📎T U J U H

12 2 0
                                    

~ ☆ ~

Mata Kiku tidak terganggu dengan debu yang dihasilkan tukang sapu yang sedang lewat. Ia agak sibuk dengan jam digital di dinding stasiun. Kenapa ia pulang begitu sore? Bahkan, pertanyaan itu tidak bisa di jawabnya sendiri. Mungkin alasannya sama seperti kemarin-kebarin-dia tertidur.

Seorang laki-laki duduk di sampingnya. Mulutnya mengunyah sepotong roti kacang hijau dengan kecap yang lumayan kental. Laki-laki itu sesekali melihat arlojinya.

"Haruki-Sensei?"

"Ha?" suara itu muncul di sel gigitan rotinya.

Laki-laki setengah baya itu memandangi wanita di sebelahnya, berubah melotot ketika menyadari siapa wanita yang berada di hadapannya saat ini. "Kamu? Ah, aku mau pergi saja!"

"Tunggu!" Kiku berhasil menarik gurunya. "Apa Sensei punya masalah denganku?"

"Lepaskan! Aku bukan guru. Dan kalau kamu tanya apa kita punya masalah? Tentu saja ada! Tidak ingat bagaimana kamu bikin aku malu di kereta? Memukulku, mengataiku, dan bahkan hampir mengotori kemejaku! Ahah, kamu ini gadis yang mengerikan!"

Kiku merasakan dadanya baru saja di pukul dari dalam. "Ap-apa saya melakukan itu?"

"Ya, tentu saja. Dan jangan dekat-dekat aku lagi." Laki-laki itu bahkan sampai berlari-lari kecil untuk menghindarinya. Membuat Kiku sadar kalau ia telah melakukan kesalahan besar.

"Kamu bertengkar sama siapa?" kali ini  suara lain lelaki lagi, tapi berusia belasan tahun.

"Ah! Hai, Yuu!"

"Yuu? Aku berperan sebagai Yuu? Kamu mengambil latar dari dunia nyata? Wah,  ternyata stasiun kereta asli itu seperti ini ya?"

Kiku mengernyit, gadis itu mencoba Mencubit lengannya sendiri. Tidak terasa apa-apa. Belum juga puas, ia mengambil koin di sakunya, lalu memutar benda itu di lantai.

"Kamu lagi apa? Main koin?"

Putaran koin itu tidak juga terjatuh, membuat ia sadar akan sesuatu. Ini masih di dalam mimpi. "Kamu kembali sana! Di sini bukan tempatmu!"

"Lalu, apa ini tempatmu?"

"Ya, aku yang membuatnya, mau apa?"

"Oke, oke aku akan kembali ke atas sana dan langsung nembak tubuhmu yang lagi tidur, aku berhak kan untuk itu?"

"Kamu menemukan tubuhku?"

"Tentu saja, suara ngorokmu kan sangat berisik."

"Aku mau bangun."

"Secepat itu? Hei, aku belum kamu ajak berkeliling!"

Kiku sudah bergerak ke tengah rel kereta api. Kereta panjang melaju konstan tanpa ragu. Gemuruh klakson ditambah sorotan cahaya lampu depan, membuat Kiku memejamkan mata yang menyambut dengan rentangan tangan.

Pangeran Daruma akhirnya ikut melangkah ke rel kereta. Tubuhnya di bawah pohon terbangun paksa, seseorang di sampingnya sudah menghilang.

Hal yang paling tidak disukai Kiku dari masuk ke dalam lapisan mimpi yang paling dalam adalah ia hanya perlu sedikit waktu untuk tidur.

Jam baru bergerak seperempat putaran dari terakhir ia lihat. Sedang badannya sudah seperti habis mendapat banyak gebukan. Gadis itu melongok ke luar, memperhatikan matahari yang baru akan menurun. Saat itu ia teringat harus minta maaf pada seseorang.

~ ☆ ~


Harapan Kiku untuk bisa lulus hanyalah pada saat Ujian Tengah Semester dan Ujian Akhir Semester. Hingga gadis itu akan berusaha semaksimal mungkin saat mengerjakan nanti.

Story of MIURA KIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang