Hari ini hari Minggu. Nana sedang melihat-lihat pakaian di dalam lemarinya. Memilih mana yang cocok untuk makan malam nanti.
"Assalamu'alaikum."
Tok! Tok! Tok!
"Waalaikumsalam. Masuk, Kak." Nana tahu itu suara siapa. Itu suara Dio.
Dio membuka pintu perlahan mencari-cari keberadaan sang adik. Saat ia melihat adiknya sedang bercermin dan memutar-mutar tubuhnya dengan baju yang ia tempelkan pada tubuhnya.
"Widih, mau kemana nih?" ujar Dio duduk di sofa panjang dekat balkon yang bersebelahan dengan cermin.
"Kak, bagus yang ini atau yang ini?" tanya Nana menghiraukan ucapan Jerome.
"Kamu pakai apa aja tetep cantik kok. Kamu 'kan adiknya Aliansyah Dio Farel Alkausar."
Nana melengos mendengar ucapan Dio yang selalu percaya diri. Ketika Nana sibuk memutar-mutar tubuhnya, Dio menarik tangan Nana untuk duduk di sebelahnya.
"Mau kemana sih?" tanya Dio menatap sang adik yang sedang kesal. Iya, pasalnya Nana di tarik secara tiba-tiba.
Kemudian Nana menyandarkan kepalanya pada pundak Dio. Memeluk sang kakak yang terkadang membuatnya rindu.
"Ada acara makan malam sama Kak Je."
"Berdua?" ujar Dio sembari mengusap kepala mungil adiknya.
"Nggak, ada orang tuanya Kak Je juga."
"Tumben? Dalam rangka apa? Kok Ayah gak ada bilang sama Kakak? Biasanya kalau urusan perusahaan Kakak yang jadi wakilnya kalau Ayah dan Bunda gak bisa."
"Kayaknya bukan urusan perusahaan deh, Kak."
"Terus?"
"Gak tau."
Dio diam sebentar. Menerka-nerka semua kemungkinan yang akan Jerome lakukan nanti malam.
"Jangan-jangan kamu di lamar?"
Nana melepas pelukannya dan membuat jarak pada kakak laki-lakinya.
"Apa sih kak! Gak mungkin!"
"Eh, jangan bilang gak mungkin. Nanti kalau beneran gimana?"
Nana diam memikirkan bagaimana jika apa yang diucapkan kakak laki-lakinya itu benar terjadi. Oh, Tuhan Nana sangat takut dan bingung jika itu terjadi.
"Kalau beneran Jerome lamar kamu, kamu bakal jawab apa?" tanya Dio penasaran.
Nana berpikir sebentar. "Menurut Kakak?"
Dio tersenyum singkat kemudian menarik adiknya di dalam dekapannya. Mengusap kepala adiknya perlahan.
"Kok menurut Kakak sih, menurut hati kamu dong."
"Bingung ah, Kak."
"Kamu ada rasa gak sama Jerome?"
"Gak tau."
Dio menghela napas singkat. Kemudian menjauhkan Nana dari dirinya. Kakinya diangkat ke sofa, bersila dan menghadap pada adiknya yang kebingungan.
Dio menopang dagunya dengan tangannya. Sesekali ia usap. "Gini-gini. Kalau ketemu sama dia kamu berdebar gak?"
"Iya."
"Terus kalau kamu dapat chat dari dia, kamu berdebar gak?"
"Iya."
"Kamu 'kan tiap hari nih chat sama Jerome. Kalau dia gak chat kamu khawatir gak?"
"Iya."
Dio menjentikkan jarinya tiba-tiba. "Itu tandanya kamu ada rasa sama dia."
"Masa sih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Ex [Jaemin]
Fiksi Penggemar[ Jangan lupa VOTE & COMMENT ya-!! ] Tentang cinta yang seamin. Namun, tak seiman. Seorang gadis yang selalu menjalankan lima waktunya, dan seorang pria yang selalu menjalankan satu harinya. Cinta yang terhalang oleh perbedaannya Tuhan membuat kedua...