Hari berjalan seperti biasa. Setelah kembalinya Dio dan Dimas, Nana sudah tidak berangkat bersama Jerome. Hal itu membuat Jerome sempat murung berhari-hari. Tentu saja Reno dan Ical yang merasa kerepotan.
Kelas selesai lebih awal. Ketiga bujang itu sekarang berjalan di lorong menuju kantin. Namun, suatu hal membuat niat Jerome tidak jadi ke kantin. Nana.
Gadis yang ia cintai kini duduk di taman seorang diri. Terlihat dari gelagat Nana seperti menyimpan berbagai beban di tubuh dan pikirannya. Entah apa yang telah terjadi. Jerome akan mencari tahu.
Jerome berbelok menuju taman. Teman-temannya meneriaki Jerome yang entah akan kemana, tapi Jerome tidak menggubris mereka. Tujuannya saat ini hanya lah Nana. Gadis yang ingin sekali ia pinang. Gadis yang akan menjadi ibu dari anak-anaknya kelak. Semoga saja.
Di bawah pohon yang rindang, dedaunan jatuh dari pohonya, semilir angin yang begitu sejuk sungguh menenangkan pikiran. Jerome duduk di samping Nana yang sedang menunduk memainkan rerumputan dengan kakinya.
Melihat sepasang sepatu yang ada di sampingnya membuat Nana mendongakkan pandangannya dan menatap Jerome bingung.
"Ada apa?"
Menatap Nana sebentar. Kemudian senyum manis mengembang menghiasi wajahnya yang tampan.
"Justru aku yang tanya sama kamu. Ada apa, hm?" ujar Jerome lembut.
Seketika jantung Nana berdebar. Apakah ini yang dikatakan dokter waktu itu. Apakah dirinya sedang terkena serangan cinta?
Tapi serangan cinta hanya untuk dua orang yang saling mencintai. Apakah dirinya sedang mencintai laki-laki yang jelas-jelas tidak bisa bersama? Jika benar, apa yang harus dilakukan?
Ngomong-ngomong Dio pernah bercerita tentang Jerome yang ingin belajar mengaji hanya ingin menjadi suami yang baik untuk dirinya. Hal itu membuat Nana sempat tersipu malu, dan hatinya mungkin mulai terbuka untuk seorang laki-laki.
Ah, sudah tepikan itu sekarang. Yang jelas dirinya saat ini sedang tidak baik-baik saja. Ayah dan bunda yang tidak tahu kapan pulang, Dimas kabur dari rumah setelah bertengkar dengan Dio, dan sekarang dirinya sedang bermusuhan dengan Dio.
Keluarga yang sedang mencoba bahagia itu, kini malah menjadi runyam.
Nana menghela napasnya berat. Hembusan napas yang terlihat menyimpan begitu banyak beban. Entah beban apa saja, mari kita cari tahu.
"Boleh cerita?" tanya Nana.
Jerome tersenyum. Tangannya ingin sekali mengusap kepala Nana, tapi apalah daya dirinya yang bukan siapa-siapa. Sebenarnya bisa saja dia mengusap, tapi bunda Nana sudah memperingati dirinya untuk tidak menyentuh Nana jika masih ingin bertemu Nana.
Dan sepertinya Nana memang menjaga batasannya kepada siapa pun. Terlihat dari interaksinya dengan Reno dan Ical. Dia juga menjaga batasan.
"Boleh dong," ujar Jerome memposisikan tubunya menghadap Nana.
Nana menyandarkan tubuhnya pada punggung kursi taman. Menghela napas berat dan menatap tangannya yang sedang bermain-main dengan jari-jari lainnya.
"Aku berantem sama Kakak. Abang juga kabur dari rumah. Ayah dan Bunda gak tau kapan pulang dari Korea," keluh Nana.
Jerome mengulum bibirnya memikirkan keluhan Nana.
"Oke, kita bahas satu-satu...."
"Kamu kenapa berantem sama Bang Dio?"
"Kak Dio habis berantem sama Abang. Aku lerai malah dia bentak-bentak aku."
"Oke, terus Bang Dimas kabur dari rumah gara-gara berantem sama Bang Dio?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Ex [Jaemin]
Fanfiction[ Jangan lupa VOTE & COMMENT ya-!! ] Tentang cinta yang seamin. Namun, tak seiman. Seorang gadis yang selalu menjalankan lima waktunya, dan seorang pria yang selalu menjalankan satu harinya. Cinta yang terhalang oleh perbedaannya Tuhan membuat kedua...