutkan makannya!"
"I-iya Yah!"
"Jangan keras-keras sama anak kamu nak." ucap Oma.
"Maaf oma.."
🌺🌺🌺
Pagi di hari senin, nampak sedikit mendung. Siswa dan siswi berbaris untuk melakukan upacara senin seperti biasanya. Vania berada di belakang karena badannya yang terbilang tinggi.
"Pemimpin Upacara memasuki lapangan Upacara, pasukan di siapkan." Suara MC kembali terdengar.
"SIAP GERAK!" Vania segera mengubah posisi dari istirahat menjadi sikap sempurna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Vino Anggara ✔
Teen FictionSelamat membaca cerita Dear Vino Anggara: Vino Anggara & Vania Clarissta 🌺🌺🌺 Vino Anggara: Fakta yang telah mengiringku untuk membenci, dan menjauhimu. Vania Clarissta: Kita sudah terlanjur rusak untuk diperbaiki, sudah terlalu sakit untuk diobat...