Part 8

10.5K 456 2
                                    

Author POV

"Saya-" seketika otak Gio tidak bekerja, dia tidak tahu apa yang harus dijadikan alasan kepada pria dihadapannya sekarang. Bibirnya langsung bungkam dan dia hanya bisa mengerjapkan mata berkali kali sambil berusaha mencari-cari alasan.

'Ayolah cepat buat alasan..' batin Gio

"Anda benar benar berniat untuk menyakiti anak saya?" Tanya Pria itu, wajahnya semakin memerah menahan kemarahan yang sudah sampai di ubun-ubun. Gio yang melihatnya pun semakin menciut,tidak biasanya dia mudah untuk dipojokkan seperti ini.

"Jika tidak ada apa apa lagi silahkan keluar." Ucapnya dingin tanpa memandang Gio sedikit pun. "Tapi saya tidak berniat-"

"KELUAR!" Ucapan Gio lagi-lagi terpotong oleh ayahnya Anna. Sebenarnya Ayahnya Anna atau kita sebut saja Pak Dennis itu orang yang sangat baik hati dan dermawan kepada semua orang. Ditambah kepintaran dan wajahnya yang rupawan semakin menarik perhatian semua perempuan diusianya yang sudah lumayan senja itu.

Walaupun banyak wanita yang lebih lebih dari istrinya,tetapi dia tetap setia kepada istrinya. Dan tidak pernah sedikitpun berniat untuk berpaling ke wanita lain,bahkan untuk melirik saja dia enggan. Baginya hanya istrinya lah wanita tercantik yang ada dimatanya. Ok back to the topic!

Wajah Gio mulai bercucuran keringat dingin, tetapi ia berusaha untuk menutupinya dan segera bangkit dari duduknya.

"Baiklah, maaf kedatangan saya mengganggu. Dan saya mau tegaskan sekali lagi bahwa saya tidak ada niatan sama sekali untuk menyakiti putri anda. Permisi." Gio membungkukkan badannya dan berjalan keluar dari rumah megah itu. Dia langsung menyalakan motornya dan segera meninggalkan kawasan rumah Anna.

***

Sudah sekitar satu bulan semenjak kejadian "penolakan perminta maafan" Gio kepada Anna atau lebih tepatnya ke ayahnya gadis itu, Anna semakin menjauh dari Gio. Setiap mereka berpapasan dijalan dia hanya menatap Gio dingin dan berjalan menghindarinya, tapi bagaimana dengan Gio? Sama sih seperti Anna menatap gadis itu dingin dan langsung pergi dari tempat itu.

Tetapi jauh dilubuk hati Gio ada rasa sedikit kehilangan,bahkan ia merasa bahwa rasa kehilangan ini lebih sakit daripada saat Irene meninggal. Walaupun masih banyak anak murid atau dari kalangan guru-guru yang mencoba untuk mendekatinya, ia tetap merasa kesepian dan ada yang hilang dari kehidupannya.

Hari demi hari Anna semakin terlihat baik-baik saja tanpa kehadiran Gio,dia mulai bisa melupakan pria yang dulu sangat ia puja. Dan bahkan sekarang dia punya 'cemceman' baru, berasal dari SMP Avencias juga sih tapi dia murid kelas 9. Namanya Ilyas Halim. Siswa berwajah murni orang Indonesia asli, kulit kecoklatan,hidung mancung,mata yang bulat tetapi tidak belo,tinggi, dan masih banyak lagi kelebihan dari siswa itu dimata Anna.

Sedangkan Gio malah semakin merindukan Anna, tubuhnya semakin kurus karena tidak nafsu makan, mulai ada lingkaran hitam dibawah matanya, dan dia lebih banyak terdiam. Apalagi saat dia melihat Anna sedang mengobrol dengan salah satu anak muridnya yang menurut info mulai dekat dengan gadis itu. Dia hanya bisa tersenyum miris melihat mereka berdua. Andai rasa suka kepada Anna datang lebih cepat, pasti sekarang dia sudah bisa bersatu dengan gadis manis itu. Perasaan seseorang memang tidak ada yang tahu, dan "andai juga waktu bisa diputar mungkin sekarang bukan dia,tapi aku" batin Gio.

Satu tepukan pelan mendarat di bahu kanan Gio, Gio pun menoleh kearah tersebut dan mendapati Dwi. Salah satu guru olahraga juga yang mengajar di SMP Avencias yang merupakan sahabat baiknya. Umur mereka yang terpaut tidak jauh membuat mereka dekat dan nyaman sebagai sahabat.

"Masih galau gara gara tuh murid?" Tanya Dwi sambil duduk dikursi yang ada disamping Gio. Kini mereka sedang ada di meja piket karena ini hari kamis,jadwalnya mereka berdua untuk menjaga semuanya yang berjalan di hari itu. Gio mengangguk lemah dan menunduk.

My Lovely TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang