📎S A T U

28 3 0
                                    

***

Kepala seorang gadis terantuk ke bahu lelaki paruh baya bersetelan jas lengkap. Risih ada kepala orang asing yang bersandar ke bahunya, lelaki itu menggerak-gerakkan pundaknya berusaha mementalkan kepala seseorang yang entah siapa itu ke sisi lain kereta.

Namun, tanpa sempat terpental kepala itu malah terangkat, diikuti suara menguap dan rentangan tangan. Cekikikan sebentar melengkapi tonjokan ringan ke pipi.

Ouchh! Mata itu masih saja terpejam, mengurungkan niat si lelaki untuk melontarkan umpatan.

"Mimpi apa aku semalam ditonjok bocah ingusan pagi-pagi."

"Diam pengecut! Beraninya saja mengatai gadis SMA."

Kepala lelaki itu berjenggit. Menoleh dengan beringas siap melahap. Bagaimana bisa orang tidur saja jadi begitu menyebalkan?

Dusuran Gadis belia itu makin menjadi-jadi. Mulutnya yang sedikit terbuka menjadi kekhawatiran baru lelaki berjas itu.

Kalau sampai menetes cairan dari sana habislah riwayat penampilan sempurnanya pagi ini. Nasib jas yang sehabis dibinatukan dengan khusus itu sedang diujung tanduk.

"Ah,sial!" Dengan sekali gerakan lelaki itu berdiri. Berakibat pada si gadis yang merosot memenuhi dua bangku sekaligus.

Beberapa orang melihat ke arah mereka. Seorang nenek yang mengikuti setiap adegan lelaki berjas dan si gadis tidur tak tahan untuk mengulaskan senyum prihatin. Cucu lima tahun disampingnya juga ikut tersenyum, ekspresinya mengarah ke geli.

Sejak tadi tangannya gatal melempar sesuatu karena bosan. Kelakuan paman berjas dan kakak perempuan itu cukup menghibur si bocah bermata bulat tersebut.

Pintu kereta terbuka diikuti suara-suara speaker di dinding-dinding stasiun.

Lelaki itu sudah merasakan kebebasan dari ujung sepatunya. Namun suara parau yang memanggilnya mau tak mau merekatkan bayangannya sesaat lagi pada lantai kereta.

"Paman barangmu ada yang ketinggalan."

Semua orang memusatkan perhatiannya pada satu titik. Masing-masing merasakan perasaan yang sejenis. Aneh.

Gadis itu masih memejamkan mata namun seperti bisa melihat setiap orang di gerbong kereta.

Beberapa orang berpikiran bahwa gadis itu buta. Beberapa orang lainnya menebak gadis itu kerasukan. Dan sebagian kecil mengira bahwa gadis itu mabuk dan gila.

Apapun yang dipikirkan orang-orang sama sekali tidak mengganggu gadis itu. Ia menunjuk subjek yang dicarinya tanpa ragu.

"Ak,aku?"

"Iya, lihat paman ninggalin ini. Ini barang penting kan?"

Dompet berwarna coklat di sahut pemiliknya. Gadis ini benar-benar mengerikan! Pikirnya dalam hati.

Orang-orang mulai sepemikiran dengan lelaki berjas itu. Tanpa menunggu lebih banyak penumpang yang masuk mendesakinya, lelaki itu berbalik melompat dengan cepat.

***

Yuu selalu membiarkan dirinya menjadi yang paling terakhir keluar dari kereta.

Menghindari gesekan-gesekan dari orang lain.
Menjaga sepatunya agar tidak semakin koyak karena terinjak kaki yang tergesa-gesa.

Apalagi perasaannya sedang tidak enak sejak pagi. Mual-mual dicampur dengan pening. Karna belajar terlalu larut sampai tak sempat membuat Sarapan.

Story of MIURA KIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang