📎D U A

18 3 0
                                    

  ***

Sesampainya di koridor, Yuu mendapatkan sambutan.

"Selamat pagi Yuu! Kamu habis bikin kue sama nenekmu ya?" sapa Hinata, teman sebangku Yuu.

Hidung gadis itu sempat menangkap bau yang aneh.

"Ah, nggak kok Hinata-chan. Tadi kecelakaan sedikit di stasiun."

Segerombolan anak kelas sebelah melirik keduanya. Salah satu diantara mereka ada yang memainkan bola basket.

Yuu tau namanya Taro, dia sudah lama suka Hinata tapi Hinata samasekali tidak memperdulikannya.

Karna tidak ada sejarahnya gadis baik-baik tertarik dengan biang onar disekolah. Sekalipun dia anak orang kaya.

"Oh, jadi itu juga yang buat kamu baru kelihatan?"

Yuu tidak melihat Hinata membawa tasnya, harusnya memang Yuu tidak berpikiran bahwa Hinata telat juga seperti dirinya. Tidak ada alasan untuk gadis itu terlambat.

"Ya, beginilah. Eh kamu..." Hinata menangkap pertanyaan dari sela ucapan Yuu.

Menjadi teman sebangku selama setahun membuat Hinata hafal dengan gelagat-gelagat Yuu. Sekecil apapun itu.

"Aku habis ngambil spidol untuk Nijiro-Sensei!" ucap Hinata dengan mengacungkan benda berwarna putih yang ada ditangannya.

"Najiro-Sensei sudah dikelas? Ah, aku benar-benar telat rupanya." 

"Nggak usah di pikirin. Gurunya aja yang terlalu rajin. Lagi pula Nijiro-Sensei kan suka sama kamu. Jadi ada kemungkinan kamu langsung disuruh masuk tanpa hukuman."

"Semoga saja begitu."

***
S

emua kendala terlewati dengan mulus.

Kendala yang dimaksud Kiku adalah penjaga keamanan sekolah, guru konseling di pos, guru kelas, bahkan teman-temannya. Tidak ada sorak-sorai. Tidak ada hukuman.

Haha, mungkin dunia sudah menganggap Kiku bayang-bayang.
Gadis itu tersenyum. Tapi tidak apa, toh dia tidak menganggap dunia ini dunianya nyatanya.

Setelah ia meletakkan teman sebangkunya-tas- ditempat, gadis itu berangsur ke bangkunya sendiri di pojok belakang yang mengarah ke jendela.

Angin sepoi-sepoi di lantai dua menjadi penghantar tidur paling menyenangkan.

Ah, ia ingin sekali mendengar barang satu atau dua kata yang diucapkan oleh gurunya untuk dirinya.

Namun wanita setengah baya yang mengenakan blazer ungu dan kaca mata disana tampak tidak keberatan.

Oh ralat! Lebih tepatnya tidak peduli jika Kiku akan segera melakukan kebiasaannya. Karna menurut Kiku, putri dan kerajaan lebih menyenangkan ketimbang sekolah.

Ditambah hanya melihat catatan ini itu hanya membuatnya bosan. Ah! Baiklah kini saatnya ia bermimpi.

"Angin musim akan bergerak ke sini. Yang dibawa hanyalah angin tanpa uap air. Jadi akan terjadi musim panas. Yah, seperti yang akan kita alami beberapa bulan lagi. Jadi kalian tidak perlu memasang Teru-teru bozu lagi." ujar guru berblazer ungu.

Emmm, teru-teru bozu yah? Dan sekarang, sepertinya Kiku mendapatkan ide.

Kini gadis itu meletakkan kepalanya dimeja dengan berbantal tangan. Angin dari jendela memberikan dukungan dengan meniupkan udara penghantar tidur.

"Hoaaammm.... " ia menguap, sebelum akhirnya masuk ke alam bawah sana.

 ~ ☆ ~

Story of MIURA KIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang