London Our Sunset Village's
Netraku mengerjap pelan menyesuaikan cahaya yang tertangkap indera penglihatan. Ruangan bernuansa serba putih menjadi pemandangan utama dari objek yang kulihat. Pandanganku beralih ke luar jendela kecil yang ada di sisi kanan ruangan, sorot matahari terbenam berhasil menghipnotisku untuk tergerak mendekat. Begitu mengikis jarak, atensiku begitu terkunci pada panorama indah pantai yang terbentang luas.
Beberapa menit ku habiskan waktu hanya untuk mengagumi senja, baru tersadar bila keberadaan ku entah ada di mana sekarang. Mengingat apa yang terjadi sebelumnya, rasanya tidak mungkin bisa kukenali tempat ini.
Meringis pelan, aku berjalan kembali ke tempatku semula-ranjang berukuran sedang tempatku terlelap. Entah berapa lama aku memejamkan mata, tapi rasanya sudah sangat lama. Seharian? Atau mungkin lebih? Benar-benar membuat tubuh ini terasa kaku.
Ketukan pintu menarik atensiku untuk memandang seseorang yang berdiri tegap di sana. Sosok itu mengulas senyum yang nampak menawan, berjalan santai mendekat ke sebuah kursi dari meja rias. Duduk dengan menumpu satu kaki pada kaki lainnya, dirinya tak sedikitpun melepas pandangannya dariku. Dan terkadang aku merasa bahwa aku perlu jujur sesekali jika aku sangat terpesona dengan pria yang memiliki daya tarik tersendiri ini. Pria yang sudah menjaga ku selama kurang lebih tujuh tahun ketika aku memutuskan untuk menetap di London.
"Noona, akhirnya kau bangun juga!"
Seruan riang nya membuat sisi hati ku menghangat dengan sendiri nya padahal saat sebelum pingsan aku sempat menangis brutal bahkan sampai menyumpah serapah beberapa kali.
Dia mendekatkan diri nya, mengikis jarak yang ada di antara kami berdua, dan ikut duduk manis di sisi ranjang sambil memperhatikan ku dengan lekat.
"Kau tidak apa apa?" pertanyaan yang sosok nya akan sesali sebentar lagi, bodoh, kenapa juga ia menanyakan itu? Jelas jelas ia menemukan ku dalam keadaan tidak sadarkan diri saat akan menuju London bridge untuk mencari udara segar.
Karena penyakit yang aku punya, jadi saat aku kaget aku bisa langsung pingsan mendadak, di tempat itu juga. Jadi rasa nya.. Ini memang agak sedikit merepotkan orang orang yang ada di sekitar ku.
Aku mengangguk pelan, dan berusaha tersenyum untuk meyakinkan perasaan nya, "Aku baik baik saja, Taehyung". Ya, kalian tidak salah membaca nya. Dia memang Taehyung, atau Kim Taehyung. Mantan salah satu personel BTS yang sekarang ada di depan ku.
Lalu kenapa dia bisa ada di sini? Bersama ku?
Ceritanya panjang, aku akan mengungkap nya secara perlahan.
"Syukurlah" kulihat dia menghela nafas lega, tangan nya terulur untuk menyelipkan anak rambut ku di belakang telinga, "Aku khawatir, tapi sekarang sudah tidak lagi"
Aku mengangguk, "Ngomong ngomong.. Apa aku terpejam sangat lama? Maksud ku, tidak sadarkan diri?"
Laki laki ini langsung mengecek ponsel nya dan dia menatap ku sambil memberikan senyum paling manis milik nya, "Aku yakin delapan belas jam itu bukan waktu yang sebentar"
"Selama itu?!" aku kaget bukan main, "Ya ampun pantas saja sekarang aku lapar, maafkan aku, Taehyung. Kau pasti repot mencari ku kan? Sekali lagi maafkan aku"
Taehyung terkekeh, dia meraih tangan ku dan menggenggam nya lembut, "Tidak, kok. Aku mengenal dengan baik tempat yang sering kau datangi di kota ini, jadi jangan meminta maaf ya"
Aku mengangguk ragu, tangan ku yang lain kini mulai menyibak selimut yang masih menggulung hampir dari separuh tubuh ku. Dengan gerakan yang tidak kalah lembut, aku membalas genggaman tangan itu, tersenyum pada nya. Taehyung tidak buruk, dia pria yang manis dan menyenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Star
Fanfiction"Ternyata kalimat 'cinta habis di orang pertama' itu benar ada nya. Bukan tentang orang pertama yang kita temui. Bukan tentang orang pertama yang kita sukai. Tapi, tentang orang pertama yang membuat kita merasa 'jatuh cinta'. Sejauh mana kau berlari...