04. Pour Out Yout Heart

26 7 5
                                    

Pikiranku benar-benar menghancurkan diriku sendiri. Aku mencoba untuk tidak berpikir, tapi kesunyian ini perlahan-lahan juga membunuhku.”

- Vania Clarissta

.
.

Vania dan anggota Cheerleader lainnya telah berpakaian rapih untuk segera tampil di lapangan, di balut dengan masker scuba yang membuatnya tambah keren.

"Guys, semangat!" teriak Vania.

Para anggota Cheerleader segera keluar memimpin teriakan-teriakan penonton untuk memberi semangat dan motivasi. Anggota Cheerleader melakukan gerakan Arm motion yaitu gerakan ekspresi yang mencerminkan kekuatan dan energi yang menjadikan ekspresi mendasar.

WOAHHHH!!!!!
WOAHHHH!!!!!

YEYYYY!!!!
GO! GO! GO!

Lima dari dua puluh tiga anggota Cheerleader, yang bertugas sebagai flyer mengakhiri gerakan dengan Shoulder stand- flyer berdiri di bahu base dengan mengunci badannya agar tetap seimbang. Tangan base memegang belakang betis flyer dengan erat untuk menambah kestabilan. Dapat digunakan supporting base di belakang untuk membantu memegang lutut base.

"Gob job guys!" teriak Arumi yang menjadi salah satu flyer di atas. Lalu tersenyum lebar saat penampilanya telah sukses dan menakjubkan.

 Lalu tersenyum lebar saat penampilanya telah sukses dan menakjubkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌺🌺🌺

Setelah acaranya selesai, anggota Cheerleader segera memasuki ruangan khusus yang disediakan oleh sekolah untuk ekstrakurikuler ini.

"Al, maaf, bawain dus yang isinya air di belakang." titah Vania, sambil mengipas-ngipas tubuh yang tengah bercucuran keringat di sopa.

"Yaelah Van, iya dah, bentar!" jawab Aleta, menderap kaki menuju tempat penyimpanan, terisi makanan dan minuman. Di belakang ruangan ini juga, terdapat loker untuk menyimpan berbagai aneka barang.

Setelah lima menit lamanya membawa dus air mineral ke dalam ruangan, anggota Cheerleader segera menyerbu dan mengambilnya satu persatu. Arumi meneguk air minum dengan cepat hingga membuat airnya beleberan kemana-mana. Ia nyeletuk, "Capek banget gue!"

"Biasa aja kali minumnya, Rum!" protes Aleta.

Arumi menatap Vania, ia tengah menghapus keringat yang bercucuran dan meneguk air minum dengan perlahan. Arumi dapat melihat, gurat sedih dalam mimik mukanya saat tampil. Bahkan, tidak berubah saat penampilan telah selesai dengan baik.

Vino Anggara telah membuatnya berubah 130° dari biasanya. Tak ada lagi ketua Cheerleader yang kuat dari pandangannya, dulu ia selalu ceria dalam keadaan apapun. Kini hanya tersisa raga tanpa jiwa.

"Gue juga capek Rum, capek sama keadaan." ucap Vania, membuat Aleta dan beberapa anggota Cheerleader yang mendengarnya merasa terdayuh ikut merasakan rapuhnya kehilangan.

"Lu berhak dapet yang lebih baik, Van." kata Arumi, memotivasi.

"Logika Rum, cowo mana yang lebih baik dari Vino Anggara?" Aleta yang sadari tadi berdiam diri kini berujar.

Vania lagi-lagi menarik nafas, ia ingin hirap saja saat manusia itu melingkar dalam akara dan benaknya.
Tak ada celah sedikitpun, untuk Vania berdamai dengan dirinya sendiri.

"Gue cabut duluan ya." ucap Vania, mengambil tas dan jaket yang ada di sopa.

"Eh Van, acaranya belum selesai?" tanya Arumi.

"Kalian tau kan, kalo gak ada gue harus apa? Gue minta maaf, tapi keadaan gue gak baik-baik aja."

Dear Vino Anggara ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang