***
Haruki memelototi kardus-kardus yang isinya telah berpindah tempat. Lemari di hadapannya hampir penuh tapi terasa lengang baginya. Masih kurang satu kemeja dan itu sudah cukup membuatnya naik darah.
"Aku yang bodoh! Seharusnya aku tidak mempercayakan pakaian-pakaian kesayanganku padanya!" Haruki membuka lagi kertas yang telah ia remas berulang-ulang.
Maaf Haruki-Sensei. Aku sangat minta maaf untuk hal yang satu ini. Ada satu kemaja yang bermasalah. Aku akan segera mengirimkannya begitu aku selesai memperbaikinya. Sekali lagi aku mohon maaf, Sensei.
Apa maksudnya bermasalah? Justru anak itulah yang bermasalah!
"Kalau saja jalan desamu tidak semengerikan itu, pasti sudah kuhampiri rumahmu sekarang juga. Akan kubakar sekalian kalau terbukti kamu merusak baju kesayanganku." Haruki berbicara pada secarik kertas di tangannya, seolah-olah benda itu bisa menyampaikan ancaman ke tuannya sebagai peringatan.
"Haruki, ada tamu untukmu." Nenek muncul setelah membuka pintu kamar anak lelakinya itu.
"Siapa? Jawab tidak ada sajalah, bu," ucap Haruki malas.
"Atasanmu. Ibu sudah terlanjur bilang bilang kamu ada di rumah."
Haruki bangun dengan wajah menghitam, "Kepala Sekolah?" Tanya Haruki spontan.
"Kepala Sekolah? Memangnya kamu kerja di sekolahan? Ada-ada saja. Itu wanita cantik yang menjemputmu kemarin. Dia atasanmu kan?" Jawab nenek terheran.
"Oh, Nona Aiwara.. " Perasaan Haruki melega, namun sesaat kemudia, "Nona Aiwara?!" Ulangnya dengan nada memekik.
Apa yang harus ia lakukan? Apa Nona Aiwara disuruh ayahnya untuk datang ke sini? Gawat. Bagaimana kalau perempuan itu juga turut membujuknya?
***
"Wow, setiap belanja komik, kamu bisa langsung sebanyak itu?" tunjuk Kiku pada bungkusan plastik yang memuat belasan komik. Tangannya sendiri telah membawa buku dongeng berjudul Sleeping Beauty.
"Ya.. Nggak selalu sebanyak ini kok. Hari ini mumpung ada diskon, jadi kubeli saja lebih banyak," jawab Yuu sambil melangkah teratur.
"Terimakasih ya, buat ini!" Kiku mengnagkat buku yang ada di tangannya.
"Kamu juga suka baca?"
Kiku menggeleng, "nggak sesuka kamu, Yuu. Tapi tenang, aku pasti akan membaca ini kok! Tulisannya tidak terlalu banyak, jadi aku pasti akan cepat selesai membacanya. Ilustrasinya juga cantik."
"Oh, itu alasanmu memilih buku itu. Karena tidak terlalu banyak tulisan, ya? Hmm, kamu seperti anak kecil saja, Kiku-chan."
Kiku tertawa pendek, "Ibuku sering mendongengkanku waktu kecil. Melihat buku ini membuatku ingat masa-masa dahulu. Ada semacam kenangan."
"Jangan-jangan kebiasaan tidurmu juga juga terinspirasi dari dongeng Putri Tidur?" Mata Yuu melebar, serta diapyungi alis yang terangkat.
"Yah.. kalau saja ada pangeran yang mau bangunin aku, pasti ceritanya bakalas persis dongeng ini." Kiku menggoyang-goyangkan buku di tangannya. Tak lupa senyumnya pun mengembang.
"Bagaimana kalau yang datang bukan pangeran? Bisa saja kamu salah orang."
Kiku tidak bisa menahan rasa geli di perutnya, "Di dongeng, hanya pangeran yang bisa membangunkan Putri Tidur dengan ciuman. Kalau bukan pangeran pasti dia nggak akan bangun!"
"Kalau seandainya bisa bangun, tapi ternyata pas dilihat bukan pangeran, melainkan manusia Kappa--makhluk mitologis Jepang yang hidup di sungai-sungai dan dan memiliki tempurung seperti kura-kura, apa kamu akna marah?"
![](https://img.wattpad.com/cover/220448979-288-k683548.jpg)