***
Yuu menyetel sebuah lagu dari tape lamanya. Pita kaset berputar-putar dengan payah, suara musiknya tidak jelas. Tidak jarang tersendat dan Yuu harus mengambil keluar kaset itu untuk dibenarkan pitanya yang melenceng dari jalur.
Anak itu merindukan pemutar musik dan headsetnya. Serindu ia pada gadis yang ia percayakan untuk membawa dua benda itu.
Ponsel Yuu menyala. Nama seseorang tertera di layar.
[ Telepon On ]
"Malam, Yuu maaf gangguin kamu."
-Hinata"Nggak apa-apa, Hinata-Chan. Ada apa?"
-Yuu"Ah, itu aku cuma ingin minta
maaf soal tadi Yuu. Gara-gara aku pulangmu jadi terlambat. Juga.."
-Hinata"Nggak usah dipikirkan Hinata. Sudah seharusnya begitu."
-YuuYuu memegangi pipi kanannya
yang masih agak nyeri. Toru menghadiahkan pukulan ke bagian itu. Yuu sedikit bersyukur karena tidak meninggalkan bekas apa pun."Aku sudah nggak tahan dengan anak itu. Dia selalu menggangguku, apalagi sejak kamu memutuskan untuk naik kereta."
-Yuu"Maafkan aku Hinata-Chan. Karena keputusanku kamu jadi susah."
-YuuAncaman Toru berpuluh-puluh
hari yang lalu berkelebat lagi. Anak urakan itu yang menjadi alasan Yuu naik kereta dibanding bus sekolah. Toru sangat menyukai Hinata, tapi Hinata selalu memilih berdekatan dengan Yuu. Itu yang membuat
Toru geram, hingga puncaknya melancarkan teror ke Yuu. Yuu yang tidak mau ambil pusing pilih menghindar.Namun melihat bagaimana Toru mengganggu teman sebangkunya di sekolah tadi, akhirnya Yuu tidak dapat menahan diri. Ia menegur, yang justru mendapat hadiah mengejutkan.
"Apa memarmu sudah baikan?"
-Hinata"Ini benar-benar bukan apa-apa Hinata. Kamu nggak usah khawatir."
-Yuu"Syukurlah."
-Hinata"Aku sudah bicara sama ayahku. Aku nggak akan naik bus lagi, Yuu. Toru sudah benar-benar menyebalkan. Jadi.. Apa ada usul aku harus naik kereta jam berapa?"
-Hinata"Kamu mau naik kereta Hinata-Chan? Emm, yang paling pagi kurasa bagus. Kalau Toru ikut-ikut naik kereta dia tidak mungkin bisa bangun pagi. Tapi.. serius ayahmu setuju?"
-YuuYuu teringat kisah Hinata tentang ayahnya yang sangat protektif. Hal itu wajar mengingat Hinata adalah putri semata wayang dari dokter sekaligus kepala rumah sakit itu.
Ibu Hinata sendiri memilih kabur dengan lelaki lain dan bercerai dengan ayahnya ketika Hinata baru berusia enam tahun. Karena memiliki keluarga yang tidak utuh dan sama-sama mempunyai trauma di masa kecil, hubungan Hinata dan Yuu berkembang dengan baik. Dan dari sisi Hinata, itu diartikan lebih.
"Eng.. sebenarnya ayahku lebih memilih menyewakan sopir pribadi untuk mengantar jemputku. Aku butuh beberapa waktu lagi untuk merayu ayah. Tapi aku yakin ia akan setuju."
-Hinata"Yakin?" goda Yuu.
-Yuu"Ayolah, aku sudah 16 tahun hampir 17. Nggak seharusnya terlalu dikhawatirkan. Lagi pulakan aku ada teman. Kamu akan menemanikukan, Yuu?"
-Hinata"Ya, tapi masih lebih jauh rumahmu, Hinata-Chan. Meski kita sudah berjanjian, kamu harus ke stasiun sendiri, dan di kereta sendiri untuk beberapa waktu. Tidak selalu kita bisa bertemu, pasti ada hari kita tidak bisa bersama-sama."
-YuuYuu teringat dengan Kiku. Menyesali kenapa tidak ada pertemuan dengan gadis itu hari ini.
"Aku tahu Yuu. Aku akan belajar mandiri."
-Hinata
![](https://img.wattpad.com/cover/220448979-288-k683548.jpg)