Part 13 -[[ Sincerita Lacrime ]]-

59 17 157
                                    

Nathan terbangun dari tidurnya, ia turun ke bawah menuju meja makan, mengambil minum dengan kaos oblong dan celana jeans panjangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Nathan terbangun dari tidurnya, ia turun ke bawah menuju meja makan, mengambil minum dengan kaos oblong dan celana jeans panjangnya. Setelah menghabiskan satu tegukan, ia berniat menemui bundanya. Biasanya pagi-pagi begini berada di ruang tamu.  Saat tiba di ruang tamu, ia sedikit terkejut. Tak bertahan lama Nathan kembali memasang wajah datar. Penganggu, fikirnnya. Melihat keluarga Mahendra yang tiba-tiba di rumahnya membuatnya mendadak bencana besar akan terjadi. Tanpa diketahuinya, bencana itu telah terjadi

" Nathan, kemari. Salaman dulu sama pak Mahendra " ucap Bunda

Karna tak ingin membuat pak Ilham yang terhormat murka. Nathan pun mengulurkan tangannya dan salaman pada pak Mahendra. Ya, dialah Ilham Pratama. Ayah kandung dari Xavier Nathaniel

" Bagaimana sekolah kamu Nathan " tanya pak Mahendra

" Baik " ucap Nathan simple dan jelas. Ia pun duduk disebelah bundanya yang mengahadap ke arah pak Mahendra dan putrinya. Sementara ayahnya duduk di sebelah bundanya, dengan kursi yang berbeda

Pak Mahendra pun mengangguk " Nathan, bisakah kau temani Jihan. Berkeliling daerah sini " tanyanya sembari menatap sang putri, yang tersenyum bahagia

Nathan melirik bundanya, yang dijawab dengan senyuman. Mau tak mau Nathan mengajak Jihan pergi menggunakan mobil ayahnya. Karna setahu Nathan, Jihan tak suka bila naik montor. Katanya banyak debu lah, panas lah, kurang estetik lah dsb. Jihan Putri Mahendra adalah nama lengkap dari Jihan, Sang putri yang memiliki segalanya karna ambisius pak Mahendra

Setelah kepergian Jihan dan Nathan, Pak Ilham dan Pak Mahendra juga Bunda Laras tengah bincang masalah pernikahan Nathan dan Jihan setelah pertunangan mereka beberapa bulan yang lalu

Demi bisnis yang sedang berlangsung, mendadak cinta tak menjadi perkara bagi keduanya. Mereka berdua dijodohkan. Nathan dengan sikap cueknya, berbanding terbalik dengan Jihan, sikap cabe kiloannya yang selalu  keluar bila bersama tunangannya itu

***

Hari mulai larut, namun Lanna masih bersepeda mempromosikan cake nya. Di trotoar ia melihat dua anak kecil yang membawa koran, karena tak tega Lanna menghampiri mereka.

" Adekk " seru Lanna, menghentikan sepedanya dan melambaikan tangan pada keduanya

Kedua bocah yang tengah berjalan pun menoleh " Kami ka " tanya bocah lelaki. Lanna antusias mengangguk

" Kaka, ada sedikit cake. Kalian ambil ya " ucap Lanna menyerahkan cake kepada bocah lelaki

Dengan antusia ia mengambil cake tersebut " Makasih ka, nama kaka siapa "

" Panggil kaka Lanna ya "

" Okeii ka Lanna, namaku Bima "

" Nama yang bagus " ucap Lanna

Lanna pun mengahadap bocah perempuan yang sedari tadi menunduk ke bawah. Lantas ia sedikit berjongkok dan menaikkan dagunya " Kamu kenapa dek " tanya nya khawatir

" Ah, gapapa ka Lanna. Cuma daganganku sama ka Bima ga laku " ujarnya dengan raut kesedihan " Padahal ibu butuh uang untuk berobat " imbuhnya

" Nama kamu siapa anak manis " bukannya menanggapi ucapan anak itu Lanna berbalik bertanya

" Oh iya, nama aku Bella ka " jawabnya tersenyum

" Bella, kamu tenang aja ya. Kaka punya sedikit uang.  Kamu harus terima okeii "

Bella melirik Bima. Sepertinya mereka berdua tak enak hati pada  Lanna

" Kaka ikhlas kok bantu kalian "

Bella tersenyum, dengan senang hati menerima beberapa lembar uang  dari Lanna. Seketika ia memeluk Lanna erat, diikuti oleh Bima. Lanna membalas pelukan itu

Lagi-lagi Nathan tersenyum, ia terharu akan sikap Lanna. Ya, ia sedari tadi parkir disana. Menunggu Jihan yang sedang shopping di seberang sana. Nathan amat kesal sebenarnya, karna Jihan mengoceh tak henti- henti beberapa menit lalu. Tapi melihat setiap kelakuan gadisnya. Ia jadi tersenyum.

" Kamu gadis baik Lan "

Nathan tersenyum setelah mengatakannya

***

Braak

Gebrakan meja didepannya tak bisa dihindari akibat perkataan seseorang

" Tak bisa seperti itu, saya tak mengizinkan semua hancur dalam sekejap. Gadis itu perlu merasakan kehancuran yang dulu saya rasakan " ucapnya menggebu-nggebu setelah menanggapi pernyataan lelaki disampingnya

Lelaki itu terkekeh " Ya kau benar, dia tak boleh bahagia sedikit pun "

Sesosok remaja pun menimbrung " Ayah benar, aku juga tak rela dia bahagia "

Lelaki, yang notabe ayahnya itu pun memeluk dua perempuan disampingnya " Ayah janji akan membalas semuanya nak " jawabnya sendu

Ia juga tak rela menyakiti seseorang terdekatnya. Namun, karna dendam. Yang tak mungkin menjadi mungkin

Temukan typo n tandai

Maaf telat up, dikarenakan ada kendala.

Next, up ? Sabtu, 13 Agustus







Minggu, 7 Agustus

Sincerita LacrimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang